his starting point

1165 Words
hidup lagi capek malah diprank sama idola diazku manaaaaaaa????? fancam diaz putra X fancam manager diaz putra V ...eh iya tahu managernya diaz visualnya juga ga nahan oeee .......anjir iya baru sadar ............gitu ga sih makanya ada pepatah mengatakan dekatlah dengan penjual parfum biar ketularan wangi .................anjay ketularan cakepnya diaz awoakakakakakak .......................siapa sih nama managernya? fashion airport manager diaz putra .....SPILL IG MANAGERNYA NDERRR!!!! Deretan manager yang memiliki visual tak kalah dari sang artis... Nama Alan menjadi trending di twitty bahkan portal berita nimbrung keramaian pun mematut fotonya. Hal itu terjadi karena insiden ketika banyak wartawan juga penggemar yang menunggu di bandara untuk kepulangan Diaz dari pfw. Sayangnya Diaz tidak ditemukan di tempat yang menjadi incaran oleh banyak orang tersebut. Barulah statement agensi tentang Diaz yang lebih dulu pulang muncul, sehingga mereka mencari info dari apa saja yang berkaitan dengan Diaz. Bahkan Alan yang terbiasa di balik layar pun kini menjadi sorotan. Sementara itu yang mendadak menjadi topik hangat sudah meluncur ke apartement Diaz untuk melakukan pekerjaannya. Tetapi bukannya merasa senang atas atensi yang ia dapatkan, Alan justru sedang uring-uringan. Ia yang masih jetlag harus dihadapi dengan meningkatnya jumlah followers bersamaan dengan telepon masuk meminta konfirmasi. Sebagian besar memang konfirmasi terkait alasan Diaz lebih dulu pulang. Tetapi ada juga yang mendadak menyapa Alan juga menawarkan berbagai pekerjaan yang melibatkan visualnya. Astaga yang benar saja Alan merasa seleb sekarang. Keriwehan Alan tidak hanya itu saja, melainkan ada masalah yang lebih krusial yang membuatnya menjadi uring-uringan. Yaitu pacarnya yang cemburu Alan dipuji-puji oleh netizen. "Cooookk!!! fans lo tolong berhenti follow, dm, juga mention gue dong! Anjiiir pusing." "Sayaaang iyaaa enggaaaa. Gak aku tanggepin.... Astaga.. iyaaa.. udah aku lock kok.... iya love you" Ini sudah telepon kesekian dari sang kekasih dan Diaz hanya bisa tertawa terbahak melihat keadaan Alan. Ia tidak berniat menenangkan atau pun membantu, bagi Diaz hal tersebut adalah hiburan. "Gue kerja sama lo udah berapa tahun sih Yaz.. kok mereka baru sadar kalau gue ini ganteng" "Cahaya gue kan bikin mereka silau... mana sempat lihatin titik buta hahahahahahha" "k*****t" Sebenarnya Alan masih bisa menikmati udara Paris. Tetapi tanggung jawabnya terhadap Diaz juga tidak bisa dia abaikan. Selepas Diaz kembali ke Indonesia Alan pun memutuskan untuk segera pulang, merelakan satu hari extend yang diberikan Bea&Co. untuknya. "Sayang aku mau off sosmed sama ini mau matiin hp. Kamu juga iya yaa.. udah stop lihat-lihat update berita itu yaa okee" Alan mengirimkan pesan suara pada sang kekasih lalu benar-benar me non aktifkan ponselnya. "Cewek lo tumben ada waktu banget deh ngecek in hp. Ga ada praktek?" "Dia lagi cuti, sepupunya atau siapanya itu nikah" "Lo kok ga ikut?" "Mikir nyeeet gue udah bilang sama Sarah bahkan keluarganya juga kalau gue ada kerjaan di Paris. Eh malah bikin huru hara nongol di mana-mana. Jelas ngomel pacar gue tuuu" Sekali lagi Diaz hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Alan dan kemalangan adalah paket lucu sebagai bahan candaan. "lo ngapain ke sini?" Diaz bertanya. Sedangkan Alan, yang ditanya hanya mengerutkan keningnya tanda tak paham. Keduanya bertukar tatap dalam pertanyaan yang terlontar dalam isi kepala masing-masing. "Lo mau apa ke sini? Gue mau ke rumah ibu loh" ulang Diaz. "Kerja woyyy" "Gue katanya punya banyak hari free. Elo yaa yang bilang kemarin di Paris" Diaz tidak terima jika rencananya hari ini hanya karena schedule dadakan s****n. Alan sendiri yang mengatakan bahwa ia bisa libur beberapa hari karena jadwal padatnya telah usai. Tetapi melihat respon sang manager yang berdecak sebal dan langsung berkutat dengan ponselnya terlihat serius, Diaz tidak yakin bahwa rencananya akan berjalan seperti yang ia inginkan. "Cek hp lo" Tanpa banyak protes maupun bertanya, Diaz pun langsung merogoh ponselnya dari saku celana. Ia membuka ruang perpesanannya dengan Alan yang sudah penuh dengan notifikasi pesan baru dari managelnya. Sebagian besar adalah foto-foto yang awalnya membuat bingung Diaz sendiri. Awalnya ia benar-benar tidak paham hingga akhirnya menyadari dengan sendirinya. "Bisa jelasin ini apa? "Dia siapa?" "Lo tu ngapain sebenernya?" "Jangan ceramahin gue tentang hindari ber negative thinking tapi lo pasti juga bisa nebak dengan bahan kayak gitu, banyak narasi yang bisa digoreng" Alan mengutarakan rentetan pertanyaan juga kalimat penjelasan lainnya pada Diaz. Tetapi manggut-manggutnya Diaz bukan berarti dia memang ingin menanggapi, ia hanya paham dan setuju tidak untuk menyanggupi bahwa ia akan menjawab. Tidak. Belum. "Biarin" "HELL" "Kalau nanti merugikan orang lain, gue siap konfirmasi. Let them be!" Dengan santai Diaz mematikan ponselnya lalu memasukkan kembali dalam saku celananya. Ia juga kembali mengambil kunci mobil bersiap untuk pergi. Segala pergerakan Diaz hanya bisa ditatap datar oleh Alan. Manager Diaz itu sudah hapal dengan segala kemungkinan tanggapan Diaz. Meski begitu ia juga masih menunggu barangkali ada respon lain yang bisa Diaz tunjukkan yang tentu saja siapa tahu bisa meringankan tugas Alan ketika menghadapi hal-hal serupa. Tidak ada. Sebenarnya management yang menaungi Diaz Putra juga sang artis itu sendiri sudah memiliki kebiasaan yang diketahui publik. Kebiasaan berupa sikap yang diambil saat ada berita simpang siur di luar sana, sikap Diaz dan tim sudah memiliki ciri khasnya. Alan hanya menjalankan sop pekerjaannya, dan sudah. "Lo mau kemana? Gue mau sehari jadi Diaz Putra. Bodo amat sama kerjaan dah hp gue mati. Capek banget anjir" Alan langsung berubah mode dirinya yang sebenarnya. Tak lagi menghiraukan Diaz, laki-laki itu justru rebahan di atas sofa lebar milik Diaz. Bahkan Alan juga mengambil posisi ternyaman untuk menyelami alam mimpi. Ia benar-benar ingin menuntaskan jetlag yang ia rasakan. Melihat Alan juga tidak terlalu penasaran akan jawaban pertanyaannya membuat Diaz pun juga lekas bergegas. Ia akan pulang ke rumah sang ibu. Ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Tentu saja. . . . Desis wajan juga semerbak aroma masakan menyambut kedatangan Diaz. Ia sengaja langsung masuk ke rumah dan menuju arah dapur tempat sang ibu sedang memasak agar bisa membuat kejutan. Perempuan yang telah membesarkan tiga putranya sendirian itu tengah berkutat dengan bahan masakan. Perlahan Diaz pun melingkarkan lengannya pada tubuh sang ibu. Tentu saja Ratna sempat terkejut hingga kecupan pada pipinya terasa familiar. "Bang Yaz!" "Kok tahu? Padahal kalau hadap-hadapan ketuker sama Dian" protes Diaz. "Soalnya cuma Bang Yaz yang suka iseng masih ciumin ibu" Keduanya terkekeh lalu Diaz pun ikut berkutat di dapur melanjutkan agenda memasak Ratna. "Bu, Diaz mau nikah" Gerakan tangan Ratna yang tengah memotong wortel terhenti. Ia menoleh ke arah putranya yang tengah mencuci beberapa sayuran lain. Ratna meyakinkan indera pendengarannya. "Gimana bang?" "Diaz waktu ketemu lagi sama dia kepikiran buat nikah bu" "AKH ABAAANG YA ALLAH" "Ibu... Ibu pisaunya ibu" Diaz ngeri sendiri melihat ibunya berjingkat bersemangat juga merentangkan tanganny tinggi-tinggi guna mengekspresikan kebahagiaannya. Tetapi tangannya masih memegang pisau jadi Diaz jerih melihatnya. "Siapa bang? orang mana? abang mau minta dilamarkan kapan?" "Dia, single parent bu" Ratna terdiam masih tersenyum lalu merapatkan tubuh pada sang putra. Ia yakinkan tubuh gagah putranya dengan usapan lembut menenangkan. "Abang sudah lama kenalnya?" "Dia sudah punya anak" "Abaaaang, abang yakin? abang siap?" Ratna mengkhawatirkan kesiapan sang putra. Menjadi suami dan langsung menjadi sosok ayah. anaknya bisa? "Diaz merasa tepat sama dia bu...." "...Melinda, ibu sudah kenal kan?" Ratna mengernyit bingung dan terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD