Rumit

1040 Words
Brakk! Ia mengabaikan suara bantingan pintu yang terdengar jelas. Ia masih menikmati sisa-sisa pelepasannya yang begitu luar biasa. Sampai kenikmatannya harus tergantikan oleh rasa ngilu di rahangnya saat seseorang menariknya dan melayangkan pukulan tepat di rahang kanannya membuatnya jatuh tersungkur ke lantai. "Kurang ajar kau!" Pria yang baru saja merusak momen nikmatnya hendak kembali melayangkan pukulan ke arahnya sampai Raina mencegahnya. "Hentikan!" teriak Raina. Ia segera mendorong Beryl dan melindungi Satya yang masih tersungkur. Mengabaikan fakta bahwa ia sama sekali tak mengenakan sehelai benangpun untuk menutupi tubuhnya. "Jadi ini yang kau lakukan di belakangku?!" bentak Beryl dengan marah. Wajahnya sudah sangat merah ingin menghabisi Satya saat itu juga. "Memangnya kenapa? Bukankah ini juga yang kau lakukan dengan istrimu?" teriak Raina tepat di depan wajah Beryl. "Kau!" "Aku rela menjadi yang kedua setelah istrimu karena aku mencintaimu! Tapi aku tidak bisa selamanya menunggu! Meski aku yang kedua tapi aku juga butuh dirimu di sampingku!" teriak Raina menggebu. Ia menahan airmata yang mulai menggenang. "Kau tahu aku sudah beristri dan kau juga harus sadar bahwa bagaimanapun juga istriku yang ku utamakan. Aku sudah memberi semua yang kau inginkan, apakah itu masih kurang?" bentak Beryl yang kian emosi. Satya hanya diam dengan sesekali mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya dan melihat pertengkaran dua manusia di depannya. Ia justru bersikap sialan dengan kembali duduk ke sofa tanpa berniat mengenakan pakaian. Atau hanya sekedar menutupi tubuhnya yang polos dengan selembar kain, seakan ia ingin mengejek Beryl dan menunjukkan bahwa ia berada di atas angin. "Apa? Jadi selama ini kau benar-benar tidak mengerti aku...." lirih Raina dan menatap kekasihnya dengan lelehan airmata. "Lalu apa? Bukankah itu yang setiap wanita simpanan inginkan? Uang dan barang mewah, aku sudah memberikannya untukmu dan kau harus bersabar saat aku bersama istriku. Jika saat waktunya tiba aku akan disini bersamamu!" teriak Beryl dengan suara kian meninggi. Jika saja tidak dalam situasi seperti ini, mungkin Beryl akan membicarakannya dengan hati-hati. Namun melihat wanita yang hampir enam bulan ini menjadi penghias rumah tangganya bermain dengan pria lain, amarahnya meledak tak bisa ia kendalikan. "Aku tidak butuh! Aku tidak butuh uang dan semua barang yang kau berikan! Yang aku butuhkan hanya kau!" Raina berteriak hingga menghentakkan kaki dan mengepal tangannya kuat. Seakan meluapkan emosi yang ia rasakan. "Lalu kenapa kau bermain dengannya!" teriak Beryl hingga tangannya terangkat. Deg ... Mata Beryl seketika membulat saat melihat bukti bahwa Raina memang masih suci dan ini adalah baru pertama untuknya. Bukti yang masih jelas terlihat mengotori sofa Raina yang berwarna putih abu. "Aku menyiapkan ini untukmu! Kau bilang di hari ulang tahunku kau akan datang, aku berniat memberikan harta paling berhargaku untukmu tapi pada kenyataannya kau justru memilih bersama istrimu. Bukankah kau sendiri yang mengatakan, jika kau tidak datang di hari ulang tahunku maka aku boleh mengakhiri hubungan ini?" Raina mulai terisak. Ucapannya melemah di akhir kalimat. "Itu bukan aku ...." Tangan yang sebelumnya terangkat kini turun perlahan dengan lemas. Suara yang sebelumnya tinggi kini juga melemah. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi! Ambil! Ambil semua barang-barang ini, aku tidak butuh ini dan aku tidak membutuhkanmu lagi." Raina melempar berlian,tas, cincin, kalung, sepatu, dress dan semua barang-barang pemberian Beryl yang memenuhi meja di ruang tamu Raina. "Raina ... dengarkan aku." Beryl terlihat begitu putus asa dan kacau. "Keluar dari sini!" teriak Raina dan terus melempar barang-barang berharga mahal pemberian Beryl. Ia tak peduli semua barang-barang ini. Bahkan ia tak peduli saat melihat darah mengalir dari kepala Beryl karena sepatu hak tinggi yang ia lempar. Akhirnya Beryl memutuskan pergi dengan frustasi. Membanting pintu apartemen Raina dengan keras dan mengabaikan darah yang terus mengalir dari pelipisnya. "Hiks... hiks... hiks...." Raina kian menangis terisak. Air matanya mengalir semakin deras. Ia terduduk di lantai dengan terus mengusap air matanya kasar. Satya kemudian mendekatinya dan mengusap bahunya dengan pandangan sulit diartikan. "Aku tidak bisa memberi apa yang ia berikan padamu, tapi seperti keinginanmu aku bisa selalu disampingmu," kata Satya tanpa keraguan. Raina terkesiap dan menatap kosong pria pengantar paket yang selalu datang setiap minggunya memberinya paket kiriman dari Beryl. Pria sialan yang sialannya memanfaatkan kebodohannya. Raina tak peduli, ia tak peduli lagi pada cintanya juga tubuhnya. Ia sudah terlanjur memberikan harta yang ingin ia berikan pada Beryl, pada pria pengantar paket yang kini menatapnya penuh damba. Hingga beberapa menit setelahnya, kuku-kukunya sekali lagi menancap pada punggung pria itu saat merasakan jutaan kembang api meledak ketika ia menutup mata. Begitu juga pria pengantar paket yang sekali lagi menikmati sisa-sisa pelepasannya, mengantarkannya pada kenikmatan surga dunia yang tiada tara. Biarkan Raina gila. Ia memang sudah gila saat bersedia menjadi yang kedua dan menjadi simpanan. Bahkan ia juga telah gila karena meminum obat laknat hanya karena ingin memberi harta berharganya untuk kekasihnya. Dan Tuhan telah memberinya karma. Dengan menunjukkan Satya sebagai pengganti Beryl untuk menikmati harta yang ia jaga selama hampir 23 tahun hidupnya. *** "Ngh~~" Raina mengerjapkan mata kala silau lampu kamar yang menyala mengganggu tidurnya. Ia membuka mata perlahan dan seketika itu juga matanya melebar saat ia menegakkan badannya dari poisisi tidurnya yang nyaman. Ia menoleh dan mendapati pria pengantar paket masih tertidur lelap. Ia menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ingatannya kembali berputar saat dengan berani ia menggoda pria yang kini memeluk pinggangnya dengan mata masih terpejam. Ia dapat mendengar dengkuran halus pria itu yang membuatnya meremang. Ingatan saat pria yang menyuruhnya memanggilnya dengan nama 'Satya' kembali berputar. Ini gila, pria itu hanya pria pengantar paket yang setiap minggu mengantar paket dari kekasihnya. Ia tak menyangka rencananya gagal dan harus berakhir seranjang dengan pria yang tidak ia kenal. Ia menyingkirkan tangan Satya yang melingkar di pinggangnya dengan hati-hati. Ia menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya dan perlahan turun dari ranjang. "Sh …." rintihan kecil lolos dari mulutnya saat ia mencoba berdiri dan melangkahkan kaki untuk menuju kamar mandi. Dengan tertatih ia berjalan ke arah kamar mandi. Membuka pintu kamar mandi dan bercermin di depan cermin besar di hadapannya. Meraih sikat gigi dan pasta gigi di samping wastafel dan mulai mengeluarkan isi pasta gigi ke atas sikat giginya. Menaruh kembali pasta gigi ke tempat tinggalnya dan mulai menggosok gigi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dan semua ingatannya kembali berputar. Ingatan saat ia meneriaki Beryl semalam dan ingatan saat ia pertama kali bertemu dengannya. TBC ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD