Tiga

1203 Words
Jakarta, 19-12-2019 _____________________ Selama dua tahun ini, Bagas bekerja keras untuk mengembangkan perusahaan milik ayahnya, PT Hutama Global Perkasa. Dia pun sudah memiliki perusahaan rintisannya sendiri bernama, B-Zone Company. Pundi-pundi rupiahnya pun sudah terisi banyak. Di usia 26 tahun, Bagas sudah menjadi pengusaha muda yang sukses. Namun, kesuksesan karirnya tidak sesukses kisah cintanya. Impiannya untuk memiliki keluarga bahagia bersama gadis pujaan hati terhalang restu orangtua. "Ayah, Bagas akan menikahi Anaya," tutur Bagas saat makan malam di rumah ayahnya. "Menikah? Anaya?" tanya Mandala, ayah Bagas. "Iya, Ayah. Bagas sudah memutuskan untuk menikah dengan Anaya. Mohon Ayah merestui kami." "Kamu tidak boleh menikahi wanita itu. Dia hanya akan menghabiskan hartamu saja," ucap Mandala tersulut amarah. "Dia tidak seperti itu, Ayah," sanggah Bagas. "Dimataku semua wanita itu sama, termasuk ibumu. Mereka sangat menyukai lumbung uang. Jika lumbung yang satu telah habis, mereka akan mencari lumbung yang lain. Begitu seterusnya," sanggah Mandala. "Cukup Ayah!" hardik Bagas. Dia tidak terima jika ada oranglain menghina ibunya. Walaupun itu ayahnya sendiri. "Maaf," sesalnya karena sudah membentak Mandala. "Tolong jangan hina ibu. Ibuku wanita mulia. Ibu hanya korban dari fitnah yang keji. Aku percaya ibu tidak pernah mengkhianati Ayah. Ibu sangat mencintai Ayah." Bagas sangat menahan emosinya. "Omong kosong dengan cinta!" pekik Mandala. "Di dunia ini tidak ada cinta yang tulus, setulus aku mencintaimu." "Jika Ayah mencintaiku, restui kami," mohon Bagas dengan suara lembut. Bagas menatap kedua mata Mandala saat berbicara. Mandala terdiam. Sebenarnya, dia ingin melihat Bagas menikah dan bahagia. Namun, tidak dengan Anaya. Mandala sudah gagal mempertahankan pernikahannya dengan Rahayu, ibunya Bagas. Oleh karena itu, dia tidak ingin Bagas mengalami hal yang sama. Setelah berpikir sejenak, Mandala memutuskan untuk memberi kesempatan pada Bagas untuk menikah dengan Anaya. Tapi, Mandala tidak akan membiarkan Anaya menguasai harta Bagas. Kemudian terlintas ide untuk memberi persyaratan yang harus dipatuhi Anaya. "Baik, jika itu mau mu. Nikahi dia, tapi dengan beberapa syarat," ujar Mandala pada akhirnya. "Apa saja syaratnya?" tanya Bagas ragu. Perasaannya mulai tidak enak mendengar penuturan Mandala mengenai syarat. Dia tahu kalau ayahnya tidak akan main-main dengan ucapannya. Untuk itu, Bagas harus hati-hati. Mandala menyeringai. Dia senang dengan sikap Bagas yang tidak mudah menyerah dan berani mengambil resiko. Itulah mengapa perusahaannya menjadi berkembang di bawah kuasa Bagas. Sebersit rasa bangga pada anak semata wayangnya itu. Dia merasa berhasil mencetak pebisnis handal. Mandala sengaja memberi syarat-syarat yang sulit agar Bagas menjadi bimbang dan mungkin akan membatalkan niatnya untuk menikahi Anaya. "Pertama, Anaya dilarang tinggal dibangunan dan dilahan yang Ayah beli dengan uang hasil kerja keras Ayah. Artinya, Anaya tidak boleh menginjakkan kakinya di rumah ini dan di gedung-gedung yang sudah Ayah dirikan. Termasuk kawasan wisata di Singapura yang baru saja Ayah resmikan." Bagas menyimak semua perkataan ayahnya. Dia masih tidak keberatan dengan syarat yang diberikan ayahnya. Lagipula dia sudah menyiapkan tempat tinggal untuk Anaya, meski tidak sebesar rumah ayahnya. Mandala mengamati ekspresi Bagas yang tidak lepas menatap kedua matanya. Lagi-lagi Mandala kagum dengan keteguhan hati anaknya. Mandala yakin, Bagas akan berjuang demi apa yang dia inginkan. Apalagi ini menyangkut tentang cinta dan masa depannya. Tapi, akankah Bagas rela berkorban demi Anaya? Mandala kembali menyebutkan syarat yang harus Bagas penuhi untuk menikahi Anaya. "Kedua, Anaya hanya boleh menerima uangmu dari hasil kerja kerasmu sendiri. Bukan dari keuntungan yang kamu peroleh dari perusahaan-perusahaan Ayah. Jadi, mulailah menabung sebanyak-banyaknya. Pastikan perusahaanmu kuat dan bertahan lama." "Berikutnya, syarat ketiga. Selama satu tahun kalian berumah tangga, kamu atau Anaya hanya boleh meminta bantuan pada Ayah, sebanyak dua kali. Jadi pastikan kalian tidak terlibat dalam urusan yang melibatkan ayah." Bagas mengangguk paham. Mandala tersenyum miring melihat respon anak laki-lakinya. "Yang ke empat. Jika Anaya melahirkan anak laki-laki dalam waktu satu tahun, aku akan menerimanya sebagai cucuku." "Yang terakhir, syarat kelima. Semua fasilitas dari Ayah yang biasa kamu nikmati, akan ditarik setelah ijab qobulmu pada Anaya selesai diucapkan." "Kenapa Ayah tidak menyukai Anaya? Apa Anaya punya salah pada Ayah?" tanya Bagas kecewa. "Ayah tidak mau dia menikmati hasil kerja kerasmu. Ayah khawatir setelah dia mendapatkan segalanya, dia akan meninggalkanmu." "Tapi Anaya bukan perempuan seperti itu, Ayah. Dia dari keluarga sederhana. Dia tidak suka berpesta pora seperti perempuan yang pernah Ayah kenalkan padaku. Dia berbeda," ucap Bagas diiringi senyum. Bagas sedang membayangkan Anaya. "Kamu terlalu lama di Amerika. Apa kamu tahu bagaimana kegiatannya selama kamu tidak ada di sini? Jangan terlalu percaya mulut seorang wanita, karena itu mengandung racun," tutur Mandala memperingati Bagas. "Aku terima semua syarat yang Ayah ajukan. Jadi, bersiaplah menerima Anaya sebagai menantu Ayah." Bagas bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri Mandala. "Jangan tidur terlalu larut dan jangan lupa diminum vitaminnya," ucap Bagas setelah mengecup tangan ayahnya. "Selamat malam, Ayah. Bagas pulang dulu," pamitnya lalu pergi meninggalkan ayahnya. Bagas mengalah dan tidak mau melanjutkan perdebatan dengan ayah yang sangat dihormatinya. Dia terpaksa menerima syarat itu agar dia bisa menikah dengan Anaya. Dia sudah bertekat akan memperjuangkan cintanya pada Anaya. :( 20-02-2020 ____________ Anaya menatap pantulan dirinya di cermin. Dia tahu bahwa pakaian yang dikenakannya sangatlah mahal dan mewah. Dia sendiri sangat mengagumi gaun putih berhias batu-batu berkilau, hasil karya perancang busana ternama, Tex Saverio. Hari ini Anaya akan menikah dengan Bagas, laki-laki yang amat mencintainya. Pesta digelar di sebuah ballroom hotel bintang lima di Jakarta. Dekorasinya terinspirasi dari film kartun Disney, favoritnya. Namun saat ini, semua itu terlihat nyata bagi Anaya. Seperti mimpi yang terwujud sempurna. "Kamu sangat cantik, Nay," puji Nabila, tante Anaya. "Ma syaa Allah. Ini hanya efek make up, Tante," ucap Anaya merendah. "Tidak, Nay. Kamu memang terlahir cantik, mirip almarhumah ibumu. Annisa mewariskan kecantikannya padamu. Bagas pasti akan terpukau melihatmu nanti," tutur Nabila. Anaya hanya menanggapi ucapan tantenya dengan tersenyum manis. Anaya jadi merindukan ibu dan ayahnya yang sudah lima tahun meninggalkan dunia. Jika masih ada, mungkin saat ini ibunyalah yang mendampingi Anaya menuju gerbang kehidupan baru. Jika masih ada, ayahnyalah yang menjabat tangan Bagas mengucap janji suci pernikahan. Namun, takdir memaksanya untuk berjalan seorang sendiri menyongsong masa depannya bersama Bagas. Seharusnya, seorang pengantin akan merasa bahagia menyambut hari pernikahannya. Namun, tidak bagi Anaya. Dia tahu bahwa sesaat lagi, perjuangannya akan segera dimulai. Tepatnya, setelah Bagas mengucapkan ijab qobul. Oleh karena itu, Anaya menangis. Dia menangis dalam pelukan tante Nabila Tahir, adik dari mendiang ayahnya. "Anaya sendirian, Tante. Menikah tidak didampingi ayah dan ibu," ucap Anaya dalam isaknya. "Ada Tante, Nay. Keluarga kita juga ada di luar. Kamu tidak sendirian, sayang. Kamu harus kuat, Anaya. Ayah dan ibumu pasti senang melihatmu berbahagia hari ini. Doakan mereka juga bahagia di sana," ucap Nabila menenangkan Anaya. "Mbak, saya sudah merias wajahmu selama 3 jam, loh. Masa kamu tega merusaknya hanya dalam beberapa detik saja dengan air mata. Tolong hargai kerja keras saya, Mbak," tegur perias wanita. "Ma-maaf. Tapi saya sungguh tidak bisa menahan air mata ini," ucap Anaya setelah melepaskan diri dari pelukan Nabila. "Nanti saya dipecat atasan kalau riasan Mbak jadi jelek," ujar perias itu lagi. "Nangisnya nanti saja ketika acara sungkeman. Ayo cepat ke sini, saya perbaiki riasannya. Setelah itu tolong ditahan air matanya," pinta perias itu sedikit kesal. "Baik. Saya akan berusaha untuk tidak menangis lagi," janji Anaya. Anaya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, berusaha menghilangkan rasa sesak didadanya. Untaian doa mengalun syahdu dari lisannya. Berharap pernikahannya dengan Bagas, akan dinaungi keberhakan, kedamaian dan kebahagiaan. :) ditulis pada bulan Juli, 2022. Etherna86.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD