KEJADIAN ANEH

1857 Words
Akan jadi menyenangkan ketika sudah terlalu lelah dan akhirnya bisa tertidur, karena itu bisa membuat Dalilah tertidur berjam-jam. Dia tidak tahu kalau ternyata dia tidur seharian tanpa mengganti bajunya, dia masih menggunakan kaos yang dikenakannya dari Jakarta. Diapun belum mandi. Dia syok ! Dia tidak menyangka bisa tidur seperti beruang sedang hibernasi. Dalilah keluar dari kamar setelah merapikan baju-bajunya, memasukkan dalam lemari tua yang terletak di tengah-tengah tembok. Lemari kayu tua itu sedikit creepy, keliatan seperti lemari di film conjuring pertama yang hantunya loncat lewat atas lemari. Dia ngeri membayangkannya, dia memutuskan untuk memindahkan lemari itu nanti, minta bantuan semua orang yang ada dirumah ini. Karena lemarinya terlalu besar. Luna dan Layla sedang membantu mamanya berkebun, didapur ada Embok Onah dan cucunya yang bernama Aan. "Mbak'e makan dulu" katanya membuka tudung saji untuk Dalilah, dia masih terlalu kecil untuk jadi pembantu dirumah ini. "Kamu gak sekolah ?" tanya Dalilah menunjukkan perhatiannya pada bocah kecil yang sedang mencari-cari sesuatu di lemari kabinet. "Ndak mbak.." Dalilah melihat Mbok yang tega-teganya membiarkan anak sekecil itu ikut bekerja bersamanya "Embok suka sakit, nanti kalau saya pergi kesekolah siapa yang jaga dia" Aan membersihkan meja dapur, kedua  adiknya  baru saja habis makan piring-piringnya di beresi oleh Aan.  "Kamu gak punya cita-cita ? Jadi apa gitu ? kita perlu sekolah untuk mengejar cita-cita" Dalilah sok menyemangati padahal dia sendiri putus kuliah karena pindah, untuk mengabdi di pabrik rambut palsu. "Saya cuma mau bisa main piano, saya gak punya cita-cita apa-apa. Yang penting saya bisa terus sama-sama Embok" So cute..., Dalilah hampir saja memeluk Aan karena ucapannya, dari seorang anak berumur 11 tahun yang membuat hati orang dewasa bergetar. Dia begitu tulus dan polos. Sementara Dalilah melihat Embok di balik meja bar kitchen tua, sedang menunduk mencari sesuatu membelakangi mereka, dua sisi kompor menyala di atasnya dua panci ditaruh diatas kompor. Nenek itu begitu beruntung mempunyai cucu seperti Aan "Kenapa kamu pengen bisa main piano ?" "Dulu ibuk Sri sering main sendiri sambil senyum-senyum kayaknya bahagia begitu, saya suka liat sepertinya buat ati saya senang" Dalilah bisa main piano, dia dan si kembar sempat les dulu dan waktu SMA dia sering ikut kontes nyanyi, biasanya dia nyanyi sambil main piano. Mamanya pernah bilang Bude Sri pintar main piano. Semenjak masuk kuliah  Dalilah sudah tidak pernah memegang piano lagi. "Memang disini ada Piano ?" Dia menujuk ke sebuah sudut, Dalilah berbalik tepat dibawah tangga kayu menuju kamarnya  ada sebuah piano tua berwarna hitam diatasnya banyak foto-foto dan pas bunga "Aku bisa sih sedikit tapi lagi males main hari ini. Kapan-kapan aku bisa ngajarin kamu" "Beneran mbak ?" Aan sangat bersemangat, senyum merakah membentuk lesung pipi di pipinya yang tembem "Mbak baik sekali" "Aku memang baik" Dalilah menatap nasinya yang dari tadi dibiarkan dingin karena asik ngobrol sama Aan "Eh tapi nanti aku boleh minta tolong bantuin pindah lemari dikamarku nggak ?" "Bisa mbak !" Katanya seperti perajurit menjawab pada atasannya tanpa tahu kalau yang di hadapinya Hitler. Dalilah hanya  tersenyum. Lemari di kamarnya hanya bisa di angkat bila ada 6 atau 7 orang dewasa, Dia dan Aan ? Dalilah menertawa. Gak lama Luna masuk kembali ke dalam rumah melihat Dalilah makan dia mencibir "Putri tidur" Katanya mengatai saudaranya "Kakak tidur kaya kerbo" "Bisa aja lo ngomong kayak gitu, di mobil kan loe sama Layla tidur mulu sementara gua harus tetap melek biar kita gak kecelakaan" Mama mereka masuk juga bersama dengan Layla membawa gunting rumput ditangannya "Kalian mandi dulu, kita pergi kesekolah kalian setelah ini" perintahnya pada si kembar. Luna dan Layla saling menatap mereka mengernyit karena malas. "Ma kan kita baru nyapek kemarin ma, besok aja kesekolah barunya ma.." Layla merengak "Aku capek banget bantuin mama beresin taman, aku masih capek karena perjalanan juga jadi..." "Kalian kan gak harus sekolah hari ini" Dalilah menimpali, dia membandingkan kedua adiknya dengan Aan, mereka sungguh beruntung. Mama tiba-tiba berpikir "Mama juga ngerasa terlalu cepat sih pergi kesekolahnya, atau kita belanja aja hari ini. Mama banyak keperluan biar Embok dan Aan ikut kita, kan mama belum tahu tempat belanja yang murah" "Ma aku masih terlalu capek" Keluh Dalilah menggantikan adik-adiknya Lina memasang wajah bodoh "Kamu dirumah aja,  mama gak ngajak kamu kok" Perang saudara antara Dalilah dan Lina sepertinya masih berlanjut. Came on ! kalau saja Lina bisa berpikir waras bahwa sebenarnya Dalilah sudah mengorbankan Jakarta untuk kemari, mengorbankan kuliah dan masa depannya hanya untuk membantunya mengelolah pabrik. Lina mengambil segelas air dari kulkas "Besok kita mulai masuk kerja" Dalilah jadi benar-benar malas berada disana, Dia memutuskan berhenti makan dan kembali ke kamarnya. Dia membuka hpnya melihat tidak ada sinyal masuk ke hpnya, dia mau teriak.  Sinyalnya kosong. Dalilah pergi keluar untuk mencari sinyal. Barulah notifikasinya berhamburan menimbulkan bunyi bertubi-tubi. Luna, Layla, Lina, Embok dan Aan sudah berada di dalam mobil mereka akan berbelanja. Dalilah merasa terbuang untuk pertama kalinya, dia merasa sebentar lagi Lina akan menghapusnya dari kartu keluarga. Dia duduk di kursi teras menatap mobil mereka keluar dari halaman rumah. Dia merindukan papanya.Cepat-cepat dia menggelengkan kepala mengusir perasaan rindunya. Setelah semua orang pergi meninggalkannya sendiri di rumah barulah kesereman rumah Bude terasa nyata, Dalila menyalakan lampu dibagian-bagian sudut yang dipikirnya menyeramkan. Dia mencoba mencari kesibukan tapi tidak ada satupun yang bisa dialakukan.  Dia kembali naik ke kamarnya mencoba menyalakan leptop, dia melihat list film yang ada di leptopnya tapi percuma sudah ditontonnya semua. Dalilah putus harapan. Baru sehari disana dia sudah sangat tersiksa dengan hidupnya ditempat yang tidak terjangkau sinyal. Dalilah ingin sekali mengelilingi rumah Budenya tapi nanti saja kalau Aan sudah pulang biar ada yang menemani rumah budenya adalah rumah terbesar di kampung ini, mungkin lebih besar dari rumahnya dahulu di Jakarta. Rumah bertembok kayu dibagian depannya dan dibagian belakangnya tepat dekat dapur dan tangga penuh dengan pilar-pilar besar. Rumah itu perpaduan gaya Victorai dan Jawa kuno. Beberapa miniatur tokoh pewayangan diletakkan pada dudukan-dudukan yang ditempel di tembok , mereka ada petruk, Ramayana, Dewi Anjani, Semar dan Gareng. Dalilah membaca nama-namanya pada tiap miniatur tersebut. Kursi kayu ruang tamu berbentuk akar pohon yang di buat menjadi tempat duduk sehingga Dalilah berpikir segi estetika yang coba ditampilkan akhirnya menghabiskan ruangan tersebut hanya untuk akar-akar kayu yang berlilit membentuk kursi. Dalilah membuka piano di ruangan tengah dekat tangga dia melihat foto keluarga mereka yang diambil di Solo 3 tahun lalu ada Dalilah disana duduk disamping Eang. Katanya Bude Sri beberapa kali menikah tapi entah kenapa Dalilah tidak pernah bertemu dengan suaminya setiap kali pulang ke Solo dan bertemu Bude Sri selalu saja sendiri. Dalilah akhirnya melihat suami Bude disebuah bingkai kayu yang sepertinya dibuat sendiri oleh budenya mengingat betapa kasarnya bentuk bingkai itu bahkan kayunya belum dihaluskan dan dicat, pakunya hampir saja mengerat jari Dalilah. Dalilah melihat baik-baik foto itu sepertinya diasalah ! laki-laki difoto itu terlalu muda untuk jadi Pakdenya. Apa anak angkat Budenya ? Tapi foto itu sudah foto jadul sih hitam putih dan menguning. Mungkin juga ini mantan suaminya yang pertama masih diabadikan dalam bingkai sederhana "Mungkin ini suami pertamanya, atau mungkin juga kakekku masih muda dulu" Eh Dalilah melihat baik-baik kakeknya tidak punya hidung sebagus itu, dia ingat betul Eang kakungnya berhidung pesek terlalu pesek untuk dilupakan walaupun biliau sudah mangkat. Tuk..Tuk... suara kaki menuruni tangga. Dalilah menoleh cepat ke arah suara, suara itu hilang. Dalilah menggeleng dia mungkin salah dengar, dia memilih kembali memainkan piano dengan nada-nada asal lalu terdengar lagi suara itu, kini suara kaki itu mendekat kearahnya. Dalilah berhenti main pino. Suara langkah kaki itu seperti ada di belakangnya. Dalilah berbalik menatap sekelilingnya, dia meraskan hembusan angin dingin menyapu diwajahnya "Aaaaaa" Dia berteriak dan menutup matanya. Hati-hati Dia membuka mata tapi tidak ada siapapun di sekitarnya. Dalilah kembali berusaha berpikir jernih, mungkin cuma angin biasa. Dalilah melihat kipas angin di atas kepalanya menyala, kipas angin tua, dia tersenyum. Dalilah mengurungkan niatnya untuk memainkan piano. Dia mungkin mulai halu dia harus balik kekamar lagi dan istirahat, tapi sewaktu menaiki tangga, ada suara  tug..tug..  mengikuti suara kakinya, dia menghentikan langkahnya, menengok kebalakang tapi masih saja tidak ada siapapun, dia kembali melangkah tapi kali ini tidak terdengar suara apapun selain langkah kakinya sampai di depan kamarnya Dalilah mulai merasa ngeri dia cepat-cepat  menutup pintu. Sebenarnya apa itu ? Kenapa cuma suara langkah kaki saja..., gak mungkin ini karena dia halu, kalau dia halu gak akan berulang. Ya Tuhan dia seperti menjadi tokoh utama film horror. Dia menatap letih ke arah  lemari yang dipikirnya terlalu mirip dengan lemari di film Conjuring 1. AAA serem banget sih. Dalilah mau menelpon seseorang tapi dia harus keluar dulu baru mendapatkan sinyal. Dia membuka jendela nya agar cahaya memenuhi kamarnya sekaligus mempersilahkan sinyal-sinyal untuk masuk ke kamarnya. Tapi nihil. Dia ingin menelpon seseorang, dia pengen nyusulin keluarganya pergi belanja. Dalilah mencoba menangkan diri, mengusir pikiran-pikiran tentang mahluk halus, dia menyalakan lis musiknya dan menyambungkannya pada speaker bluetooth di kamarnya, dia mulai bernyanyi mengusir ketakutannya. "Dalam hitam gelap malam ku berdiri melawan sepi...." Lagunya Anggn C Sasmi, lagu yang papa bilang adalah lagu tentang dirinya dan mamanya. Bukan atas dasar itu Dalilah mendownload lagu ini, dia mendownload lagu Anggun karena sempat dibawakan di sebuah pencarian bakat dan Dalilah suka bagaiaman cara salah satu kontestan menyanyikan lagunya Anggun jadilah dia mendownload lagu ini. List lagu kedua mulai mendayu, Dalilah masih duduk bersila di atas kasur kapuknya melihat sekeliling dengan was-was. Kasur kapuk Dalilah kini berseprai IKEA berbantal IKEA dan selimut IKEA ranjangnya terlihat lebih Dalilah. List lagu selanjutnya James Bay "Let It Go" dia masih bernyanyi mengusir ketakutannya ketika lagu keempat selesai dinyanyikannya dia membuka sisa kardus dikamarnya. Berisi beberapa buku, novel, Notebook, Binder dan bingkai. Di kamarnya belum ada meja belajar, dia akan meminta mamanya untuk membelikan itu nanti. Yang ada cuma meja Kosmetik tua. Dalilah menaruh kosmetiknya, mungkin makeupnya terlalu banyak untuk dirinya sendiri, tapi begitulah Dalilah dia gak bisa berdandan, dia juga sangat malas menggunakan makeup tapi dia punya banyak sekali makeup, dia sampai punya 7 liptin dari merek yang berbeda. Dia menyusun makeupnya seperti anaknya sendiri, lalu menaruh bingkai foto keluarganya dekat kosmetiknya. Dalilahpun tertidur Dia memang putri tidur ternyata. Dalilah dibangunkan Aan yang memintanya turun untuk meyantap makanan "Mbak ibu beli banyak Soto, mbak disuruh turun" Katanya mengetuk pintu. Dalilah terbangun dengan kaget, dia melihat sekeliling dengan was-was. Tapi masih tidak ada siapa-siapa. Luna dan Layla sudah masuk kekamar untuk beristirahat, Dalilah melihat begitu banyak belanjaan terhampar di ruang tv, Dalilah berpikir mungkin hasil menjual rumah di Jakarta mereka habiskan untuk semua itu. Dalilah melihat ada 2 kipas angina, Tv, Bingkai, belanjaan untuk keperluan sekolah lalu makanan lalu perlengkapan dapur lalu perlengkapan kamar mandi. Oh Tuhan mamanya memang gila belanja. Dalilah hampir lupa dengan apa yang terjadi padanya tadi siang, dia merapat mencari Embok untuk bertanya "Mbok rumah ini serem ya ?" "Ndak mbak..ndak ada hantu" Mbok yang sedang mengatur belanjaan menghetikan gerakan tangannya. Dia malah menertawai Dalilah "Yang benar ? Embok emang sudah berapa lama kerja disini ?" "Sejak Ibu Sri baru pindah kesini" Akhirnya Dalilah membantu Embok mamasukkan belanjaan ke lemari pantry "Selama bekerja di sini Embok gak pernah sekalipun digangguin" Embok melirik Dalilah dan tersenyum "Orang kotakan gak percaya kelenek-kelenek mbak" dia mulai meremehkan darah gadis kota yang dimiliki Dalilah Dalilah mencibir "Emang aku gak percaya" katanya sewot untuk membela diri
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD