Selesai pemeriksaan. Bunda dan Nara sengaja meninggalkan Maika berdua dengan Rafan. Alhasil atmosfer kecanggungan menyelimuti keduanya. Mobil yang dingin karena ACnya dinyalakan, terasa lebih dingin dua kali lipat dari biasanya. Agak aneh sih, setelah saling mendiamkan satu sama lain, lalu tiba-tiba saja berbaikkan karena kabar kehamilan Maika. Percayalah, topik kehamilan ini adalah hal yang paling sensitif untuk pasutri muda ini. Diam-diam Rafan melirik Maika yang duduk di sebelahnya. Gadis itu memilin-milin ujung gamisnya. “Ehem.” Rafan berdeham, niatnya mau caper gitu. Tapi Maikanya tetap cuek. Sibuk dengan acara memilin ujung kerudungnya. “Kamu mau sampai kapan diem terus, hm?” Maika mengalihkan pandangannya. Gadis itu menatap Rafan. Dia merasa bersalah karena sudah memperlakukan Ra

