bc

Pasangan Selingkuh

book_age18+
884
FOLLOW
3.4K
READ
second chance
goodgirl
sensitive
self-improved
princess
no-couple
mystery
city
office/work place
selfish
like
intro-logo
Blurb

Gendhis mendapatkan banyak fakta mengejutkan tentang Putra, suami yang disebut-sebut sebagai pria terbaik yang pernah ada. Apalagi, ketika dia menemukan bahwa sampai kematiannya di depan matanya, bukan dia yang digenggam, tetapi tangan wanita lain.

Sementara itu, dia yang berusaha untuk tetap setia pada pernyataannya tentang sosok Putra, terus diracuni oleh amarah Abisatya. Suami dari gundik Putra.

Nasib terus mempermainkan mereka berdua sampai mereka bertemu lagi, lagi, dan tidak berhenti. Sejak itu, keduanya terikat satu sama lain. Hingga benih cinta tumbuh di antara keduanya.

Namun, fakta yang lebih besar terungkap ketika keduanya mulai saling jatuh cinta. Kebenaran yang selalu ditutupi oleh ibu dan ayah yang tidak ingin anaknya terjatuh dan terluka. Jadi, bisakah keduanya bersama?

chap-preview
Free preview
Pertemuan, Kematian, Kebencian
Gendhis berlutut. Kedua matanya dipenuhi genangan air yang siap menjejak basah kapan pun ia mau. Sementara jantungnya seakan-akan berhenti berdetak untuk sekejap. Kedua cuping hidungnya kembang kempis bersamaan dengan air mata yang mulai menganak sungai. "Putra!" Teriakan Gendhis menggema bersamaan dengan kilat yang menyambar-nyambar. Angin kencang mengembus, menerbangkan anak rambut yang biasanya dipinggirkan oleh jemari kekar pria yang kini tak lagi bernyawa. Putra Pambudi telah terbujur kaku, ditutupi kain putih dengan warna-warna tanah di tiap ujungnya. Di sampingnya, ada satu jasad lain yang juga ditemukan secara bersamaan. Berimpitan. Gendhis terus menangis sembari menutupi mulutnya yang menganga tak percaya. Tak dihiraukannya banyak petugas kepolisian, wartawan, bahkan petugas kesehatan yang memandang iba. Dunianya hancur, lebur bersama kabar kematian suaminya. Tak jauh dari bersimpuhnya Gendhis, Abisatya menahan diri untuk tak menangis. Namun, saat angin kencang membuka kain penutup jenazah, ia tak lagi mampu bertahan dari duka yang amat dalam. Dengan langkah gontai, Abi mendekati jasad teman masa kecil yang baru dinikahinya seminggu yang lalu. Wajah pucat Rania membuat ulu hatinya nyeri. Ia bersimpuh tempat di samping jasad sang istri. "Ran, ka-kamu janji untuk pulang sebelum hujan datang, kan? Tapi bukan ini yang kumau! Bukan pulang ke hadapan Tuhan yang harusnya kamu tepati! Pulang ke sisiku! Pulanglah ke rumahku, Rania! Ke rumah kita!" Pecah sudah keterpurukan yang sedari tadi ditahan. Abi meraih tengkuk yang sedingin es itu dalam dekapannya. Ia menangis, meraung-raung memanggil nama sang istri yang amat didamba sejak sepuluh tahun terakhir. Gendhis yang sadar dari tangisnya sebab teriakan Abi, langsung mendekati jasad sang suami. Dipangkunya kepala Putra, lantas diciuminya brutal. Yang ia tahu, suaminya akan bangun saat Gendhis mendaratkan puluhan ciuman tanpa jeda tiap paginya. Namun, Putra masih bergeming. Bibirnya telah membiru. Tubuhnya kaku. Kedua pasangan itu masih saling melepas tangis atas kepergian masing-masing pemilik hati. Angin kembali mengembus kencang, tepat sesaat sebelum gerimis melanda, kain penutup pun tersingkap. Melihat itu, tentu saja Abi yang tahu betul istrinya tak suka disingkap selimutnya, lekas meraih kain penutup. Namun, perhatiannya teralihkan oleh genggaman sang istri. Perlahan, mata yang sempat dipenuhi genangan air penuh kehilangan, berubah tajam bak mata pisau yang siap mengiris siapa saja. Gigi Abi menggeletuk. Hatinya remuk. Pelan tapi pasti, Abi menurunkan pungung Rania sembari menyusut air matanya dengan cepat. Ditatapnya genggaman tangan sang istri yang terlihat begitu erat pada jemari Putra. "Apa ini Rania?" bisik Abi pada istrinya yang tetap membisu. Abi beringsut mundur, lantas berdiri menjauhi jasad istrinya. Bayangan tentang seminggu terakhir Rania yang dianggap berbeda berkelindan di depan mata. Ia menggeleng, lalu kemudian memutar badan. Dipijatnya pelipis pelan, sebelum hujan benar-benar membasahi tubuhnya. Ia berteriak. Lantang. Ia meninju angin sebab kebenaran yang masih abu-abu diungkap. Sementara itu, Gendhis yang masih menangis, memangku kepala Putra sembari menciuminya masih belum sepenuhnya sadar. Ia masih menangis saat petugas kesehatan hendak membawa dua jasad korban laka lintas itu masuk ke ambulance. Gendhis diminta mundur, tetapi ia bergeming. "Hujan makin deras, Mbak, biarkan kami bekerja. Dua jasad ini harus masuk ke ambulance bersamaan." "Masukkan saja dia dulu, Pak. Aku masih ingin memeluk suamiku," pinta Gendhis memelas. "Maaf, Mbak, mereka harus diangkat bersama. Mereka enggak bisa dipisahkan." Sontak saja, Gendhis menanap. Ia menatap tajam pada petugas kesehatan yang tampak mulai salah tingkah. "Kenapa? Kenapa aku dan suamiku dipisahkan sedangkan suamiku dan perempuan ini harus bersama?!" Mendengar itu, Abi yang sibuk mengeja situasi dan kondisi pun mendekat. Ia menarik tangan Gendhis, lantas menunjukkan genggaman jasad yang tak akan pernah bisa dilepas. "Kamu lihat? Genggaman itu! Mereka tak bisa dipisahkan sebab itu! Kamu mau pura-pura buta? Mereka pasangan selingkuh!" Kali ini Ghendis terperenyak. Ia bahkan tak menyadari hal itu sebab terlalu fokus menciumi mendiang suaminya. Ia menggeleng, lantas bayangan akan kenangan indahnya bersama Putra terus hadir di depan mata. Petugas kesehatan tak menyia-nyiakan kesempatan. Cepat, mereka menggotong jasad dan memasukkannya ke dalam mobil ambulans. Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, Gendhis menggeleng kuat. Ia menatap Abisatya penuh amarah. Lalu mendorong pundak Abi dengan kuat. "Apa maksudmu selingkuh? Kenapa kamu tak mempercayai istrimu? Bisa jadi, mereka saling menggenggam karena ikatan persahabatan. Bisa jadi, mereka saling menguatkan di saat-saat terakhirnya! Aku percaya, Putra setia padaku!" Mendengar itu, tentu saja Abisatya memelotot. Ia menggeleng pelan sebelum akhirnya meraup wajah basahnya dengan kasar. "Kamu bodoh atau memang naif?! Bagaimanapun juga, dilihat dari mana pun juga, mereka ini tukang selingkuh! Mana ada persahabatan saling menggenggam dengan jemari masuk di tiap sela?! Genggaman sahabat tak akan seintim itu!" "Lantas, apa masalahmu sekarang? Putra ... dia pria yang baik! Aku kenal suamiku lebih dari kamu! Kutekankan sekali lagi, aku dan keyakinanku tak pernah goyah. Suamiku tipe pria setia!" "Keyakinanmu memang tak akan goyah sekarang. Tapi, nanti. Setelah semua fakta diungkap, kamu akan tau betapa keyakinanmu telah dikoyak oleh orang yang paling dekat dengan jantungmu! Betapa kesetiaan yang kamu agung-agungkan tak akan membuahkan hasil!" Jeder! Gemuruh guntur benar-benar membuat Gendhis dan Abisatya terdiam. Bukan sebab telinga yang berdenging, melainkan karena pernyataan Abi yang ia yakini mampu membuat wanita lembut di hadapannya sadar. Bahwa tak ada yang namanya kesetiaan dalam hubungan ilegal. "Permisi, kalian bisa ikut kami ke rumah sakit terdekat." Ucapan salah satu ahli medis membuat Gendhis dan Abi tersadar dari lamunan penuh angkara. Keduanya masih saling menatap penuh tanya dalam keraguan. Tentang takdir yang telah mempertemukan keduanya, bahkan sebelum kabar kematian pasangan disampaikan. Gendhis mengangguk, sebelum akhirnya mengekor di balik petugas kesehatan dan masuk ke mobilnya sendiri. Diantar sopir pribadi, ia duduk meratapi nasib. Diusapnya air mata yang terus mengalir, turut membasahi kedua pipi. Ia ingat betul betapa Putra memanjakannya pagi tadi. Ia ingat, hadiah ulanh tahun pernikahan yang diberikan suaminya sebelum berangkat ke Batu. "Gendhis, hari masih terlalu pagi. Kenapa tak bermain-main di luar rumah, berlarian, berolahraga, alih-alih baca novel mengerikan milik Irawati? Apa itu? Terjebak Reuni Maut?" Gendhis mengernyit, lantas menutup novelnya sembari menurunkan kedua kaki yang berselonjor di sofa dudukan tiga. "Sayang. Aku bangun sejak Subuh. Habis salat, aku sudah nge-gym. Sudah angkat barbel juga. Sekarang waktuku untuk bersantai. Apa ada yang salah?" tanyanya sembari memberengut manja. Putra mengulas senyum, lantas mendekat ke arah Gendhis dengan dasi yang masih menjuntai di kanan dan kiri kemeja. "Kenapa tak mencoba membuatkanku sarapan? Bukankah itu jauh lebih mengasyikkan?" Gendhis yang paham, kemudian beranjak. Diraihnya masing-masing ujung dasi dan mulai menyimpul dasi pada leher Putra dengan elegan. "Kamu tau betul, Sayang. Kita sudah punya banyak asisten rumah tangga. Untuk apa aku bersusah payah?" Putra berdeham sebentar, lalu mengalungkan kedua tangannya ke tengkuk istrinya. "Baiklah, Tuan Putri. Tapi, bisakah kamu menutup kedua matamu lebih dulu? Aku punya sesuatu." Gendhis mengangguk dengan senyum yang mengembang. Cepat ditutupnya kedua mata sembari meraba-raba d**a bidang suaminya. Putra meraih sebuah kotak cincin dari saku celananya, lalu mengecup bibir sang istri dengan cepat. Bersamaan dengan itu, kotak cincinnya dibuka tepat saat Gendhis memelotot tak percaya. Gendhis menutup mulutnya yang menganga lebar dengan punggung tangan, lantas meraih cincin bermata berlian yang ditunjukkan sang suami. "Ini apa?" "Happy anniversary wedding, Sayang. Sudah lima tahun dan itu tak terasa!" Keduanya perpelukan. Erat. Sebelum akhirnya berpisah sebab Putra pergi dengan tergesa setelah mendapat panggilan telepon. Bahkan, sebelum Gendhis mencoba cincinnya. Namun, betapa terkejutnya ia saat tahu lingkar jarinya terlalu besar. Bayangan Gendhis tentang Putra membuat ulu hatinya sakit tak keruan. Debar jantungnya berdetak kencang sebab meranyah. Untuk pertama kalinya, ia sadar, Putra melakukan kesalahan. Untuk pertama kalinya, ia mendapat cincin dengan lingkar jari yang kebesaran. Mobil Gendhis masih melaju kencang, membelah jalanan Pujon sisi selatan yang diguyur hujan. Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit untuk sampai ke IGD RS yang berada di jalan Sajid. Cepat, Gendhis turun dan mencoba mendampingin jasad suami beserta istri Abisatya. "Di mana Putra? Putra? Tunggu aku, Putra!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook