Prolog

2292 Words
DISCLAIMER : CERITA INI HANYA SAMPLE, UNTUK MEMBACA SECARA LENGKAP DAPAT DIBACA DI AKUN INNOVEL MILIK MEDINA YA Pandangan mata Tif gelap. Ia tidak bisa melihat seberkas cahaya sedikitpun. Sesuatu menghalangi dan menutup matanya sehingga ia tidak tahu dimana dirinya berada saat ini. tangan Tif tergerak refleks ingin menyingkirkan benda itu dari mata tetapi sesuatu menahannya. Tangannya tidak bisa digerakan, keduanya terikat di atas kepala Tif dengan erat. Entah sudah berapa lama ia berbaring disini, tif dapat merasakan ia berbaring di atas kasur yang empuk sebagai alas tubuhnya. Tubuhnya bergerak gelisah sedari tadi berusaha untuk melepaskan ikatannya tanpa membuat kegaduhan yang akan memancing siapapun ,yang bertanggung jawab atas kejadian ini, datang dan menghentikan usahanya. Tetapi, tali yang menahan tangannya sangat erat sehingga membuat pergelangan tangannya perih dan mungkin saja berdarah. Talinya tidak hanya mengikat pergelangan tif, tetapi tersambung pada tiang ranjangnya sehingga tif tidak bisa bergerak lebih leluasa dari sana. Perlahan, air mata frustasi turun mengaliri wajahnya. Kesal karena ia tidak dapat melakukan apa-apa. Sejauh ini ia tidak bisa memikirkan siapa yang melakukan ini padanya. Ia baru saja datang ke Indonesia beberapa bulan yang lalu. Tidak mungkin ia mempunyai musuh yang ingin menghabisi nyawanya begitu saja. Tidak ada kejahatan yang ia lakukan akan setara dengan itu. Tangannya sudah mulai pegal dan sakit sehingga ia mengisitrahatkan dan menenangkan dirinya untuk sejenak. Mengatur napas agar degup jantungnya dapat berdetak normal seperti biasa. Dalam hati ia merutuki dirinya karena tidak berhati-hati pulang di tengah malam seperti terakhir kali. Menyebabkan dirinya diculik dan dibawa paksa hingga akhirnya ia berakhir di tempat ini. Ingatan terakhir sebelum ia pingsan adalah ketika ia pulang dari kantor larut malam karena harus menyelesaikan laporan final yang harus segera diserahkan pada atasannya, Reihan. Seperti biasa ia selalu naik taksi online setiap pulang tetapi ada yang aneh dengan pengemudi mobil itu. si pengemudi membawa Tif melalui jalan yang tidak biasa ia lewati. Saat akhirnya ia berteriak dan meminta mobilnya untuk berhenti, sopir itu memang berhenti tetapi ada orang lain yang datang padanya dan tiba-tiba ebelum ia sadari semuanya gelap dan ia tidak dapat mengingat apa-apa hingga saat ini ia terbaring di tempat ini tanpa tahu di mana dirinya berada dan siapa yang menculiknya. Ibukota Jakarta memang kota yang tingkat kriminalitasnya paling tinggi di Negara ini. banyak kejadian seperti ini sering ia lihat di berita yang di tayangkan televisi tetapi ia tidak menyangka dirinya akan menjadi salah satu dari korban kejahatan ini. Kriiieeet. Derit pintu terdengar. Dan tif mendengar suara langkah kaki melangkah masuk ke dalam ruangan. Gagal sudah upayanya kabur dari sini. Si pelaku sudah terlebih dulu datang untuk menemuinya. Tif terdiam kaku menantikan apa yang akan di lakukan oleh orang itu. indera pendengaran tif menangkap pergerakan di samping ranjang itu. sepertinya orang itu meletakkan sesuatu di samping tempat tif terbaring saat ini. Sebuah tangan menarik dan melepaskan ikatan yang selama ini menutupi matanya. Serbuan cahaya lampu yang terang benderang menghambur masuk dan menyilaukan matanya untuk sesaat sebelum ia memfokuskan kembali penglihatannya. Ia membayangkan si sopir taksi online yang akan ia lihat sehingga dirinya sangat terkejut saat yang ia lihat sama sekali bukan orang itu. melainkan orang yang ia kenal. Amat sangat ia kenal. “Regan..” Hatinya mencelus sakit hati saat melihat orang itu menyilangkan tangannya mengamati dirinya dengan tatapan sombong di wajahnya. “Kamu.. apa yang..” ia bahkan tidak dapat melanjutkan kalimatnya saking terkejut dan tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat saat ini. Pria itu berjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan Tif dan memandang matanya seraya menyingkirkan beberapa helai rambut rambut Tif yang menghalangi pandangan. Mata yang bertatapan dengan tif bukan mata yang selama ini ia kenal. Regan yang saat ini berada di hadapannya bukan Regan yang selama ini kenal. Tatapan matanya memancarkan aura dingin dan kelam sehingga sempat membuat dirinya berpikir bahwa mungkin saja orang ini hanya menyerupai regan. Atau mungkin orang ini adalah saudara kembar regan yang gila dan psikopat seperti yang ada di film-film. Jari pria itu menelusuri wajahnya, menghapus jejak air mata yang tadi sempat turun dan membasahi pipinya. Ibu jarinya mengusap bagian bawah bibirnya dengan perlahan dan sengaja berlama-lama di area sana. Sekarang tif baru saja tersadar apa yang terjadi. Dirinya bukan di culik oleh sekelompok preman jalanan melainkan suruhan dari pria di depannya itu. tif menolak sentuhan regan dan menarik wajahnya dari pria itu. Pria itu mendengus melihat  tingkah laku tif saat ini. “Kamu masih bisa berlaku sombong seperti itu walaupun keadaanmu sekarang menyedihkan, ya?” Tif menggertakkan rahangnya dengan keras menahan dirinya untuk menangis lagi. Ia tidak ingin pria itu melihat dirinya tidak berdaya. Walaupun saat ini saja ia sudah merasas dirinya tidak berdaya. Matanya tadi di tutup, kedua tangannya di ikat. Untung saja mulutnya tidak di sumpal. “Reg, lepasin..” Regan tidak menjawab. Regan hanya meraih kembali wajahnya dan mencengkram dagu wanita itu. ia mendekatkan wajahnya pada Tif dan memandang gadis itu lebih dekat. “Apa yang harus aku lakukan terhadapmu?” tanya pria itu dengan suara parau dan rendah. “Tanganku sakit.” Rintih Tif pada pria itu. berharap ia akan melepaskan ikatannya. Pandangan mata regan beralih pada tangan yang terikat di atas kepalanya, hanya sedetik, kemudian ia kembali menatap mata wanita itu. “Sebanding dengan rasa sakitku? Aku rasa tidak, sayang.” “Apa?” Tif tidak percaya dengan pendengarannya. Jadi, pria itu melakukan ini karena balas dendam padanya. Tapi kenapa, dan untuk apa? Alih-alih menjawab, pria itu mengusap lembut wajah tif. Mendekatkan kembali wajahnya sehingga bibir mereka berdua dapat bertemu. Regan mengecup bibir wanita itu dengan lembut pada awalnya, tetapi wanita itu tidak merespon dan tidak membalasnya sehingga membuat dirinya marah. lantas ia menaikkan tubuhnya untuk berada di atas tubuh wanita itu sengaja mencium wanita itu dengan kasar dan brutal, menuntut agar membalas ciumannya saat itu. tapi tif tetap tidak memberikan apa yang ia mau. Pria itu marah dan bangkit dari tempat tidur lalu berjalan melintasi ruangan menuju laci yang berada di bagian samping kamar itu. membuka laci terakhir dan mengeluarkan sebuah gunting dari sana. Mata tif terbelalak melihat gunting itu. tidak mungkin pria itu ingin membunuhnya, kan? “Reg, apa yang kamu lakukan?” Tif menggerakkan tangannya berusaha lagi untuk melepaskan ikatannya agar bisa pergi dari sana secepatnya. Tetapi, usahanya sia-sia karena tidak membuahkan hasil apapun. Regan sudah kembali ke sampingnya lagi dan mengacungkan gunting itu di hadapannya. “Aku tidak akan membunuhmu, cantik.” Wanita itu bergidik. Suaranya terdengar menyeramkan di telinga Tif. “Belum. Aku belum akan membunuhmu. Belum saatnya.” Pria itu menyusurkan gunting itu ke seluruh tubuh tif membuat wanita itu diam, terbaring kaku karena takut tiba-tiba melukai tubuhnya. Beberapa saat kemudian pria itu menarik bajunya dan merobek kain tipis itu dengan gunting yang ia pegang. Sialan. Batin tif bertanya-tanya apa yang akan pria itu lakukan sekarang. Bajunya sudah sepenuhnya tergunting habis, membuat Regan dapat melihat bra yang gadis itu kenakan saat ini. pria itu tersenyum puas saat melihat wajah tif yang terbelalak kaget karena ulahnya. Tidak ingin mengecewawkan wanita itu, regan meneruskan aksinya menarik celana kain yang masih terpasang di tubuh tif dengan satu kali sentakan. “Kamu gila ya?” teriak tif pada pria itu. Pria itu sama sekali tidak menghiraukan apapun yang keluar dari mulut tif. Ia bangkit lagi, kali ini berjalan keluar dari kamar itu. sekembalinya regan ke dalam ruangan, ia membawa sebuah besi hitam. Tif berusaha memperjelas penglihatannya lagi, ia menaikkan kepala untuk dapat melihat lebih jelas. Ia membeku saat mengetahui apa yang pria itu bawa di kedua tangannya. Pria j*****m. Regan membawa sebuah tripod dan sebuah kamera di tangannya. Pria itu lantas mengatur kedua benda tersebut di samping ranjang, agar mendapatkan angle terbaik dan jelas. Setelah tripod berdiri sempurna dan kamera sudah terpasang dengan baik, ia menekan tombol di atasnya agar kamera itu menyala dan mulai merekam ruangan itu. lampu merah berkedip-kedip dari sensor kamera itu,menandakan bahwa alat itu sedang bekerja dengan baik. Regan kembali ke samping ranjang itu dan tersenyum menyeringai pada gadis yang saat ini menatapnya dengan tatapan ingin membunuh. Tangannya terulur mengusap rambut-rambut di samping wajah tif dan menyingkirkannya agar tidak menghalangi pemandangan yang sedang ia kagumi. Tif tahu apa yang ada dalam pikiran pria itu saat ini. yang jelas bukan sesuatu yang menyenangkan. “Reg, aku bersumpah jika kamu melakukan itu aku sendiri yang akan membunuhmu.” Pria itu tertawa dengan maksud untuk mengejek tif. “Bagaimana caranya kamu membunuhku jika tanganmu saja terikat menyedihkan seperti ini?” Regan kembali berdiri di samping tif dan menelusuri tubuh wanita itu dengan tatapan matanya. Lalu ia memutuskan untuk berbaring di sampingnya, berada di atasnya dan mengecup wanita itu perlahan-lahan sehingga membuat tif muak dan ingin menendang pria itu dari hadapannya. “Hentikan, aku muak denganmu.” Tangan regan menelusuri permukaan kulit tif yang terbuka. Mulut pria itu mengikuti jejak tangannya dan meninggalkan ciuman basah ke seluruh lehernya. Sementara tangan kanan regan menyusup ke bawah punggung untuk membuka kaitan bra yang ia kenakan. Setelah kaitan itu lepas, ia menarik bra itu ke atas agar payudaranya terbebas dari kain penyangga itu. Merasa kain itu menghalanginya, akhirnya ia mengambil gunting kembali dan menggunting branya menjadi dua bagian terpisah sehingga bisa menyingkir dari tubuh tif dengan mudah. Lidahnya menjilati kulit leher tif, bibirnya mengecup dan menghisap lehernya dengan kuat dan turun ke permukaan d**a tif. Meninggalkan jejak merah dan basah di sana sebelum bibirnya melanjutkan perjalanannya menuju bagian perut wanita itu. Tif menggerakkan kakinya dan berusaha menendang pria itu. Tetapi, kakinya tidak dapat menjangkau regan dengan mudah. Sebaliknya, pria itu menarik celana dalam tif, satu-satunya kain pelindung yang tersisa di tubuh wanita itu. Dalam hitungan detik wanita itu telanjang bulat di hadapannya. “Dasar laki-laki b******k!” Makinya pada pria itu. Pria itu masih tenang memperhatikannya sambil sesekali senyum tipis di bibirnya terangkat melihat tingkah laku Tif. Regan mulai melepaskan satu persatu pakaian yang ia kenakan. Setelah mereka berdua dalam keadaan serupa, telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian pun, pria itu memposisikan dirinya di tubuh tif dan mulai memasukan tubuhnya pada tubuh wanita itu. Tidak seperti percintaan yang biasa mereka lakukan. Kali ini kasar dan pria itu tidak menoleransi keadaan dan penolakan dari tif. ia tidak bertanya mengenai kenyamanan wanita itu. regan hanya melampiaskan amarahnya pada wanita yang berbaring di bawahnya. Wanita yang memiliki kekuatan sebesar itu sehingga dapat membangkitkan amarah sedahsyat ini terhadapnya dan membangunkan sisi buruk dirinya yang selama ini terpendam jauh di alam bawah sadar pria itu. Tif paham dan mengetahui maksud pria itu sekarang. Regan tidak bercinta dengannya karena pria itu menginginkan tubuhnya. Ia melakukannya semata-mata untuk membuktikan pada wanita itu bahwa dirinya berkuasa dan bisa melakukan apapun yang ia mau. Bibir regan mengecup bagian belakang telinga tif dan tangannya menyentuh tubuh wanita itu yang dapat ia jangkau. Jarinya memainkan puncak p******a wanita itu, memelintir pelan p****g kemerahan tersebut di tangannya selagi lidahnya menjilati bagian belakang telinganya. Pria itu tahu titik lemahnya dengan baik. Tif tidak dapat melawan karena ia sepenuhnya berada di bawah pria itu dan tidak dapat bergerak sedikitpun. Perlahan air mata menetes jatuh dari pipinya. Ia menangis bukan karena sedih dirinya diperkosa dan diperlakukan seperti binatang. Ia sedih karena ayah dari anak yang sedang ia kandung melakukan hal keji seperti ini. Tif berjanji pada anaknya, bahwa ia tidak akan mengenal ayahnya sendiri. Ayah yang keji dan b******k seperti pria itu. Setelah regan puas dengan perbuatannya, pria itu bangkit dan berjalan menuju kameranya untuk menekan tombol agar kamera itu berhenti merekam. Pria itu memutar hasil tayangan videonya untuk memeriksa apakah angle dan posisinya sudah sesuai atau belum. Lantas pria itu berjalan dan memperlihatkan rekaman video itu ke hadapan wajah tif. Tif memejamkan mata dan memalingkan wajahnya tidak ingin melihat gambar menjijikan itu. “Ini agar kamu tidak dapat melupakan apa yang pernah kita lakukan.” Ujar pria itu. “Why did you do this?” tif bertanya dengan suara yang terdengar seperti mencicit. Tidak ada kekuatan seperti biasanya dalam suara wanita itu. “Kamu yang memulai permainan ini terlebih dahulu, sayang. Aku hanya membalas permainanmu dan menikmatinya.” Lalu pria itu mematikan kamera dan mengambil sebuah selimut untuk menutupi tif. Setelah ia menutupi tubuh gadis itu dengan selimut, dengan santainya ia mengecup pelipis tif lalu pergi meninggalkannya setelah ia menggunakan pakaiannya kembali. Sedangkan tif ditinggalkan dalam kondisi tidak berbusana dan kedinginan. Walaupun selimut menutupi tubuhnya tetapi angin yang berembus dari AC di atas kepalanya itu masih masuk dan menyentuh kulit tif yang telanjang di balik selimut itu. Tubuhnya masih bergetar karena belum sepenuhnya memahami keadaan yang baru saja terjadi menimpa dirinya. Ia di culik dan di perkosa oleh mantan kekasihnya sendiri. Ironis nya lagi, saat ini ia sedang mengandung anak dari pria itu. apa yang akan ia jelaskan nanti pada anaknya? Bahwa ayahnya adalah seorang yang kejam dan tidak memiliki hati nurani yang tega melakukan ini pada ibunya? Lebih baik anaknya menganggap pria itu sudah mati dari pada harus mengetahui perbuatan kejam pria itu dan membuat anaknya tertekan di masa depan karena harus membenci ayah kandungnya sendiri seumur hidup. Tif memandang berkeliling pada ruangan itu. ia tahu dirinya sedang tidak berada di dalam apartemen pria itu. ini jelas-jelas sebuah rumah karena tif dapat melihat bayangan beberapa pohon di luar jendela. Pria itu membawanya ke sebuah rumah yang tersembunyi, jauh dari penglihatan orang-orang, tidak seperti apartemennya yang di huni oleh penduduk lain. Di sini, nampaknya hanya ada pria itu sehingga ia dapat menculik dan membawa tif kesini secara leluasa tanpa ketahuan oleh siapapun dan dilaporkan atas tindakan kriminal oleh tetangga yang melihat. Tif berbaring di ranjang yang besar itu, menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Menghitung menit-menit yang tanpa tif sadari berlalu bergitu cepat. Setidaknya dua jam telah berlalu semenjak regan pergi dari kamar itu. Meskipun sudah berusaha untuk tertidur, tif masih tidak dapat menghilangkan kebenciannya pada regan. Membuat wanita itu tetap terjaga hingga larut malam. Matanya memaksa dirinya tidur saat fajar mulai terbit dan ia terlalu lelah untuk memikirkan situasinya saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD