BUNGA

1493 Words
Dalilah mengutuk dirinya yang tidak bisa tertidur saat waktu sudah menujukkan jam 9 malam. Di kampung ini jam 9 malam sudah sangat-sangat sepi. Suara kodok mulai terdengar bersaut-sautan, membuat malam terdengar sangat sunyi. Ini akibat dia tertidur tadi siang mangkanya sampai jam segini masih belum bisa tidur. Dalilah kelaperan, pengen banget dia ngambil makan di dapur tapi dia masih trauma menuruni tangga. Tadinya pengen teriak aja minta Embok atau Aan yang ambil tapi lupa mereka kan punya rumah, mereka pulang kalau sudah malam. Mau nggak mau Dalilah harus menahan lapar.  Semakin malam semakin mencekam rasanya, aneh aja walaupun di kamar itu gak ada ACnya tapi rasanya dingin banget. Dingin dan mencekam. Dalilah berusaha memejamkan mata. Dalam hati dia berujar "Ayo dong tidur, tidur" tapi dia malah mendengar suara lemari yang tepat berhadapan dengan kasurnya terbuka. Dalilah semakin memejamkan mata, dia takut. Berselang beberapa detik, dia penasaran danmembuka mata, dilihatnya lemari itu masih tertutup. Kelambu jendelanya yang memenuhi dinding berterbangan tertiup angin dari kipas angin yang menyala di sudut dekat jendela. Dalilah harus baca doa tidur dan memasang headset, meninggikan volume musik sampai tidak terdengar apapun hanya suara musik saja. Bersyukurlah Dalilah sempat terlelap. Dalilah tidur menyamping seperti biasanya, itu adalah gaya tidur yang paling dia senangi sejak kecil. Di tengah tidurnya itu, antara kondisi sadar dan tidak sadar Dalilah merasakan lengannya di sentuh, tapi dia masih memejamkan mata "Itu gesekan cuma gesekan selimut" dia mengingatkan dirinya, terlalu malas untuk membuka mata. Lalu dia merasakan sebuah lengan merengkuh pinggangnya. Dalilahpun sontak terbangun dan langsung terduduk "Siapa itu !!" Tanyanya ketakutan, siapa yang berani-berani melecehkannya di kamarnya sendiri. "Pengecut lo, keluar Lo !" Dia jelas sekali merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Dia mengambil sebuah buku mengambil vas bunga di meja rias untuk memukuli siapapun yang berani menganggunya "Asal lo tahu bokap gua Brigadir, gua pernah Muatai, Gua jotos hidung lo sampai mampus, gua jadiin peyek muka lo" dia ngomel sendiri di tengah malam seperti itu "Jangan berani-berani kurang ajar lo sama gua" Dia melihat setiap sudut ruangan tidak ada siapapun. Dia memeriksa jendelanya masih tertutup. Dia bingung, mahluk apa sih yang terus-terusan menganggunya ? "Kalo lo sejenis hantu or something gua juga gak takut ! Gua percaya Tuhan, Gua diciptain paling sempurna dimuka bumi ini. Punya akal pikiran, lo Cuma setan lo dibuang dari surga lo gak mungkin masuk surga tempat terkhir lo cuma neraka, lo..." Tup ! lemari conjuring terbuka dan menutup dengan cepat seolah ada yang masuk ke lemari dan menutupnya kembali.   "MAMA....." Mahluh paling mulia ciptaan Tuhan itupun akhirnya ngacir juga ke kamar mamanya. Dia tidak sengaja menyenggol  vas bunga hingga terpecah di lantai. Dalilah melihat vas bunga itu terpecah berserakan.   "MAMA...MAMA..MAMA" Dia hampir aja ngedoprak pintu kamar mamanya saking takutnya "Ada apa kamu ?" Lina meninggikan suaranya, wajahnya super bengkak dia pasti sedang lelap-lelapnya ketika Dalilah teriak-teriak minta dibukakan pintu. "Ma ada orang di kamarku Ma, dia coba gerayangin aku !" Dalilah terlihat hampir menangis Jiwa preman Lina keluar, dia mengambil Stun Gun (Alat kejut listri) di bawah kasurnya. Dia berjalan layaknya sang suami yang seorang Brigadir untuk siap menyetrom siapa saja yang berani menyentuh buah hatinya "SIAPA ITU" Dia berteriak begitu masuk kamar Dalilah. Dalilah cuma berdiri di depan pintunya gak berani masuk kamarnya. Lina memeriksa setiap sudut di kamar Dalilah tapi dia tidak menemukan apapun, jendela Dalilah tertutup rapat. Dia berpaling kearah anaknya "Kamu yakin ?" "Iya ma" Dalilah kembali masuk kamarnya "Aku sedang tidur menyamping terus aku kayak di peluk dari belakang, aku merasakan tangannya di perutku" "Kamu gak sedang tidur waktu kamu rasain tangannya ?" Lina meragukan Dalilah "Aku setengah sadar ma" Dalilah berusaha meyakinkan mamanya, dia tahu mamanya susah sekali mempercayainya "Apa dia mahluk halus ya ma ? Kayak gundorwo gitu. Kan banyak tuh cerita gundurwo yang suka menghamili manusia" Otak Dalilah mulai ngawur karena kalau dia padukan semua kejadian mistis yang didapatnya di kamar ini, entah mengapa merujuk pada mahluk halus. Bukan manusia, karena beberapa kali dia juga mendengar langkah kaki lalu lemari yang terbuka dan tutup kembali dengan sendirinya. "Wah..wah... kamu sudah gila. Mana ada mahluk halus Dalilah" Mamanya putus asa, setengah kesal pada anaknya "Ma aku serius" "Terserah kamu aja, wong gak ada tanda-tanda ada apa-apa kok di kamarmu" Lina menggeret-geret kakinya menuju kamarnya. Diikuti Dalilah yang terus meyakininya dengan menceritakan kejadian-kejadian aneh yang dia alami "Kalau memang dia hantu kenapa cuma kamu aja yang ditakuti, kenapa dia gak geryangin mama aja. Mama kan lebih sexy dari pada kamu" "Ma.." Dalilah putus asa "Au ah mama ngantuk" Sebelum masuk kamarnya Lina berbalik dan langsung berhadapan dengan Dalaliah yang dari tadi mengikutinya "Awas aja kamu cerita macam-macam sama adikmu, gak mama kasi jajan kamu" Dalilah merengut dia berjalan ingin masuk kamar mamanya, tapi Lina menarik kerah bagian belakang piama Dalilah "Siapa yang kasi izin masuk kamar mama ?" "Ma aku takut" "Percuma kamu belajar bela diri, kalau cuma orang m***m aja buat kamu takut" Lina memberikan Stun Gun pada Dalilah "Balik kekamarmu sana, kalau kamu mergoki orangnya setrum aja tititnya sampai gak bisa gerak" Raut wajah Dalilah persis seperti pelastik yang mengkerut ketika di panaskan. Dia menghentakkan kakinya keras ke lantai sebelum kembali ke kamarnya. Pertama-tama dia ragu untuk masuk kembali ke kamarnya, dia liat sekeliling gak ada apa-apa dia akhirnya masuk. Duduk di ujung ranjangnya belum mau merebahkan tubuhnya. Masih mengawasi sekelilingnya, dia berjanji dari arah manapun dia mendengar ada suara, dia akan menggerak-gerakkan alat setrum ini biar gundurwonya kesetrum dan rambut-rambutnya jadi rontok. Dalilah menunggu-menunggu tapi gak ada apa-apa dan akhirnya terlelap. Alat setrum dipeluknya sambil tidur. Agak bahaya sih, tapi mau gimana ? satu-satunya yang bikin dia tenang ya melukin Stun Gun. Dalilah terbangun karena ketukan pintu dari Aan "Mbak'e sarapan mbak..., hari ini mau ke pabrik kata ibu" "Iya" jawabnya malas. Meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, dia langsung pergi kekamar mandi, membersihkan dirinya. Duduk di meja rias untuk memanjakan kulitnya dengan morning skin care. Ketika menggosok-gosok wajahnya dengan skin care dia melihat sebuah bunga ada di atas kasurnya "Bunga tulip" Siapa yang naruh bunga ini dikamarnya. Tadi malam dia gak liat bunga ini ada di kasurnya. Lagian siapa di daerah sini yang jual bunga tulip ? Bahkan toko bungapun kayaknya gak ada, yang ada juga orang jualan bunga buat nyekar baru banyak. Dalilah kembali terheran, dia mengingat di pojok dekat jendela ada vas bunga dan semalam sebelum keluar memanggil mamanya dia menjatuhkan vas itu, tapi vas bunganya gak ada begitupun dengan serpihan pecahan vas itu. Apa sebenarnya ini ? Dia turun ke bawah membawa bunga tulip yang ditemukan dikamarnya ke meja makan berkumpul sarapan bersama keluarganya. Dia menaruh bunga itu di samping piring mamanya "Dari mana dapet bunga mahal kamu ?" Dengan wajah masih syok dia mengangkat kedua tanganya seperti musuh yang menyerah "Tiba-tiba ada di kamarku tadi pagi" "Kok bagus bunganya mbak ?" Tanya Aan dengan polos "Ada yang jual bunga beginian disini gak ? atau yang nanem barangkali ?" Dalilah menoleh pada Aan yang sedang nyapuin tangga. Dia dengan wajah polosnya menggeleng "Gak pernah liat aku. Yang jual bunga di pasar ada mbak tapi buat nyekar" "hihi" Layla cekikikan "Bunga plastik kali tu" Luna mengambil bunga dari tangan mamanya "Eh asli" Dia menciumi bunga itu. Dalilah gak lagi niat untuk makan, dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Dalilah mulai gak ngerasa aman lagi. Dalilah sengaja tidak mengatakan pada keluarganya tentang  vas bunga yang tiba-tiba lenyap dari kamarnya "Ma maaf aku belum bisa nemenin mama ke pabrik" Dalila kembali ke kamarnya dengan wajah bengong. Lina mulai khawatir sama anaknya, dia memang gak percaya dengan cerita Dalilah tadi malam tapi melihat bukti adanya bunga langka di kamar Dalilah membuatnya kembali berpikir. Apa beneran gundurwo seromantis itu ? Dia melirik Embok "Embok pernah denger tentang gundurwo ?" "Mama.." Luna yang paling penakut kengerian Embok menggeleng "Rumah ini pernah diselametin buk, gak ada penunggunya kok. selama saya disini saya gak pernah di ganggu" Terus kalau bukan mahluk halus lalu apa ? Apa manusia ? Serapi itukah aksinya sampai tadi malam langsung lenyap bahkan tanpa membuka jendela manapun. Lina berpikir keras "Tapi kalau ibu mau biar saya panggilkan orang pintar di kampung sini" "Aduh ma pulang ke Jakarta aja yuk" Luna kengerian "Gundurwo itu yang berbulu dan suka merkosa gadis-gadis kan ? Apa jangan-jangan kolor ijo ma ?" "Aku sih ngerasa cuma orang iseng aja ma" Layla mencoba berpikir jernih "Gitu ya" Embok juga setuju sama Layla "Selama saya tinggal dikampung sini belum ada cerita-cerita kayak gitu buk. Beneran ! Saya ini sudah tua dan dari kecil sudah tinggal di kampung ini. Gak ada itu klenek-klenek disini. cuma kadang memang ada pencuri buk" "Gitu ya" Lina berusaha berpikir lagi "Terus harus gimana ?" "Kalau menurutku, mama lebih baik sewa orang aja buat jaga malem di rumah, di depan rumah ada gubuk suruh diam aja disana buat jaga-jaga. Kitakan perempuan semua gak tahu kalau ada orang yang mau jahat sama kita" Layla menyiringai ke arah saudaranya. Luna masih aja ketakutan minta pulang ke Jakarta. "Boleh..boleh.." Mama mereka mengangguk setuju "Tapi lusa kita tetap panggil orang pintar" putusnya    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD