BAB 2: DUNIA YANG BERBEDA

1961 Words
Laras mengikuti Arka melalui jalanan kota yang asing. Langit kemerahan memberikan nuansa suram, dan udara terasa berat, seolah-olah dunia ini sedang menahan napas. Dia mencoba menyerap segala sesuatu di sekitarnya—bangunan-bangunan tinggi yang retak, orang-orang yang berjalan dengan tatapan kosong, dan suasana yang terasa begitu jauh dari dunia yang dia kenal. “Di mana kita?” tanya Laras, suaranya bergetar. “Ini adalah salah satu garis waktu alternatif,” jawab Arka dengan suara datar. “Dunia di mana keputusan yang berbeda dibuat, dan hasilnya… tidak selalu baik.” Laras merenungkan kata-katanya. “Jadi, ini adalah dunia yang seharusnya tidak ada?” Arka mengangguk. “Tepat. Dan karena eksperimenmu, kamu telah membuka pintu ke dunia ini. Jika kita tidak memperbaikinya, kerusakan akan menyebar ke garis waktu lainnya.” Mereka berhenti di depan sebuah bangunan tua yang terlihat seperti bekas pusat penelitian. Pintunya terkunci rapat, tetapi Arka mengeluarkan alat kecil dari saku jaketnya dan membukanya dengan mudah. “Kita perlu menemukan sesuatu di sini,” kata Arka sambil melangkah masuk. Laras mengikutinya, matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan di dalam bangunan. Ruangan itu dipenuhi dengan peralatan tua dan dokumen-dokumen yang berserakan. Dia merasa seperti sedang memasuki reruntuhan masa depan yang suram. “Apa yang kita cari?” tanya Laras. “Informasi,” jawab Arka singkat. “Tentang bagaimana dunia ini menjadi seperti ini. Jika kita bisa memahami apa yang terjadi, kita mungkin bisa menemukan cara untuk memperbaikinya.” Laras mulai membuka-buka dokumen yang berserakan. Kebanyakan dari mereka berisi catatan tentang eksperimen yang gagal, perang yang menghancurkan, dan keputusan-keputusan yang mengubah segalanya. Dia merasa semakin sedih membaca betapa dunia ini telah hancur karena kesalahan manusia. “Arka,” panggil Laras tiba-tiba. “Apa yang terjadi pada keluargamu di dunia ini?” Arka berhenti sejenak, wajahnya terlihat tegang. “Di dunia ini, keluargaku… tidak ada. Mereka hilang dalam perang yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.” Laras merasa hatinya tersentuh. “Aku… aku minta maaf.” Arka mengangguk, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dia melanjutkan pencariannya, seolah-olah ingin menghindari topik itu. Setelah beberapa saat, Laras menemukan sebuah dokumen yang menarik perhatiannya. “Arka, lihat ini.” Arka mendekat dan membaca dokumen itu. Matanya melebar. “Ini adalah catatan tentang eksperimen yang sama seperti yang kamu lakukan. Tapi di sini, mereka gagal total dan menyebabkan bencana.” Laras merasa ngeri. “Jadi, ini bisa terjadi pada dunia asalku?” Arka mengangguk. “Ya. Itulah mengapa kita harus memperbaikinya secepat mungkin.” Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar. Arka segera menutup dokumen dan menarik Laras ke sudut ruangan yang gelap. “Diam,” bisiknya. Beberapa orang memasuki ruangan, mengenakan seragam hitam dengan simbol aneh di d**a mereka. Mereka berbicara dengan suara rendah, dan Laras bisa merasakan ketegangan di udara. “Kita harus menemukan mereka,” kata salah satu dari mereka. “Mereka tidak boleh mengganggu garis waktu ini.” Laras menahan napas, hatinya berdebar kencang. Arka memegang tangannya dengan erat, memberikan sedikit kenyamanan di tengah ketakutan. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, orang-orang itu pergi. Arka dan Laras keluar dari persembunyian mereka. “Siapa mereka?” tanya Laras. “Mereka adalah Penjaga Waktu,” jawab Arka. “Mereka bertugas menjaga keseimbangan garis waktu. Tapi di dunia ini, mereka telah menjadi korup. Mereka tidak ingin kita memperbaiki apa pun.” Laras merasa semakin bingung. “Jadi, kita harus melawan mereka juga?” Arka mengangguk. “Ya. Tapi pertama-tama, kita perlu menemukan cara untuk kembali ke garis waktu asalmu. Dari sana, kita bisa mulai memperbaiki kerusakan.” Laras menghela napas. “Ini jauh lebih rumit daripada yang aku kira.” Arka tersenyum kecil. “Selamat datang di dunia perjalanan waktu.” Mereka keluar dari bangunan itu, langit kemerahan masih menyala di atas mereka. Laras merasa seperti dia telah memasuki dunia yang sama sekali baru, penuh dengan bahaya dan misteri. Tapi dia tahu dia tidak bisa mundur sekarang. Dia harus memperbaiki apa yang telah dia rusak, tidak peduli seberapa sulitnya. “Apa rencananya sekarang?” tanya Laras. Arka menatapnya dengan tekad. “Kita harus menemukan Portal Waktu. Itu adalah satu-satunya cara untuk kembali ke garis waktu asalmu.” Laras mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi ketakutan. “Baiklah. Aku percaya padamu.” Arka tersenyum, kali ini dengan sedikit kehangatan. “Mari kita mulai.” Dan dengan itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka, melangkah menuju ketidakpastian dengan harapan bisa memperbaiki apa yang telah rusak. --- Menemukan Portal Waktu Laras dan Arka berjalan melalui jalanan kota yang sepi, langit kemerahan masih menyala di atas mereka. Suasana kota itu terasa semakin menyeramkan, seolah-olah setiap sudutnya menyimpan bahaya yang tidak terlihat. Laras mencoba untuk tetap tenang, tetapi hatinya berdebar kencang. Dia tidak pernah membayangkan bahwa eksperimennya akan membawanya ke situasi seperti ini. “Di mana kita bisa menemukan Portal Waktu?” tanya Laras, memecahkan keheningan. “Di pusat kota,” jawab Arka. “Tapi kita harus berhati-hati. Penjaga Waktu pasti sudah menunggu kita di sana.” Laras mengangguk, mencerna informasi itu. Dia merasa seperti sedang berada dalam mimpi buruk, tetapi dia tahu ini nyata. Dia harus tetap fokus. Setelah berjalan beberapa lama, mereka tiba di sebuah plaza besar. Di tengah plaza, terdapat struktur aneh yang terbuat dari logam mengkilap, dengan simbol-simbol asing yang terukir di sekelilingnya. Itu adalah Portal Waktu. “Itu dia,” kata Arka, suaranya rendah. “Tapi kita tidak bisa langsung mendekat. Penjaga Waktu pasti sudah menunggu.” Laras melihat sekeliling plaza. Beberapa orang dengan seragam hitam berdiri di sekitar portal, matanya waspada. Dia merasa ngeri. “Apa yang harus kita lakukan?” Arka memikirkan sejenak. “Kita perlu mengalihkan perhatian mereka. Ada cara untuk memicu alarm di gedung sebelah. Itu bisa membuat mereka sibuk sebentar.” Laras mengangguk. “Aku bisa melakukannya. Katakan saja caranya.” Arka menjelaskan dengan cepat, dan Laras segera mengerti. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berjalan menuju gedung yang dimaksud, mencoba untuk tidak menarik perhatian. Begitu dia sampai di dekat gedung, dia menemukan panel kontrol yang dimaksud oleh Arka. Dengan hati-hati, dia menekan beberapa tombol, dan tiba-tiba alarm berbunyi keras. Suara itu memecah keheningan plaza, dan para Penjaga Waktu segera bergegas menuju sumber suara. Laras merasa lega, tetapi dia tahu dia harus cepat. Dia berlari kembali ke tempat Arka menunggu. “Bagus,” kata Arka. “Sekarang, ayo.” Mereka berdua berlari menuju Portal Waktu. Begitu mereka mendekat, Arka mengeluarkan alat kecil dari sakunya dan mulai menyesuaikan pengaturan pada portal. Laras merasa tegang, matanya terus memindai sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendekat. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Laras. “Mengatur koordinat untuk kembali ke garis waktu asalmu,” jawab Arka sambil terus bekerja. “Ini harus tepat, atau kita bisa terlempar ke tempat yang salah.” Laras mengangguk, mencoba untuk tetap tenang. Dia merasa seperti waktu berjalan lebih lambat, setiap detik terasa seperti selamanya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakang mereka. Laras menoleh dan melihat beberapa Penjaga Waktu mendekat, wajah mereka marah. “Arka, cepat!” seru Laras. “Hampir selesai,” jawab Arka, tangannya masih sibuk dengan alatnya. Penjaga Waktu semakin mendekat, dan Laras merasa panik. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba, Arka mengangkat kepalanya. “Selesai!” katanya. “Ayo!” Mereka berdua melompat ke dalam portal tepat saat Penjaga Waktu hampir mencapai mereka. Laras merasa sensasi aneh lagi, seperti dia ditarik ke dalam lorong yang gelap dan tak berujung. Dia menutup matanya, mencoba untuk tidak panik. Ketika dia membuka matanya lagi, dia berdiri di tempat yang sama sekali berbeda. Langit biru cerah di atasnya, dan udara terasa segar. Dia mengenali tempat ini—ini adalah laboratoriumnya. “Kita berhasil,” kata Arka, tersenyum lega. Laras merasa lega yang luar biasa. “Kita kembali.” Tapi sebelum mereka bisa merayakan, suara alarm berbunyi lagi. Laras menoleh dan melihat layar komputer di depannya menyala, menampilkan pesan peringatan. “Apa itu?” tanya Laras. Arka melihat layar itu, wajahnya tegang. “Ini peringatan. Garis waktu masih tidak stabil. Jika kita tidak segera memperbaikinya, kerusakan akan menyebar.” Laras merasa ketakutan kembali. “Apa yang harus kita lakukan?” Arka menatapnya dengan serius. “Kita harus melakukan perjalanan lagi. Ke garis waktu lainnya. Kita harus memperbaiki setiap kerusakan sebelum semuanya hancur.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berat. Dia tahu ini tidak akan mudah, tetapi dia juga tahu dia tidak punya pilihan lain. “Aku siap.” Arka tersenyum kecil. “Baiklah. Mari kita mulai.” Dan dengan itu, mereka bersiap untuk perjalanan berikutnya—menghadapi lebih banyak bahaya dan misteri, dengan harapan bisa memperbaiki apa yang telah rusak. --- Perjalanan ke Dunia Berikutnya Laras dan Arka berdiri di tengah laboratorium, suara alarm masih berbunyi di latar belakang. Layar komputer terus menampilkan pesan peringatan tentang ketidakstabilan garis waktu. Arka dengan cepat menyesuaikan alat kecil di tangannya, sementara Laras mencoba untuk tetap tenang. “Kita harus pergi ke garis waktu berikutnya,” kata Arka, matanya fokus pada alatnya. “Tapi kali ini, kita harus lebih berhati-hati. Setiap garis waktu memiliki bahaya yang berbeda.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. “Apa yang harus kita lakukan?” “Kita perlu menemukan titik kritis di setiap garis waktu,” jawab Arka. “Titik di mana keputusan yang salah dibuat dan menyebabkan kerusakan. Jika kita bisa memperbaikinya, kita bisa menstabilkan garis waktu.” Laras merasa semakin bingung, tetapi dia tahu dia harus percaya pada Arka. “Baiklah. Aku siap.” Arka mengangguk dan mulai menyesuaikan pengaturan pada alatnya. “Pegang tanganku. Ini akan terasa aneh.” Laras memegang tangan Arka dengan erat, dan tiba-tiba, mereka kembali merasakan sensasi aneh seperti ditarik ke dalam lorong yang gelap. Ketika mereka membuka mata, mereka berdiri di tengah hutan yang lebat, udara terasa segar dan alami. “Di mana kita?” tanya Laras, melihat sekeliling. “Ini adalah garis waktu di mana manusia tidak pernah mengembangkan teknologi modern,” jawab Arka. “Mereka hidup harmonis dengan alam, tetapi ada sesuatu yang salah.” Mereka berjalan melalui hutan, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan. Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah desa kecil. Penduduk desa terlihat ramah, tetapi ada sesuatu yang aneh tentang mereka. Mereka terlihat seperti hidup dalam ketakutan. “Ada apa dengan mereka?” bisik Laras. “Mereka dikuasai oleh seorang pemimpin yang tirani,” jawab Arka. “Dia menggunakan ketakutan untuk mengontrol mereka.” Laras merasa sedih melihat kondisi penduduk desa. “Apa yang bisa kita lakukan?” “Kita harus membantu mereka memberontak,” kata Arka. “Tapi kita harus melakukannya dengan hati-hati. Jika kita terlalu terlihat, kita bisa mengubah garis waktu secara drastis.” Mereka berdua mulai berbicara dengan penduduk desa, mencoba memahami situasi mereka. Setelah beberapa saat, mereka menemukan seorang pemuda bernama Rian, yang memiliki keberanian untuk melawan pemimpin tirani itu. “Kami bisa membantumu,” kata Laras kepada Rian. “Tapi kamu harus memimpin.” Rian terlihat ragu, tetapi dia mengangguk. “Aku akan mencoba.” Dengan bantuan Laras dan Arka, Rian mulai mengumpulkan penduduk desa dan merencanakan pemberontakan. Mereka bekerja dengan hati-hati, memastikan bahwa mereka tidak menarik perhatian pemimpin tirani itu. Pada malam yang ditentukan, pemberontakan dimulai. Penduduk desa, dipimpin oleh Rian, berhasil menggulingkan pemimpin tirani itu dan mengambil alih desa. Laras dan Arka menyaksikan dari kejauhan, merasa lega bahwa mereka telah membantu memperbaiki garis waktu ini. “Kita berhasil,” kata Laras, tersenyum. Arka mengangguk. “Tapi kita masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan.” Mereka berdua kembali ke portal waktu, siap untuk perjalanan berikutnya. Laras merasa lebih percaya diri sekarang, meskipun dia tahu masih ada banyak bahaya yang menunggu. “Apa garis waktu berikutnya?” tanya Laras. Arka menatapnya dengan serius. “Kita harus pergi ke dunia di mana teknologi telah menghancurkan peradaban. Itu akan menjadi yang paling berbahaya.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. “Aku siap.” Dan dengan itu, mereka melompat ke dalam portal waktu lagi, siap menghadapi tantangan berikutnya dalam perjalanan mereka untuk memperbaiki garis waktu yang rusak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD