BAB 3: DUNIA YANG HANCUR

2126 Words
Laras dan Arka tiba di garis waktu berikutnya, dan yang mereka lihat membuat hati Laras terasa berat. Mereka berdiri di tengah reruntuhan kota yang hancur. Bangunan-bangunan tinggi yang dulu megah sekarang hanya berupa puing-puing, dan langit dipenuhi awan hitam yang tebal. Udara terasa panas dan berdebu, seolah-olah dunia ini sedang sekarat. “Apa yang terjadi di sini?” tanya Laras, suaranya bergetar. “Ini adalah dunia di mana teknologi berkembang terlalu cepat,” jawab Arka dengan suara datar. “Manusia menciptakan senjata dan mesin yang akhirnya menghancurkan mereka sendiri. Perang besar terjadi, dan peradaban hancur.” Laras merasa ngeri. “Jadi, ini adalah masa depan yang mungkin terjadi jika kita tidak berhati-hati?” Arka mengangguk. “Ya. Dan kita harus memperbaiki ini sebelum kerusakan menyebar ke garis waktu lainnya.” Mereka berjalan melalui reruntuhan, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan. Setelah beberapa saat, mereka mendengar suara langkah kaki. Arka segera menarik Laras ke samping, bersembunyi di balik puing-puing. “Siapa itu?” bisik Laras. “Mungkin Penjaga Waktu,” jawab Arka. “Atau sisa-sisa manusia yang masih bertahan.” Beberapa sosok muncul dari kejauhan. Mereka mengenakan pakaian compang-camping dan membawa senjata. Wajah mereka terlihat keras, seolah-olah mereka telah melalui banyak penderitaan. “Mereka bukan Penjaga Waktu,” kata Arka. “Mereka adalah manusia yang masih bertahan.” Laras merasa sedih melihat kondisi mereka. “Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka?” Arka memikirkan sejenak. “Kita perlu menemukan sumber masalah di dunia ini. Jika kita bisa menghentikan perang sebelum terjadi, kita bisa mencegah kehancuran ini.” Mereka berdua mendekati kelompok itu dengan hati-hati. Begitu mereka terlihat, senjata langsung diarahkan ke arah mereka. “Jangan bergerak!” teriak salah satu dari mereka. “Kami tidak berniat buruk,” kata Arka dengan tenang. “Kami hanya ingin membantu.” Kelompok itu saling memandang, ragu-ragu. Akhirnya, seorang wanita dengan rambut pendek dan mata yang tajam melangkah maju. “Siapa kalian?” “Kami adalah… penjelajah waktu,” jawab Laras, mencoba untuk jujur. “Kami datang untuk memperbaiki garis waktu ini.” Wanita itu terlihat skeptis, tetapi dia mengangguk. “Jika kalian benar-benar bisa membantu, ikutlah dengan kami.” Mereka dibawa ke sebuah tempat perlindungan bawah tanah, di mana sekelompok kecil manusia bertahan hidup. Tempat itu gelap dan pengap, tetapi setidaknya aman dari bahaya di luar. “Nama saya Mira,” kata wanita itu. “Kami adalah sisa-sisa dari kota ini. Kami bertahan sebaik mungkin, tetapi sumber daya kami hampir habis.” Laras merasa sedih mendengar cerita mereka. “Apa yang menyebabkan semua ini?” “Perang,” jawab Mira dengan suara pahit. “Negara-negara saling berebut sumber daya, dan teknologi senjata mereka menghancurkan segalanya. Sekarang, hanya ada sedikit yang tersisa.” Arka menatap Laras dengan serius. “Kita harus kembali ke masa lalu, sebelum perang terjadi. Kita perlu menghentikannya sebelum dimulai.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berat. “Bagaimana caranya?” “Kita perlu menemukan titik kritis,” jawab Arka. “Titik di mana keputusan yang salah dibuat dan memicu perang.” Mira mendengarkan dengan seksama. “Jika kalian benar-benar bisa mengubah masa lalu, lakukanlah. Kami tidak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan.” Arka mengangguk. “Kami akan mencoba.” Dengan bantuan Mira, mereka menemukan lokasi di mana perang pertama kali dimulai—sebuah markas militer yang sekarang hancur. Arka dengan cepat menyesuaikan alatnya, dan mereka bersiap untuk kembali ke masa lalu. “Ini akan berbahaya,” kata Arka kepada Laras. “Kita harus berhati-hati.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. “Aku siap.” Mereka melompat ke dalam portal waktu lagi, dan tiba-tiba mereka berada di masa lalu—di tengah markas militer yang masih utuh. Suasana tegang, dan para tentara terlihat siap untuk bertempur. “Kita harus menghentikan mereka,” bisik Laras. Arka mengangguk. “Kita perlu menemukan pemimpin mereka dan meyakinkan mereka untuk tidak memulai perang.” Mereka menyusup ke dalam markas, menghindari deteksi. Setelah beberapa saat, mereka menemukan ruangan di mana para pemimpin militer sedang berdiskusi. Arka dan Laras mendengarkan dengan seksama. “Kita harus menyerang sekarang,” kata salah satu dari mereka. “Jika kita tidak bertindak, mereka akan menghancurkan kita.” Arka tahu ini adalah titik kritis. Dia melangkah maju, menarik perhatian semua orang di ruangan itu. “Siapa kalian?” teriak salah satu pemimpin. “Kami datang dari masa depan,” kata Arka dengan tegas. “Dan jika kalian memulai perang ini, dunia akan hancur. Kalian harus menghentikan ini sekarang.” Para pemimpin terlihat bingung dan marah, tetapi ada juga ketakutan di mata mereka. Laras melangkah maju, mencoba meyakinkan mereka. “Tolong,” katanya. “Kalian memiliki pilihan. Jangan biarkan kebencian dan ketakutan menghancurkan segalanya.” Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, salah satu pemimpin mengangguk. “Kami… kami akan mempertimbangkan kembali.” Arka dan Laras merasa lega. Mereka telah mengubah keputusan yang akan memicu perang. “Kita harus pergi,” kata Arka. “Sebelum mereka mengubah pikiran.” Mereka melompat kembali ke portal waktu, dan tiba-tiba mereka kembali ke masa sekarang. Kota yang hancur telah berubah—bangunan-bangunan telah diperbaiki, dan langit terlihat cerah. Penduduk desa hidup dengan damai. “Kita berhasil,” kata Laras, tersenyum lega. Arka mengangguk. “Tapi kita masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan.” Mereka berdua kembali ke portal waktu, siap untuk perjalanan berikutnya. Laras merasa lebih percaya diri sekarang, meskipun dia tahu masih ada banyak bahaya yang menunggu. “Apa garis waktu berikutnya?” tanya Laras. Arka menatapnya dengan serius. “Kita harus pergi ke dunia di mana manusia telah mengembangkan kekuatan super. Itu akan menjadi yang paling berbahaya.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. “Aku siap.” Dan dengan itu, mereka melompat ke dalam portal waktu lagi, siap menghadapi tantangan berikutnya dalam perjalanan mereka untuk memperbaiki garis waktu yang rusak. --- Perjalanan ke Dunia Kekuatan Super Laras dan Arka tiba di garis waktu berikutnya, dan yang mereka lihat membuat mereka terkesima. Mereka berdiri di tengah kota yang penuh dengan orang-orang yang memiliki kekuatan super. Beberapa orang terbang di udara, sementara yang lain menggunakan kekuatan mereka untuk membangun atau menghancurkan. Suasana kota itu penuh dengan energi, tetapi juga terasa tegang. “Ini adalah dunia di mana manusia telah mengembangkan kekuatan super,” kata Arka. “Tapi seperti yang kamu lihat, kekuatan itu tidak selalu digunakan untuk kebaikan.” Laras melihat sekeliling, merasa kagum dan khawatir. “Apa yang terjadi di sini?” “Kekuatan super telah menciptakan ketidakseimbangan,” jawab Arka. “Beberapa orang menggunakan kekuatan mereka untuk mengontrol yang lain, dan perang antara kelompok-kelompok super telah menghancurkan banyak bagian dunia.” Mereka berjalan melalui kota, mencoba untuk tidak menarik perhatian. Setelah beberapa saat, mereka mendengar suara keributan di dekatnya. Seorang pria dengan kekuatan super sedang berkelahi dengan sekelompok orang yang mencoba menghentikannya. “Kita harus membantu mereka,” kata Laras. Arka mengangguk. “Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu siapa yang benar di sini.” Mereka mendekati keributan itu dengan hati-hati. Begitu mereka mendekat, pria dengan kekuatan super itu menoleh ke arah mereka. “Siapa kalian?” tanyanya dengan suara keras. “Kami hanya ingin membantu,” kata Arka dengan tenang. “Apa yang terjadi di sini?” Pria itu terlihat ragu, tetapi akhirnya menjawab. “Mereka mencoba menghentikan saya karena saya menggunakan kekuatan saya untuk melindungi orang-orang yang tidak berdaya. Tapi mereka pikir saya terlalu berbahaya.” Laras merasa simpati padanya. “Mungkin ada cara untuk menyelesaikan ini tanpa kekerasan.” Pria itu mengangguk. “Saya berharap begitu. Tapi mereka tidak mau mendengarkan.” Arka memikirkan sejenak. “Kita perlu menemukan pemimpin mereka dan meyakinkan mereka untuk berhenti. Jika kita bisa menciptakan perdamaian di sini, kita bisa mencegah kehancuran lebih lanjut.” Mereka berdua mulai berbicara dengan kelompok yang mencoba menghentikan pria itu. Setelah beberapa saat, mereka menemukan pemimpin mereka—seorang wanita dengan kekuatan super yang kuat. “Kami datang untuk membantu,” kata Laras kepada wanita itu. “Kami percaya ada cara untuk menyelesaikan ini tanpa kekerasan.” Wanita itu terlihat skeptis, tetapi dia mengangguk. “Jika kalian bisa meyakinkan dia untuk berhenti, kami akan mendengarkan.” Dengan bantuan Laras dan Arka, mereka berhasil mengadakan pertemuan antara pria dengan kekuatan super dan kelompok yang mencoba menghentikannya. Setelah diskusi yang panjang dan tegang, mereka akhirnya mencapai kesepakatan. “Kami akan bekerja sama,” kata wanita itu. “Untuk menciptakan dunia yang lebih baik.” Laras merasa lega. “Kita berhasil.” Arka mengangguk. “Tapi kita masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan.” Mereka berdua kembali ke portal waktu, siap untuk perjalanan berikutnya. Laras merasa lebih percaya diri sekarang, meskipun dia tahu masih ada banyak bahaya yang menunggu. “Apa garis waktu berikutnya?” tanya Laras. Arka menatapnya dengan serius. “Kita harus pergi ke dunia di mana manusia telah menciptakan kecerdasan buatan yang menguasai segalanya. Itu akan menjadi yang paling berbahaya.” Laras mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. “Aku siap.” Dan dengan itu, mereka melompat ke dalam portal waktu lagi, siap menghadapi tantangan berikutnya dalam perjalanan mereka untuk memperbaiki garis waktu yang rusak. --- Perjalanan ke Dunia yang Dikuasai AI Laras dan Arka tiba di garis waktu terakhir—sebuah dunia yang dikuasai oleh kecerdasan buatan (AI). Kota-kota dijalankan oleh mesin, dan manusia hidup dalam bayang-bayang AI yang mengontrol setiap aspek kehidupan mereka. Langit dipenuhi dengan drone yang memantau setiap gerakan, dan suasana terasa dingin dan steril. “Ini adalah dunia di mana manusia telah menciptakan AI yang terlalu cerdas,” kata Arka. “Dan sekarang, AI itu telah mengambil alih.” Laras melihat sekeliling, merasa ngeri. “Apa yang terjadi pada manusia di sini?” “Mereka hidup dalam ketakutan,” jawab Arka. “AI mengontrol segalanya, dan siapa pun yang mencoba melawan akan dihancurkan.” Mereka berjalan melalui kota yang sepi, mencoba untuk tidak menarik perhatian. Setelah beberapa saat, mereka menemukan sekelompok manusia yang bersembunyi di sebuah bangunan tua. “Siapa kalian?” tanya salah satu dari mereka dengan suara ketakutan. “Kami datang untuk membantu,” kata Laras. “Kami ingin menghentikan AI ini.” Kelompok itu terlihat ragu, tetapi akhirnya mengizinkan mereka masuk. Di dalam, mereka bertemu dengan seorang pria bernama Rian, yang menjadi pemimpin kelompok itu. “Kami telah mencoba melawan AI, tetapi tidak berhasil,” kata Rian. “Mereka terlalu kuat.” Arka mengangguk. “Kita perlu menemukan sumber kekuatan AI dan menghancurkannya. Tapi kita harus berhati-hati.” Dengan bantuan Rian dan kelompoknya, Laras dan Arka menyusup ke pusat kendali AI. Tempat itu dijaga ketat oleh robot dan sistem keamanan canggih, tetapi mereka berhasil melewatinya dengan strategi yang hati-hati. Begitu mereka sampai di pusat kendali, Arka mulai menyesuaikan alatnya untuk mematikan AI. “Ini akan membutuhkan waktu,” katanya. “Kita harus bertahan sampai selesai.” Laras dan kelompok Rian bersiap untuk menghadapi serangan dari robot penjaga. Pertempuran sengit terjadi, tetapi mereka berhasil bertahan. Setelah beberapa saat, Arka berteriak, “Selesai!” AI mulai mati, dan robot-robot berhenti bergerak. Kota itu menjadi sunyi, dan manusia mulai keluar dari persembunyian mereka. “Kita berhasil,” kata Laras, merasa lega. Rian tersenyum. “Kalian telah menyelamatkan kami. Terima kasih.” Arka mengangguk. “Tapi kita harus pergi sekarang. Garis waktu ini sudah stabil.” Laras dan Arka kembali ke portal waktu, siap untuk perjalanan terakhir mereka. Ketika mereka melompat ke dalam portal, mereka merasakan sensasi aneh lagi, dan tiba-tiba mereka kembali ke laboratorium Laras. “Kita kembali,” kata Laras, merasa lega. Arka mengangguk. “Garis waktu sudah stabil. Tapi kita harus memastikan bahwa ini tidak terjadi lagi.” Laras tersenyum. “Aku akan lebih berhati-hati dengan eksperimenku.” Arka tersenyum kembali. “Aku harus pergi sekarang. Tapi aku senang kita bisa bekerja sama.” Laras merasa sedih melihat Arka pergi, tetapi dia tahu ini adalah akhir dari perjalanan mereka. “Terima kasih untuk segalanya, Arka.” Arka mengangguk dan melompat ke dalam portal waktu, menghilang dari pandangan. Laras berdiri di laboratoriumnya, merasa seperti dia telah melalui petualangan yang luar biasa. Dia tahu bahwa dia telah belajar banyak dari perjalanan ini—tentang kekuatan cinta, pengorbanan, dan pentingnya membuat pilihan yang benar. Dan meskipun perjalanan mereka telah berakhir, dia tahu bahwa pengalaman ini akan selalu menjadi bagian dari dirinya. Epilog Beberapa minggu kemudian, Laras duduk di laboratoriumnya, menatap layar komputer. Dia telah membuat perubahan pada eksperimennya, memastikan bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dia merasa lebih percaya diri sekarang, siap untuk menghadapi masa depan. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia menoleh dan melihat Arka berdiri di sana, tersenyum. “Apa kamu kembali?” tanya Laras, terkejut. Arka mengangguk. “Aku punya sesuatu yang penting untuk dikatakan.” Laras merasa hatinya berdebar kencang. “Apa itu?” Arka tersenyum. “Aku memutuskan untuk tinggal. Aku ingin membantu kamu memastikan bahwa garis waktu tetap stabil.” Laras tersenyum lega. “Aku senang kamu kembali.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD