how their story begin (again)

1470 Words
"Bu, Diaz mau nikah." "Diaz waktu ketemu lagi sama dia kepikiran buat nikah bu." Meski sadar memiliki tiga putra yang sudah dewasa dan memang wajar bila mulai membangun rumah tangga tetapi Ratna tetap saja terkejut. Ia masih saja merasa bahwa waktu cepat berlalu dan anak-anaknya yang dulu kerap membuat pusing karena kenakalan khas anak kecil kini sudah tidak begitu lagi. Mereka semua mulai memikirkan tanggung jawab atas diri mereka sendiri bahkan bersiap atas hidup orang lain sebagai pasangan mereka. Rasa haru bahagia itu tentu tidak bisa terbendung dirasakan Ratna. Melepas salah satu anak kembarnya mengarungi bahtera rumah tangganya sendiri adalah salah satu momen yang akan selalu membekas dalam diri Ratna. Bagaimana Dian yang saat ini berstatus suami dan Ratna yang kini juga memiliki anak perempuannya yaitu Hapsari istri Dian. Lalu mendengar penuturan dari Diaz tentu Ratna tidak bisa untuk tidak heboh berbahagia. Apalagi ini Diaz, anak laki-lakinya yang setelah pernikahan kembarannya sedikit banyak menyita pikiran Ratna tentang nasib percintaan putranya. Tanpa menyela ataupun protes, Ratna mendengar dengan seksama tentang perempuan yang Diaz maksud ingin ia nikahi. Sebagai ibu Ratna merasa tidak perlu terlalu ikut campur atas pilihan hidup anak-anaknya. Ia percaya bahwa ketiga putranya sudah dewasa dan mampu memutuskan hal baik yang akan mereka pilih dalam hidup mereka. Ratna akan menerima siapapun yang anak-anaknya pilih sebagai pasangan hidup mereka. Baginya, istri dari anak-anaknya adalah anak perempuannya juga. Tetapi dengan cepat keraguan meliputi diri Ratna. Bukan karena meremehkan putranya melainkan ingin tahu seberapa yakin putranya atas pilihannya. Meski tidak ingin ikut campur tetapi sebagai orang tua Ratna juga tidak ingin lalai dalam membimbing anaknya, mengarahkan pada hal baik. Perempuan yang membuat Diaz merasa yakin ingin melangsungkan pernikahan adalah seorang single parent, sudah memiliki anak. Ratna tidak mempermasalahkan meski ia juga nantinya akan banyak bertanya lebih dalam. Seperti alasan perempuan itu menjadi single parent lebih-lebih kesiapan Diaz untuk menerima status dari calon istrinya. Ratna juga dilingkupi pertanyaan seputar siapkah Diaz menyandang gelar suami sekaligus sebagai ayah sambung? Memegang tanggung jawab atas diri sendiri bukan hal mudah apalagi atas diri orang lain, lebih lagi Diaz tentu akan langsung menanggung dua hal besar sekaligus. Dengan status perempuan yang Diaz sebut, tentu saja Diaz harus siap menanggung tanggung jawab atas istrinya dan anak dari istrinya kelak. "...Melinda, ibu sudah kenal kan?" Nama yang disebutkan Diaz terdengar tidak asing bagi Ratna. Bahkan ia merasa baru-baru ini kerap mendengar nama itu di sekitarnya. "Melinda?" "Iya,,, ibu masih ingat kan? kemarin di nikahan Dian kan ketemu" "Melinda Sasmita Jenar?" "Loh kok ibu tahu?!" Diaz terkejut dengan fakta sang ibu mengetahui nama lengkap Melinda. "Mel mantan abang?" Bola mata Ratna membola terkejut. Sedangkan Diaz lesu mendengar pertanyaan ibunya guna menegaskan tentang Melinda mana yang tengah mereka bahas. iya tahu udah jadi mantan tapi gausahlah diingetin mulu -_- "ABANG NGREBUT ISTRI ORANG?!!" "Astaghfirullah engga buuuu" Bukan tanpa alasan Ratna memiliki asumsi seperti itu, karena terakhir kali yang ia tahu adalah Melinda yang datang ke pernikahan Dian bersama dengan suami. Hal tersebut pun diungkapkan oleh anak-anaknya kala itu. Lalu jika hari ini Diaz mengatakan Melinda adalah seorang single parent dan bermaksud menikahinya, bukankah tidak mungkin putranya itu mengganggu rumah tangga orang?? "Suaminya Mel sudah meninggal ibuuu" "Innalillahiwainalillahirajiun.... Nak Mel ngurus anaknya sendiri berarti ya bang?" "Ya namanya juga single parent" Diaz masih sebal dengan tuduhan ibunya. "Ibu mau ketemu bang" "Hah? Jadi Diaz direstui engga ini?" "Restui apa?" Astagaaaaa. Jadi permohonan panjang lebar yang diucapkan Diaz sedari tadi tidak dihiraukan oleh ibunya. Padahal seingatnya ibunya ini adalah wanita super cepat tanggap tetapi mendadak jadi loadingnya lama. "Nikah buuu,,, sama Mel" "Nikah nikah!" Ratna mengucapkan hal tersebut sembari memukul lengan putranya membuat Diaz mengaduh karena rasa panas dari telapak tangan ibunya. "Bang Yaz, Ibu mau ketemu sama Melinda!" Laaaaaahhhh? jadi di restui engga ini? . . . Samar suara mesin las memenuhi galeri Bea&Co. Suara itu berasal dari workspace tempat Melinda tengah menggarap salah satu pesanan pelanggannya. Sebuah gelang dengan banyak ornamen berlian berwarna biru adalah request dari seorang suami yang katanya hendak menghadiahkan gelang itu untuk perayaan dua tahun pernikahannya bersama sang istri. Melinda tersenyum sendiri begitu mengingat hari dimana pelanggannya itu datang lalu menceritakan alasannya ingin memesan gelang padanya. Dengan sedikit canggung Pak Bagas melepas sesuatu dari pergelangan tangannya. Tampak kontras dengan jam tangan miliknya, sebuah gelang serut dengan kancing dan inisial AA pun ia serahkan ke Melinda. "Ini ukuran tangan istri saya" ucap Pak Bagas setelah mengatur gelangnya. Selanjutnya Melinda hanyut dalam cerita-cerita Pak Bagas tentang istrinya untuk menentukan desain yang tepat karena beliau sendiri tidak memiliki desain yang spesifik. Pesannya adalah "Saya mau gelang itu banyak batu mulianya dan berwarna biru" Dalam proses penggarapannya Melinda mencoba untuk selalu menghadirkan ingatan tentang ekspresi dan cara bercerita Pak Bagas tentang istrinya. Melinda berharap dengan begitu suasana kerjanya menjadi terbawa akan nuansa cinta kasih dari seorang suami pada istrinya hingga hasil karyanya memiliki sentuhan yang serupa, penuh cinta kasih. "assalamualaikum" Sebuah suara berbisik membuat Melinda mengalihkan pandang dari pekerjaannya. Ia mendongak mencari si pemilik sumber suara. Tetapi pemiliknya tidak cukup tinggi hingga dapat dilihat Melinda dari balik meja kerjanya. Suara sedikit gaduh pun menyusul dan tak lepas dari pandangan Melinda. Ia menjadi was-was Bea akan terjatuh saat mencoba duduk di kursi tinggi pada area workspace miliknya. Kursi yang biasanya digunakan untuk tempat duduk client menghadap padanya. Ya, pemilik suara berbisik tadi adalah sang putri yang baru saja pulang dari kelompok bermainnya. "waalaikumsalam" balas Melinda tak kalah berbisik begitu melihat kepala Bea sudah menyembul terlihat. "Selamat siang.. nama bunda siapa?" Bea mengacungkan mic mainan miliknya ke arah Melinda. Hari ini anak itu memiliki pelajaran tentang jurnalis jadi sejak kemarin Bea sudah rusuh minta membawa mic mainan ke sekolah untuk memerankan seorang wartawan. Permintaan yang membuat Melinda geleng-geleng karena takjub mengetahui pengetahuan sang anak. "Hhaha sini sini nak... wawancaranya deket bunda aja.. awas jatuh ke depan nanti kamu" "Kikikikkiikkki" Bea terkikik lalu segera lompat dari kursi yang tentu membuat Melinda menahan napas melihatnya. Tas pilihan Bea yang tampak besar di tubuhnya menjadi salah satu penambah kelucuan dan keimutan pada putri Melinda. Kursi tambahan di letakkan Melinda di dekatnya lalu ia membawa Bea untuk duduk di dekatnya dalam area workspace Bea&Co. "Bunda namanya siapa?" sekali lagi Bea bertanya. "Saya Melinda" "Aaah yang panjang" protes Bea. "Saya Melinda Sasmita Jenar" koreksi Melinda "Kalau ibu ini namanya siapa?" kini Mel mengepalkan tangannya membentuk mic lalu gantian mengarahkan pada Bea yang terkekeh menutupi tawanya. "Betis Casmita Yaciz" Melinda tergelak bersama putrinya. Beatrice memang sudah bisa mengucapkan huruf 'r' tetapi dulu saat masih belajar, anaknya itu mengeja namanya sebagai betis dan hal itu kerap sebagai bahan guyonan yang diulang-ulang oleh Sastra juga Mahesa. "Aduh aduh aduuh happy sekali sih ini bunda sama putri lebahnya" Inez nimbrung gelak tawa ibu dan anak itu menyusul Una di sampingnya yang juga baru turun dari lantai atas. Jam makan siang, dan Melinda memang akan makan siang bersama mereka. "Halooo Aunty Nez" "Haloooo Bea mau punya papa baru ya?" "Neeeezzz!!!" Una melongo dan Melinda refleks memperingati temannya juga segera menutup telinga Bea. Sedangkan Inez hanya cengengesan tidak merasa bersalah. Ia sedang punya misi untuk mencari tahu sosok laki-laki yang dibawa Melinda ke kondangan seperti penuturan Diaz Putra saat di Paris. Usaha Melinda untuk menghindarkan Bea dari pertanyaan yang aneh-aneh menurutnya, gagal "Papa baru itu apa bunda?" ough  "Sayang ayo dilepas dulu tasnya. Katanya tadi mau makan fish and chips" Melinda memilih cari aman untuk mengalihkan pertanyaan Bea. Mel belum punya persiapan untuk menjawab jenis pertanyaan seperti itu atau lebih tepatnya ia memang tidak terpikirkan. Beruntung Bea juga segera teralihkan fokusnya begitu mendengar nama salah satu makanan kesukaannya yang pagi tadi ia minta ke sang bunda. Bea digandeng Una di depan sedangkan Melinda dan Inez berjalan di belakang keduanya menuju ke restoran di dekat Bea&Co. Sedikit memelankan suaranya Melinda pun menyemprot Inez. "Neeezzz lo apa apaan sih? Jangan bahas begitu lah depan anak gue! Pusing tahu gue jawabnya" "Makanya buuu, paling engga tu temen deket tu paling pertama dikasih kabar bahagia. Ini malah dari BA kita taunya" "Apaan?" Inez berdecak sebal "Lo lagi deket sama cowok kan?" "Haduuuuh fitnah apa lagi sekarang?" Melinda sudah kenyang dengan semua berita tentang kedekatannya dengan seseorang. Status kesendiriannya seolah menjadi umpan yang bisa dengan mudahnya dilemparkan untuk sebuah berita rekaan tentang hubungan asmaranya. "Bukan fitnah, orang Diaz Putra sendiri yang ngomong" "Kalian ghibahin gue di Paris?" Inez menutup mulutnya sebagai gestur bahwa ia keceplosan. Membicarakan orang lain di belakangnya memang masuk kategori ghibah. Tetapi topik yang mereka bicarakan bukan sesuatu yang buruk. iya ga sih? buruk ya? "Udah laah ngaku aja doi siapa?" "Doi siapa sih?" "Yang lo bawa waktu nikahan kerabat Diaz" "Itu Mas Sastra!!" "Hah?" "Hahhahahahahha dosa kalian ngomongin aku yang engga-engga" Melinda melenggang masuk ke dalam restaurant yang mereka singgahi. Ia meninggalkan Inez yang masih terkejut di depan pintu. Percuma, padahal dia dan Ratu sudah bersemangat begitu mengetahui bahwa Melinda kini telah membuka hati. hmmmmmmm
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD