FIRST: THE UGLY GIRL

2557 Words
Semburat jingga menghiasi langit yang masih sedikit gelap karena cahaya matahari baru mulai menampakkan senyumannya dibalik bukit. Sayup-sayup terdengar ayam berkokok, itu tandanya gadis berkulit putih s**u yang tidur di atas ranjang kecilnya itu harus bangun dari tidur lelapnya. Perlahan-lahan kelopak matanya terbuka, menampakkan manik mata hitam pekatnya yang begitu jernih bak seorang bidadari. Ia mulai mengerjap dan merentangkan kedua tangannya, menegakkan punggungya kemudian turun dari ranjang yang berukuran kecil yang hanya muat untuk seorang saja. Telapak kakinya menyentuh lantai yang begitu dingin. Ia menoleh, melihat jam yang berada di atas meja dekat ranjang yang menunjukkan pukul 05.15. Gadis yang memiliki tinggi 165 cm itu berjalan menuju jendela dan membukanya. Angin sepoi-sepoi menyentuh wajahnya sehingga memberikan sensasi yang begitu sejuk. Ia merentangkan tangan sambil menutup matanya yang ditumbuhi bulu lentik itu untuk menikmati kesejukan dipagi hari. “Selamat pagi dunia, semoga hari-hariku jauh lebih indah dan bahagia.” Gadis berbadan langsing itu sedikit berteriak penuh semangat. Ia kemudian tersenyum menatap pemandangan di luar jendelanya yang dipenuhi dengan pepohonan rindang. Pemandangan yang sangat menyejukkan mata gadis yang bernama Zabrina Grethania Alisya, nama yang memiliki arti yang sangat indah yaitu ratu yang cantik luar biasa dan mulia. Zabrina mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Sambil menunggu bath-tub penuh dengan air, ia membasuh muka dan menggosok giginya. Beberapa menit ia menunggu, Bath-tub sudah terisi penuh, ia menuangkan sabun aroma bunga lavender kesukaannya dan mulai merendam seluruh badannya. Beberapa saat kemudian, kegiatan mandinya sudah selesai. Ia memakai gaun berwarna putih dengan lengan yang panjangnya hanya di atas siku dan panjang gaunnya hingga mata kakinya, terdapat bunga-bunga menjalar berwarna ungu muda dibagian pinggang gaun anggun itu. Zabrina memulai rutinitas yang ia lakukan setiap hari yaitu memasak dan menyiapkan semua perlengkapan Beta Luke, nyonya Alya dan kakak sepupunya, Anastasya. Beta Luke mengatakan sejak lahir ia sudah tinggal bersama mereka semenjak orang tuanya meninggal. Zabrina tidak pernah melihat bagaimana rupa orang tuanya. Terkadang, ia sangat merindukan sosok orang tua, namun itu hanyalah sebuah impian yang tidak akan pernah terwujud. Takdir begitu kejam kepadanya sehingga ia tidak sempat mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Untuk membalas jasa-jasa Beta Luke dan keluarganya yang telah mengasuhnya sejak lahir, Zabrina membantu mereka mengurus pekerjaan rumah, karena Alya tidak pernah memperkerjakan asisten rumah tangga di rumah itu. Zabrina tidak pernah keberatan  untuk melakukan semua pekerjaan rumah tersebut, karena itu adalah bukti bahwa ia sangat menyayangi keluarga yang mengasuhnya. Walaupun Alya dan Anastasya sering memarahinya dan lebih parahnya mereka terkadang bermain tangan jika Zabrina melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Namun, Zabrina tidak pernah membalasnya, yang berujung ia hanya menangis ketika perlakuan mereka sudah diluar batas. Beberapa jam kemudian, semua makanan sudah tertata rapi di atas meja, sekarang waktunya ia memanggil Beta Luke, Alya, dan Anastasya. Tok..tok..tok… Zabrina mengetuk pintu kamar Alya beberapa kali, “paman..bibi makanan sudah siap,” katanya dengan sopan. “Iya. Iya. Kamu bangunkan juga Ana,” sahut Alya dengan nada keras di dalam kamarnya. Dia memang tidak pernah berkata lembut sedikitpun kepada Zabrina. Tapi Zabrina tidak pernah menghiraukannya, mungkin memang nasibnya mendapatkan Bibi seperti nenek lampir itu. Tok..tok..tok.. “Kak Ana…apakah kamu sudah bangun?” Tidak ada sahutan dari dalam. Zabrina mengetok pintu kamar Ana berulang-ulang. Namun, sama seperti tadi tidak ada sahutan yang terdengar dari dalam kamar itu. “Apakah aku masuk saja yah,” batinnya. Zabrina membuka kenop pintu kamar berwarna putih itu perlahan-lahan. Saat pintu itu terbuka, ia mengarahkan pandangannya ke ranjang yang berukuran queen size berwarna putih yang senada dengan bed covernya. Tapi ia tidak melihat Ana di ranjangnya. Zabrina berjalan lebih dalam ke kamar yang luas dengan nuansa putih itu. Kamar yang begitu elegan dengan barang-barang yang lengkap dan pastinya berkelas. Ia mengarahkan pandangannya kesekeliling kamar. Tapi tetap saja ia tidak menemukan keberadaan Ana. “Di mana Kak Ana?” gumamnya. Tiba-tiba ia mendengar suara gemercik air dari kamar mandi disertai suara perempuan yang sedang bersenandung. “Hm.. ternyata dia di kamar mandi,” batinnya. Zabrina mendekati kamar mandi dan belum sempat ia mengetuk pintu kamar mandi itu. Tiba-tiba Ana sudah keluar dan berjingkat dengan mata menyalang memandangnya. “Kenapa kamu bisa masuk di kamarku, hah?” teriaknya dengan marah kearah gadis berambut hitam pekat bergelombang itu. Teriakannya membuat kuping Zabrina terasa sakit. Teriakan itu seperti kuda yang kesakitan karena menginjak puluhan paku. “A..aku..tadi su..sudah mengetuk pintu kamarmu beberapa kali. Ta…pi karena tidak ada sahutan. Aku masuk saja, aku takut sesuatu terjadi kepadamu,” sahutnya dengan sedikit terbata-bata. “Cih..aku kan sudah memperingatkanmu. Jangan pernah masuk ke kamarku tanpa seizinku. Apakah kamu tidak mengerti kata-kataku, hah? Sekarang kamu keluarlah. Kamu merusak pagiku saja dengan wajah burukmu itu,” teriak Ana kepada Zabrina dan kata-kata terakhirnya itu sedikit membuat hati gadis lembut tersebut terasa sakit. Zabrinapun mengangguk dan berbalik meninggalkan kamar itu dan berlari menuju ke kamarnya. Ana menyadari sesuatu, air mata jatuh dari mata indahnya. Dengan cepat, ia menyeka buliran air itu dengan punggung tangannya. **** Anastasya Swam, dia anak tunggal dari Beta Luke Swam dan Alya Margareth Swam. Ana memiliki kulit putih, rambut sebahu berwarna coklat terang, manik mata berwarna coklat, bibir kecil berwarna pink dan memiliki hidung yang mancung. Tubuh yang ideal dengan tinggi badan sekitar 162 cm. Tingginya hanya berbeda beberapa centi dari Zabrina. Dia adalah salah satu wanita bangsawan yang menjadi primadona di wilayah kaum werewolf. “Selamat pagi Ayah..Ibu,” sapa Ana sambil berjalan menuju meja makan dan menarik salah satu kursi untuk duduk di sana. “Selamat pagi nak,” jawab Beta Luke dan Alya bersamaan sambil tersenyum ke arah putri semata wayangnya itu. “Dimana Zabrina? Bukankah tadi dia menghampirimu di kamarmu?” tanya Beta Luke sambil menatap Ana dan memasukkan daging setengah matang ke dalam mulutnya. “Ayah..kalau dia lapar dia akan datang juga. Jangan terlalu memberikan perhatian untuknya,” kata Ana menjawab pertanyaan Ayah kesayangannya itu dengan nada ketus. Tak lama kemudian, Zabrina mengampiri mereka semua yang sedang menyantap makanannya. “Selamat pagi,” ucap Zabrina dengan nada yang lembut menyapa semua yang ada di meja makan. Zabrina memang gadis baik hati yang lemah lembut. “Pagi nak,” sahut Beta Luke membalas sapaan dari Zabrina. Yah, tentu saja yang membalas sapaannya hanya Beta Luke dan itu membuat Zabrina sedikit canggung. “Silahkan duduk nak,” sambung Luke dan tersenyum ramah kepada anak perempuan yang sudah dibesarkan selama 19 tahun itu. Sekarang umur Zabrina 19 tahun dan Ana dua tahun lebih tua darinya. Beta Luke mengatakan kepada Alya bahwa Zabrina adalah keponakan dari keluarga jauhnya. Luke menatap Zabrina dan membayangkan bagaimana ia sampai membesarkan gadis itu. 19 tahun yang lalu Pagi-pagi buta, Beta Luke berangkat ke kerajaan tertinggi dunia immortal, dunia yang bernama Dunia Dreoxiaroth. Ia ingin menghadiri suatu rapat penting mendampingi raja werewolf dari Blue Moon Pack, dia adalah Raja Demian atau biasa disebut dengan Alpha Demian. Dia harus mendampingi rajanya karena rapat tersebut harus dihadiri oleh beberapa petinggi penting dari seluruh kerajaan di dunia itu untuk membahas kejadian luar biasa yang telah menimpa dunia tersebut sehari yang lalu. Kejadian yang banyak merenggut nyawa dari berbagai kaum bahkan Lord Arnold, raja dari segala raja dunia itu beserta queen-nya, Queen Caitlin dan yang membunuh Lord Arnold pastilah yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, kekuatan diatas rata-rata melebihi Lord Arnold dan orang itu adalah anaknya sendiri, Pangeran Aaric, yang pada saat itu usianya masih 11 tahun. Yang memimpin rapat penting itu juga adalah Pangeran Aaric yang telah diangkat menjadi Lord, raja dari segala raja di dunia itu diusianya yang masih sangat muda. Tidak ada yang tahu penyebab sebenarnya Lord Aaric membunuh ayahnya sendiri dan tidak ada yang tahu bahwa yang membunuh Lord Arnold adalah putranya sendiri, yang pastinya ada alasan dibalik itu dan tidak ada lagi yang berani mengungkit kejadian tersebut setelah rapat selesai. Semua orang menutup rapat mata, telinga, dan mulutnya mengenai kejadian itu karena ketakutannya kepada Lord baru dunia itu. Sebelum berangkat ke kerajaan tertinggi itu, Beta luke berpamitan kepada istrinya Alya untuk menghadiri rapat penting tersebut, karena masih pagi-pagi buta, Alya tidak mengantarkan suaminya hingga depan pintu keluar karena pada saat itu Alya juga kurang sehat. Saat membuka pintu rumahnya, Beta Luke tersentak, ia melihat seorang bayi di dalam keranjang yang terbuat dari anyaman bambu yang diletakkan di depan pintu rumahnya. Seorang bayi perempuan yang diselimuti kain tebal dengan bordiran bunga dari emas pada pinggiran selimut bayi itu dan sebuah gambar di tengah selimut yang terbuat dari emas. Beta Luke menggendong bayi perempuan itu dan saat Ia hendak mengambil keranjang bayi tersebut untuk dibawa ke dalam rumahnya. Ia melihat secarik kertas bertinta emas bertuliskan tentang latar belakang bayi perempuan yang berada di dalam gendongannya.  Pada akhir kata dari surat itu, sang penulis surat meminta untuk merahasiakan tentang latar belakang bayi itu dan memberikannya nama Zabrina Grethania Alisya. Dia adalah bayi perempuan yang kecantikannya yang sangat luar biasa namun tidak dapat dilihat oleh orang lain sejak ia dibawa oleh seseorang ke rumah itu. Beta Luke pun merawat bayi itu dengan penuh kasih sayang, walau sempat ditantang oleh istrinya Alya, tapi Beta Luke bersikukuh untuk merawatnya dan mengatakan kepada Alya bahwa bayi perempuan itu adalah keponakan dari keluarganya yang jauh dan sampai sekarang Beta Luke menyimpan rapat-rapat tentang latar belakang Zabrina dan menyimpan selimut, surat beserta keranjang bayi itu ditempat yang tidak diketahui oleh siapapun. “Ayah, kenapa melamun?” tanya Ana saat melihat Luke tidak melanjutkan makannya. “Ah tidak ada apa-apa, nak.” Luke mengerjap dan melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi karena mengingat kejadian 19 tahun lalu itu. Kegiatan sarapan mereka sudah selesai. Zabrina merapikan dan membersihkan perlengkapan makan yang telah dipakai dan setelah itu, Zabrina bergegas ke kamar untuk bersiap-siap ke ladang bunga untuk memetik bunga yang akan dirangkainya nanti. Zabrina mengambil kudanya dibelakang rumah. Ia harus menaiki kuda. Perjalanan dari rumah ke ladang bunga cukup jauh karena ladang bunga itu letaknya di tengah hutan perbatasan antara kaum werewolf dan kaum witch. Sebenarnya di dunia itu banyak sekali ladang bunga namun ladang bunga itulah tempat tujuan Zabrina karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dibandingkan ladang bunga lainnya. Selama perjalanan ia harus melewati hutan-hutan yang pohonnya kira-kira mencapai tinggi sekitar 40 M. Hembusan angin menerpa wajahnya dan membuat siluet hitamnya yang bergelombang indah bergerak mengikuti arah angin. Ia terus menarik tali kuda itu untuk mempercepat langkah kakinya. “Saya bebas,” teriak Zabrina sambil merentangkan kedua tangannya dan terkekeh pelan. Ia memang suka mengatakan itu ketika tidak ada orang lain. Entah mengapa dia sangat suka mengatakan kata-kata tersebut ketika berada di tengah hutan, mungkin karena suaranya terdengar begitu nyaring dan membuatnya merasa tenang melepaskan semua beban hidupnya dengan berteriak seperti itu. *** Hari yang sangat cerah dan indah, Zabrina memetik bermacam-macam bunga di ladang bunga yang sangat luas. Ini adalah kegiatannya sehari-hari setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Ia harus mengumpulkan bunga-bunga yang indah dan merangkai dengan keahlian jemari lentiknya menjadi rangkaian bunga yang sangat memukau. Setiap pagi, Zabrina harus datang ke ladang bunga itu dan kembali saat matahari mulai di atas kepala. Ia adalah gadis perangkai bunga dan akan menjual hasil rangkaian bunganya itu di toko bunga yang besar dan terkenal di pasar. Toko bunga itu salah satu toko bunga terbesar di wilayah ini karena pemiliknya juga adalah seorang raja dari kaum witch yang terkenal tampan dan cuek, namun sangat baik hati, namanya King Harry Andelson. Terkadang Zabrina juga heran, dia adalah orang satu-satunya di wilayah tersebut yang mau memperkerjakannya, dimana orang lain tidak mau karena mereka merasa jijik dengan bentuk fisik Zabrina. Walaupun keluarga Zabrina adalah seorang Beta dari Blue Moon Pack yaitu salah satu kaum werewolf terkuat di dunia immortal itu. Namun, ia tidak banyak bergantung pada mereka yang notabenenya orang kaya dan terpandang di tempat itu. Yah, dunia yang bernama Dunia Dreoxiaroth.  Dunia yang dihuni beberapa makhluk immortal seperti demon, witch, werewolf, vampire, fairy, elf, mermaid, dracula, dwarf dan manusia. Setiap kaum memiliki kerajaan dan kekuatan masing-masing. Kekuatan terkuat dan tak tertandingi dimiliki oleh kaum demon dan yang menjadi pemimpin tertinggi dari dunia itu adalah dari keturunan demon. Bukannya Zabrina tidak mau bergantung kepada keluarganya tapi mereka tidak pernah memerhatikannya bahkan mereka tidak pernah menganggapnya sebagai keluarganya. Mereka mempunyai alasan kenapa Zabrina tidak dianggap dalam keluarganya sendiri. Bahkan Beta Luke yang selalu memerhatikannya dulu, kini lebih memilih acuh tak acuh. Mungkin karena Ia tidak mau bertengkar dengan istrinya, Alya. Mereka malu memiliki seorang putri seperti Zabrina yang memiliki wajah yang buruk rupa. Tidak, bukan hanya mereka saja yang mengatakan bahwa Zabrina adalah gadis buruk rupa, tapi semua yang pernah melihatnya mengatakan seperti itu. Tapi menurut Zabrina ada kejanggalan tentang kata ‘buruk rupa’ tersebut, karena Ia tidak merasa seperti itu. Zabrina merasa dirinya sangat cantik. Zabrina memang sangat cantik, tapi orang lain melihatnya sebagai gadis buruk rupa. Bukannya Zabrina terlalu percaya diri, tapi memang seperti itu adanya. Sekarang ia sudah mengerjakan semua pekerjaannya yaitu memetik bunga, merangkainya dengan indah, dan mengantarkannya ke toko bunga di pasar. “Hei!” Seorang gadis cantik menegur Zabrina saat masih di pasar dan menuju jalan pulang ke rumahnya. Zabrina pun menoleh karena ia merasa ditegur oleh sesorang. Melihat dari tampannya, Zabrina pastikan dia adalah dari kaum werewolf  dan memang benar ia adalah kaum werewolf dan bahkan Zabrina sangat mengenali gadis yang menegurnya itu. “Cih..dasar wanita tidak tahu malu. Kalau aku jadi kamu. Aku tidak akan berkeliaran kemana-mana dengan wajah buruk rupa itu. Sungguh memalukan. Pantas saja Pangeran Ellard malu saat tahu kamu adalah mate-nya. Huh.. bukan hanya wajah yang buruk rupa tapi shewolf nya juga tidak pernah memperlihatkan dirinya. Itu artinya kamu tidak memiliki kekuatan apapun dan kamu bermimpi untuk bersanding dengan kakakku? Hei, itu tidak akan terjadi. kamu adalah wanita yang sangat menyedihkan,” cibir seorang gadis cantik itu panjang lebar yang tak lain adalah adik kandung Pangeran Ellard. “Memangnya kenapa? Aku juga tidak masalah dengan itu. Kecantikan seseorang tidak dilhat dari bentuk fisiknya tetapi di sini.” Zabrina memegang dadanya menunjukkan bahwa kecantikan yang hakiki itu berasal dari hati yang baik dan mulia bukan dari fisik. Ia menjawabnya dengan muka sedatar mungkin dan penuh penekanan disetiap katanya, walaupun di dalam hatinya terasa sakit karena Ia menyinggung tentang mate-nya Pangeran Ellard yang malu karena mempunyai mate sepertinya. Gadis tersebut merasa tersindir dengan perkataan Zabrina. “Jangan sok baik kamu.” Iapun berlalu meninggalkan Zabrina yang mematung dan melihat kepergian gadis itu. “Huft.. gadis aneh. Dia tidak tahu bahwa perlakuannya tadi mencerminkan bahwa dia orang yang buruk,” gumam  Zabrina dan melanjutkan perjalanannya. *** Sekarang Zabrina berada di kamar dengan wajah yang masih sedih karena mengingat perkataan gadis tadi yang membuat hatinya sangat hancur. Ia begitu sakit hati mendengar bahwa orang yang dicintainya itu merasa malu mempunyai mate sepertinya. Tidak, ia memang tidak tahu persis bagaimana perasaannya kepada Pangeran Ellard, apakah ia mencintainya atau hanya sekedar rasa suka saja? Tapi ia merasa sedih saat Putri Regina menghinanya tadi. Bulir-bulir kristal pun jatuh di sudut matanya. Ia menelungkupkan wajahnya di atas lututnya dan menangisi takdirnya yang begitu malang. Sudah puas menangis, Zabrina berdiri di depan cermin yang berada di sebelah ranjangnya. Setiap hari Ia berdiri di depan cermin dan melihat dengan baik wajahnya. “Kenapa orang-orang yang melihatku selalu mengatakan aku buruk rupa? Padahal ketika aku bercermin wajahku sungguh sangat cantik. Apakah mata mereka sudah rusak? Ataukah definisi cantik buat mereka itu berbeda?” Zabrina berbicara di depan cermin sendiri, kalau orang lain melihatnya pasti mengira ia sudah gila. ❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD