Deru mobil memasuki pelataran rumah mereka dengan halus. Mobil yang Kinan dapat dari kerja kerasnya kini justru di gunakan suaminya untuk pergi bersama selingkuhannya.
Kinan berdiri di balik jendela dapur yang berhadapan langsung dengan garasi dimana ketiga orang itu turun dari mobil.
"Yumna masuk duluan sana. Papa mau bawa barang dulu." Yumna mengangguk dan memasuki rumah.
Saat melihat Yumna sudah masuk Bram mulai nakal dan meraih pinggang Ayu. "Mas, nanti ada yang lihat," ucap Ayu dengan anda manja.
Bram melihat ke depan dimana posisi mereka terhalang mobil juga pagar. "Dari luar gak akan kelihatan." Bibir Bram menyusuri leher Ayu membuat Ayu terkekeh.
"Maksudku ada Kinan di dalem."
Bram menoleh ke belakang. Jendela dapur berwarna hitam, kaca satu arah dimana Bram tidak bisa melihatnya yang berdiri disana. "Kinan pasti udah tidur. Tadi aku masukin obat tidur di susunya." Mata Kinan membulat saat mendengar itu. Beruntung dia tak minum s**u yang di buat Bram tadi. Kinan melangkah ke arah wastafel dan membuang s**u yang masih tertampung di gelas. Niat awalnya turun karena memang ingin menyimpan gelas s**u yang di buat Bram. Tapi siapa sangka dia justru melihat mereka pulang.
Dan kenyataan yang baru dia ketahui benar-benar membuat Kinan murka. Bram melakukan segala cara agar bisa bebas meski dirinya ada di rumah.
Kinan kembali menatap jendela dimana suaminya masih berbuat m***m dengan janda tetangganya. Mengarahkan ponsel ke adegan tersebut hingga suara Bram kembali terdengar. "Sekarang aku minta layanan khusus, karena udah belanjain kamu," ucapnya dengan nakal bahkan ektra meremas b****g Ayu.
Pemandangan yang membuat Kinan jijik dan mual.
Ayu mengalungkan tangannya di leher Bram. "Kamu pikir aku gak tahu kalau itu uang istri kamu?" Kinan kembali tertohok. "Apa jadinya kalau dia tahu uangnya kamu kasih ke aku?"
Bram menggeleng. "Dia gak akan tahu. Lagian selama kebutuhan dapur terpenuhi, dapur mana yang masak kan gak masalah." Bram terkekeh. "Kita main sebentar yuk!"
Ayu mengangguk. "Ayo kerumahku." Wanita itu menarik tangan Bram untuk pergi ke rumah sebelah.
Kinan mengepalkan tangannya erat. Mengetahui jika selama ini Bram memberikan uangnya pada Ayu. Pantas saja akhir- akhir ini Bram selalu bilang uang bulananannya kurang. Rupanya pria b******k itu menggunakannya untuk dua rumah.
Bisa- bisanya dia menggunakan uang hasil kerja kerasnya untuk berselingkuh di belakangnya.
"Bram b******k!" Kinan meremas ponselnya berharap itu adalah suaminya, dan akan dia remukan sampai ke tulang.
"Sejak kapan mereka melakukan itu?"
....
Bram membuka pintu kamar perlahan lalu menaiki ranjang.
Sebelum benar-benar berbaring Bram sempat memperhatikan Kinan. Setelah dirasa aman, Bram segera berbaring nyaman dengan wajah yang bersemi dan penuh senyum. Tentu saja dia baru saja mendapat kepuasan yang sudah jarang dia dapatkan dari Kinan.
Karena kesibukan Kinan terkadang dia dan Kinan hanya melakukannya beberapa kali dalam seminggu saja. Sedangkan di usia ini Bram sedang panas- panasnya dalam berhubungan. Jadi jangan salahkan dia berselingkuh.
Bram bergerak mendekat ke arah Kinan lalu memeluk istrinya itu. Meski kepuasan itu dia dapatkan dari rumah sebelah. Istri yang paling dia cintai tetaplah Kinan. Karena bagaimana pun Kinan adalah istri yang pengertian yang tidak pernah protes meski dia tidak bekerja. Bahkan tak mengeluh meski rumah mereka kini menjadi tanggungan Kinan. Ah, bahagianya saat memiliki dua wanita. Yang satu memuaskan hasratnya, dan yang satu membiayainya. Dia sudah seperti raja yang sejahtera.
Sementara itu Kinan justru merasa pelukan Bram terasa tak nyaman. Jika dulu dia selalu bahagia dengan pelukan saat tidur. Kini Kinan merasa sungguh jijik sebab suaminya ini sudah kotor.
Beraninya dia menyentuhnya setelah menyentuh wanita lain.
Kinan membuka matanya. Ya, sejak tadi dia tidak tidur. Bahkan sejak suaminya mengikuti langkah Ayu ke rumah sebelah. Pikirannya terus berputar dan membayangkan jika suaminya tengah bercinta dengan janda itu.
Saat Bram masuk, Kinan memejamkan matanya pura-pura tidur. Pikirannya yang sejak tadi kacau dengan perasaan hancur kini berubah menjadi kemarahan.
Bram mempermainkannya di belakang. Membiayai selingkuhannya dengan uangnya. Dan sekarang seolah tak merasa bersalah pria itu memeluknya.
Kinan mengepalkan tangannya. Lihat apa yang akan dia buat untuk membuat suaminya menyesal.
Mata Kinan berkilat di gelapnya ruangan, amarah dan sakit hatinya membuat Kinan merencanakan balas dendam pada Bram dan Ayu.
Dia akan menggugat semuanya. Semua yang sudah dia berikan pada Bram, dan yang Bram berikan pada janda tentangga itu.
....
Di pagi hari seperti biasa Bram sudah siap dengan masakan di meja. Dan Kinan makan dengan tenang. Sementara Bram meninggalkan meja makan dan beralasan membangunkan Yumna. Saat Bram kembali Kinan sudah selesai dengan sarapannya dan beranjak untuk segera berangkat bekerja.
"Kamu udah selesai?" Bram datang diikuti Yumna yang ternyata sudah siap untuk pergi sekolah.
"Hm, aku banyak kerjaan soalnya." Kinan mengusap rambut Yumna. "Belajar yang pinter di sekolahnya ya, sayang."
"Oke, Ma." Kinan tersenyum saat Yumna mengacungkan jempolnya.
"Aku pergi, ya Mas." Kinan meraih tangan Bram lalu melangkah keluar rumah.
Bram mengernyit, lalu mengikuti langkah cepat Kinan. "Hati- hati, sayang!" Kinan menoleh dan mengangguk lalu memasuki mobilnya.
Bram masih diam disana hingga mobil Kinan benar-benar pergi barulah dia kembali ke dalam rumah.
"Ayo, cepetan makannya. Abis itu kita berangkat sekolah," katanya pada Yumna.
"Aku gak usah sekolah, ya, Pa." Yumna menatap penuh harap.
"Gak bisa. Kemarin udah gak sekolah soalnya. Kalau sampai Mama tahu, Mama bisa marah."
Yumna mencebik. "Mama gak asik. Apa- apa gak boleh."
Bram mengusap rambut Yumna, "Tapi, sekolah emang perlu."
"Aku lebih suka Tante Ayu. Kalau bilang sama Tante Ayu pasti boleh."
Bram tersenyum. Jangankan Yumna, dia saja tergila-gila dengan Ayu. Ayu memang pintar mengambil hati siapa saja. Termasuk dirinya.
....
Kinan menghentikan mobilnya di persimpangan komplek perumahan, lalu membuka ponselnya untuk menghubungi Gina. "Gina saya datang agak siangan. Ada hal penting yang harus saya lakukan."
"Oh, baik, Bu." Setelah meminta izin Kinan menghela nafasnya lalu menelungkupkan wajahnya di bundaran setir. Saat mendengar suara motor menderu, Kinan mengangkat wajahnya dan benar saja itu motor Bram. Dia hafal suara deru itu. Kinan menatap kepergian Bram yang mengantar Yumna, lalu kembali menunggu hingga motor Bram kembali memasuki kawasan perumahan. Setelah memastikan Bram kembali, Kinan melajukan mobilnya untuk mengikuti Bram. Kinan menghentikan mobilnya beberapa jauh dari rumahnya, lalu turun dengan berjalan kaki. Saat tiba di depan rumahnya Kinan melihat Bram memasuki rumah diikuti Ayu. Seolah takut ada yang melihat mereka bahkan sempat memperhatikan sekitar sebelum benar-benar masuk.
Kinan mengepalkan tangannya. Jadi begitu cara kerja mereka membodohinya selama ini. Setelah dia dan Yumna pergi Bram membawa Ayu ke rumah mereka, atau saat dia ada di rumah Bram akan melakukannya di rumah Ayu.
Dan jangan lupa Bram bahkan memasukan obat tidur di susunya.