bc

Temukan Aku Cintaku

book_age18+
1.5K
FOLLOW
19.4K
READ
one-night stand
drama
comedy
sweet
genius
campus
first love
virgin
teacher
like
intro-logo
Blurb

Bagaikan keledai bodoh diriku. Aku justru menantikan kehadiran pria yang telah merenggut kesucianku. Menanti tiada pasti dirinya yang entah ada dimana, entah seperti apa wajahnya. Aku selalu menantikannya, menemui diriku.

Jasmin.

Dia bagaikan seekor tikus, pintar dan penyayang. Namun Indra penciumannya yang tajam sudah rusak, tak berfungsi. hilang entah kemana. Kenapa dia tidak bisa melihatku, yang selalu ada disampingnya, melindunginya, dan selalu menyayanginya. Dasar Jasmin bodoh.

Gambar ilustrasi : Pexel

chap-preview
Free preview
1. Tragedi Jasmin
Malam itu cuaca terasa dingin menggigil. Salju bulan Januari turun bagikan kapas yang berjatuhan dari surga. Memeluk seluruh kota sejak pagi. Memenuhi tanah-tanah kota Enschede. Di sebuah kafe pinggiran kota. Terletak persis di tepi sungai roombeek. Cahaya lampu berwarna kuning berpendar hangat di sudut-sudut kafe. Hanya lobi kafe utama yang mempunyai sinar terang. Seorang pria tinggi dengan rambut gelap sedikit berlari ketika memasuki kafe. Kaki panjagnya berjalan cepat ketika masuk ke dalam kafe. Ia lalu melepas mantelnya yang lembab terkena salju. Dan nafasnya berhembus lega ketika merasakan hangatnya udara kafe yang berasal dari mesin pemanas. Setelah memesan makanan. Pria itu segera mencari tempat duduk kosong. Bibirnya berdecak kesal saat mengetahui kursi yang tadi dia incar sudah terisi. Di duduki oleh beberapa mahasiswa yang bercanda. Pemuda berwajah tampan tersebut terpaksa keliling, mencari kursi yang masih kosong. Hanya untuk dirinya sendiri. Srek…. Pemuda itu menarik sebuah kursi warna putih, lalu meletakkan nampannya di atas meja. Ia terpaksa duduk di tempat dengan pencahayaan warna kuning kecokelatan yang hangat. Bersama dengan beberapa pasang anak muda mudi yang sebagian besar adalah mahasiswa yang sedang kasmaran. Pria tampan tersebut duduk dengan menahan malu, ia di kepung oleh para mahasiswa yang kuliah di di sekitar kota Enschede. Mereka kencan di sekitar pria itu tanpa malu-malu. Pria itu sadar, sejak berada di Eropa. Ia harus terbiasa dengan budaya bebas. Termasuk bebas berkencan di manapun berada. Tidak peduli di dekatnya ada anak kecil, orang tua, di jalanan, atau dimanapun itu. Kalau suka bisa langsung sosor di tempat. Tapi sungguh, negara maju nan bebas seperti itu tidak berpengaruh padanya, pria itu tetap berdiri kokoh pada pendiriannya. Sekolah hingga dia harus menjadi orang nomer satu. Pemuda itu akhirnya melahap lasagna nya yang masih hangat. Tidak lagi menghiraukan para pemuda pemudi di sekitarnya yang sedang bermesra-mesraan. Sesekali pandangan mata pria itu tertuju pada para mahasiswi berambut kuning dan merah khas suku kaukasia memandang kagum dirinya yang berwajah rupawan. Mereka duduk bergerombol tidak jauh darinya. Dan ia tahu perempuan-perempuan itu berbisik-bisik membicarakan dirinya. Di tengah kegiatan nya makan malam. Tiba-tiba matanya tersita pada sosok gadis cantik berkerudung biru toska, dan bergamis biru navy. Kulitnya terlihat lembut, bibirnya yang tidak terlalu tebal, berwarna merah muda sedang tersenyum cantik. Sesekali tertawa dan tersenyum saat berbincang-bincang dengan pria tampan berambut kuning ya v duduk di depannya. Semula pria itu biasa-biasa saja. Tidak lagi menunjukkan rasa tertarik pada gadis cantik berkerudung. Itu karena dia sudah terbiasa membunuh setiap rasa yang muncul. Namun perhatiannya kembali tersita pada si gadis berkerudung, tatkala pria berwajah khas Belanda yang duduk di depan si gadis membelai pipi halus gadis tersebut. 'Dasar, gadis labil. Sebagai muslimah harusnya dia bisa jaga diri' batinnya. Pria itu lalu mendengar si pria Belanda memuji-muji kecantikan wanita di depannya yang ternyata bernama Jasmin. Usia gadis itu sekitar dua puluh tahunan. Pandangan pria itu semakin terpaku pada sosok Jasmin saat sang pria Belanda membuka hijabnya. Aneh, Jasmin malah terlihat pasrah begitu saja saat pria bernama William itu membelai rambut panjangnya. Dalam hati, pria tersebut mengagumi jasmin. Gadis itu ternyata semakin cantik di balik hijabnya. Rambutnya yang hitam panjang tergerai anggun tatkala ia gerai, bibir merah mudanya terlihat lembut dan seksi. Pria itu lalu membuang muka, tidak ingin menikmati keindahan Jasmin lebih dalam. Ia lalu melanjutkan makan. Menikmati kopi panasnya. Makanan dan minuman panas memang paling nikmat di santap saat cuaca sedang dingin. Apalagi setelah ini dia harus segera meninggalkan Belanda. Liburannya sudah selesai. Tanpa sengaja, mata pria itu kembali menangkap wajah cantik Jasmin. Emosinya langsung tersulut ketika Jasmin di paksa meminum minuman beralkohol. William selalu berkata, jika Jasmin tidak mau meminum alkohol yang dia berikan, maka Jasmin tidak mencintainya. Memaksa Jasmin membuktikan cintanya melalui minuman itu. Awalnya Jasmin menolak keinginan William, namun, lama-kelamaan prinsipnya semakin melemah ketika William terus mendesaknya. Memaksakan kehendaknya atas nama cinta. Tangan pria itu mengepal erat saat melihat Jasmin akhirnya meminum minuman laknat tersebut. Walau Jasmin terlihat kesusahan minum alkohol. Namun akhirnya dia bisa menghabiskan minumannya. Seketika itu juga kepala Jasmin langsung pusing, tergeletak tidak berdaya di atas meja. Tidak puas segelas, William kembali memaksa Jasmin minum alkohol. Dan setelah menghabiskan tiga gelas alkohol, Jasmin akhirmya benar-benar kehilangan kesadaran. Akalnya sudah terbang meninggalkan otaknya. Sedangkan William terlihat mengulas senyum licik dan puas. Matanya memandang Jasmin kelaparan. "Gadis pintar" gumamnya pelan. Tangannya menyibak Surai kecil yang menutupi wajah Jasmin. "Tahukah kamu? Semakin kamu menolak bercinta denganku. Aku semakin penasaran, Sayang" seringai serigala muncul di sudut William. Suara William pelan, namun cukup jelas di telinga pria yang sejak tadi siaga menguping. Tempat duduk mereka yang saling bersebelahan, membuat pria itu bisa mendengar semua yang William bicarakan dengan Jasmin. Namun ia seolah tidak mendengar, karena ia memasang headset di telinganya. Pura-pura mendengarkan musik. Tring…, tring… tring… Ponsel William berbunyi. "Hallo, kalian di mana?" Ucap William. "Cepatlah ke sini, jemput aku dan Jasmin di Jade Marcela. Oke? Jangan lewatkan kesempatan emas ini. Malam ini kita akan pesta tubuh gadis Indonesia. Hahaha…" ucap William pelan. Namun cukup jelas di telinga pria itu. Tangan pria itu mengepal kuat. Nalurinya sebagai lelaki tidak terima jika ada wanita dimanfaatkan saat ia tengah tidak berdaya. Jangan sampai Jasmin di perkosa oleh berandal berwajah mahasiswa tersebut. "Kalian masih lengkap kan?" Suara William kembali terdengar. "Kalau di hitung denganku juga. Kita semua berjumlah sepuluh. Yeah… pesta!" Seru william waspada. Tangannya terangkat girang. Tangan pria itu mengepal kian kuat. Kuku-kuku jarinya memucat. Ia semakin faham arah pembicaraan William. Rupanya William dan teman-temannya punya rencana busuk, hendak berpesta tubuh Jasmin. Parah, mereka ada sepuluh. "Sebentar-sebentar, aku keluar dulu, suaramu terputus-putus. Aku tidak dengar." Sahut William. Ia lalu berjalan keluar kafe. Pria tampan berbaju hitam tersebut tanpa pikir panjang langsung bangun. Ia tidak boleh melewatkan kesempatan ini, atau Jasmin akan jadi domba bodoh tak berdaya yang siap di mangsa oleh sekawanan serigala licik. Pria itu lalu menyelimutkan mantel panjangnya pada tubuh Jasmin. Membungkus tubuh wanita itu hingga menutupi wajah dan kepalanya. Hup… Dengan mudah pria tersebut membopong tubuh Jasmin yang lebih kecil. Melewati beberapa orang sambil meminta maaf, karena tubuh Jasmin terkadang mengenai beberapa pengunjung. Mengatakan jika adiknya sedang mabuk. Untunglah pengunjung dan pemilik kafe tidak ada yang curiga dengannya. Jika pun ada yang curiga, dia siap bersaksi, bahwa nyawa Jasmin dalam bahaya. Rencana pria itupun lancar. Ia berhasil menculik Jasmin hingga keluar dari kafe tanpa sepengetahuan William. Tidak lama kemudian, mobil pria itu membelah jalanan kota Enschede yang mulai sepi di malam hari. Sesekali matanya menoleh kebelakang, khawatir jika William mengejar dirinya. Nafas pria itu lalu berhembus laga. Ternyata William tidak membuntutinya. Ia heran dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia punya keberanian senekat ini. Menculik di negara orang. Jika salah perhitungan, bisa-bisa dirinya justru di fitnah, di tuduh telah menculik gadis. Tangan pria itu lalu menyentuh pundak Jasmin. Menggoyang-goyangnya perlahan. "Hmm… Apa sih?" Gumam Jasmin sambil mengedikkan bahu rampingnya, berusaha menyingkirkan tangan itu. "Hmm… ah… " tiba-tiba Jasmin mendesah. "Bangun!" Tubuh Jasmin yang menggeliat, membuat tangan pria itu tanpa sengaja menyentuh leher Jasmin. "Kamu tinggal di mana?" Tanya pria itu. Secepat kilat ia menarik tangannya. Aneh, kulit lembut Jasmin terasa menyengatnya, mengalir dan merambat hingga ke dalam kalbunya. "Hmm… ah…" suara Jasmin mencercau tidak jelas saat tangan pria itu menyentuh lehernya. Dan mata bulatnya seketika terbuka saat merasakan tangan itu meninggalkan lehernya. "Sentuh aku di sini…" rengek Jasmin dengan suara serak. Menaruh kembali tangan pria itu di lehernya. "Ah…" bibir Jasmin kembali mendesah, saat telapak tangan pria itu menempel di kulitnya. Matanya lalu terpejam. "A-apa yang kamu lakukan?" Pria itu salah tingkah. Baru kali ini ia menyentuh leher wanita. Dan kulit itu terasa sangat halus. "K-kamu tinggal di mana?" Tanya nya lagi. "Ah…" Jasmin mendesah. Tangannya menuntun telapak tangan pria itu agar membelai lehernya. "Kamu tinggal di mana, Jasmin? Aku akan mengantarmu." Tangan pria itu membelai leher Jasmin perlahan. Berharap semoga Jasmin tetap terjaga, dan mau memberitahu alamatnya. Dugaan pria itu benar. Di tengah desahan Jasmin dan matanya yang selalu terpejam. Perempuan itu akhirnya mampu mengatakan alamat nya. Dia tinggal di asrama mahasiswa. Pria itu kemudian melacak lokasi tempat tinggal Jasmin menggunakan g map. Tidak lama kemudian, mobil pun melaju menuju alamat asrama Jasmin. Ciiit... Mobil berhenti di sebuah gedung kokoh berlantai lima. Dengan membopong tubuh Jasmin, pria itu lalu memasuki gedung. Dia pun mengatakan pada keamanan asrama, jika namanya adalah Aldi, teman Jasmin. Dan keamanan itu percaya begitu saja sewaktu Aldi mengatakan bahwa ia adalah teman Jasmin. Keamanan itu berpikir, lebih baik membiarkan Jasmin masuk dengan Aldi, dari pada dia tidak mengizinkan Aldi masuk. Bisa-bisa dia yang repot sendiri karena menggantikan Aldi menggendong Jasmin ke kamarnya. Bruk…. Aldi meletakkan perlahan tubuh Jasmin di atas ranjang. Nafas nya terengah-engah. Dia kelelahan dan haus setelah membopong tubuh Jasmin dari bawah hingga ke lantai empat, tempat kamar Jasmin berada. Matanya lalu berputar, menyapu seluruh isi kamar. Jasmin ternyata tinggal sendirian. Ia lalu berjalan ke arah meja kecil dekat ranjang. Tanpa permisi, ia meneguk habis seluruh air mineral sisa jasmin. Tiba-tiba hatinya berdesir saat melihat gamis Jasmin terangkat ke lutut, memperlihatkan kaki putihnya yang ramping dan halus. Wajah Aldi memerah kepanasan saat kaki-kaki itu saling menggesek, suara lenguhan keluar dari bibir Jasmin. Suara itu sungguh mengganggu Aldi. Membangkitkan hasrat liar yang diam-diam mulai merangkak. Aldi membuang muka. Ia harus segera pergi. Akalnya bisa hilang kendali jika terus berada di sekitar gadis itu. Entah mengapa, tiba-tiba ada bagian tubuh Aldi yang meronta-ronta. Memaksanya untuk pergi ke kamar mandi. Air mineral Jasmin yang dingin. Membuat cairan dalam tubuh Aldi cepat keluar. "Sial, kenapa resletingku macet? Mana keburu keluar lagi" Umpatnya pada celana putihnya. Karena terlalu terburu-buru, ia tidak sempat mengunci pintu kamar mandi. Hanya menutupnya saja. Wajah tampan Aldi memucat tatkala air dalam tubuhnya sudah berada di depan gerbang. Menuntut agar cepat di bebaskan. Sedangkan resletingnya tidak mau berkompromi. "Ah… sial!" Umpat nya lagi setelah resletingnya berhasil ia buka. Dengan gerakan cepat ia berjongkok. Wajahnya yang menegang, perlahan mengendur lega. Bibirnya pun tertarik, tersenyum puas, karena cairannya sudah keluar. Selesai membersihkan diri. Aldi segera membenahi celananya. Brak…. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, membuat jantung Aldi hampir saja loncat dari tempatnya. Dan Mata Aldi seketika melotot, ketika melihat seseorang tengah berdiri di ambang pintu. Dengan mata yang setengah terpejam, tanpa rasa berdosa Jasmin masuk ke dalam kamar mandi. "A- apa yang mau kau lakukan? Tidak bisakah ketuk pintu dulu?" Aldi syok. Ia mundur beberapa langkah. Mata Aldi semakin membulat melihat tubuh Jasmin yang tidak lagi bergamis. Menyisakan tank top seksi warna peach lembut, dan celana pendek ketat warna senada. Dan tanpa berdosa, Jasmin melepas celananya di depan Aldi. "Be-berhenti! A-apa yang mau kamu lakukan?" Kaki Aldi berjalan semakin mundur. Bruk…. Tubuh Aldi menubruk dinding. Cepat-cepat ia berbalik. "Wanita ini benar-benar sudah gila. Dia tidak waras*" gerutu Aldi saat telinganya mendengar Jasmin buang air kecil. Dan wanita gila itu membuat kepala Aldi pusing, karena ia terus memikirkan kulit Jasmin yang putih bersih, terlihat sangat halus dan seksi. Dan wajahnya memerah saat mengingat gundukan Jasmin yang lumayan besar, menyembul menggoda. Saat yakin, Jasmin sudah selesai membersihkan diri. Aldi menarik handuk lebar. Ia lalu berbalik perlahan. Dugaannya benar, Jasmin masih belum mengenakan apapun di bagian bawahnya. Wanita itu hendak keluar tanpa mengenakan apapun. Bagian itu kecil mungil, bersih, dan terlihat ranum. Aldi pun menegang. Buru-buru ia balut bagian bawah tubuh Jasmin dengan handuk. Setelah ini Aldi harus segera kabur. Jika tidak, ia pasti khilaf. Mata Jasmin yang sedari tadi selalu setengah terpejam, belum benar-benar sadar, tersentak kaget ketika ada seseorang melilitkan handuk di tubuhnya. "Siapa kamu?" Cicitnya, matanya sesekali masih terpejam. Tubuhnya pun bergoyang-goyang, tidak mampu berdiri dengan benar. "Aku…, Aldi. Maaf, aku tadi menculikmu dari pacar mu. Dia laki-laki yang tidak baik, Jasmin. Dia sudah membuatmu mabuk." Aldi berharap penjelasannya bisa di terima akal sehat Jasmin. "Kamu benar, dia… ternyata tidak baik. Hiks…" Jasmin tiba-tiba menangis. "Aku…, menyesal, kenapa... tadi aku menurutinya waktu dia menyuruhku minum bir." Wajah Jasmin terlihat penuh penyesalan. "William… mengancamku. Kalau… aku tidak mencoba bir yang dia pesan. Maka… dia akan memutuskan aku" Jasmin menyandar di dinding. Mencegah agar tubuhnya tidak kehilangan keseimbangan. "Dia… jahat sekali, padahal… baru tiga hari kami jadian. Dan dia tega. Mengancam… akan memutuskan aku hanya karena minuman sialan itu" lanjut Jasmin. "Aku…" tiba-tiba tubuh Jasmin ambruk. Aldi pun dengan sigap menangkap Jasmin, refleks Jasmin pun menyandar di tubuh Aldi. "Ah…" Jasmin tiba-tiba mendesis. Tanpa sengaja kulit leher Jasmin menyentuh rambut Aldi. Sensasi itu membuat Jasmin di landa rasa nikmat. Sontak Aldi pun menarik kepalanya. Tapi tiba-tiba tangan Jasmin memegang erat kepala Aldi, membenamkan di dad*a bagian atasnya. Bibir Aldi pun menempel di kulit Jasmin, membuat wanita itu mendesah tidak karuan. "Kumohon… tolong aku." Jasmin tidak mengerti mengapa ia menginginkan lebih. "Aku tidak tahan lagi" Dengan perasaan penasaran. Bibir Aldi pun mencoba mencercap kulit Jasmin yang halus. Menebak-nebak bagaimana reaksi Jasmin saat ia mencercap nya. Dan reaksi Jasmin benar-benar semakin menggila. Gadis itu mendesah semakin keras. Bahkan pangkal kakinya tiba-tiba menggesek kaki Aldi. Sambil mulutnya terus bersuara. Wajah Aldi memerah, menahan gejolak yang kian menggebu, Jasmin benar-benar membuatnya kepanasan. Aldi tidak peduli lagi, ternyata ia senang mendengar rintihan Jasmin yang tidak berdaya. Ia menulusuri kulit itu sambil terus menciumnya. Tiba-tiba Jasmin melepaskan diri. Tanpa di komando, dia melepaskan tank topnya. Melepas juga bra-nya. Mata Aldi pun kian melebar, air liurnya menetes saat melihat keindahan tubuh Jasmin. Itu adalah ukiran terindah yang pernah ia lihat. Iman Aldi seketika rontok tak bersisa. Ia harus merasakan Jasmin. Aldi lalu memeluk tubuh Jasmin erat, menguasainya dengan tubuhnya yang lebih besar dan atletis. Ia benamkan wajahnya di *d**a Jasmin. Merasakan lembutnya kulit itu menempel di mulutnya ternyata sangat nikmat. Gairahnya pun semakin tak terbendung saat merasakan pangkal kaki Jasmin menggesek kejantanannya, mencari kenikmatannya sendiri. Tidak lama kemudian lenguhan pasrah terdengar dari bibir indahnya, lebih keras dari sebelumnya. Buru-buru Aldi membungkamnya dengan bibirnya. Mencium nikmat bibir ranum itu hingga tidak lagi bersuara. Aldi sudah tidak tahan lagi. Ia bopong tubuh yang lebih kecil itu, membaringkannya di atas ranjang. Ranjang itu kecil, tidak selembut ranjang miliknya, tidak selebar ranjang yang biasa dia tiduri. Walau ranjang Jasmin kecil, rasanya ranjang itu lebih menarik, menjanjikan kenikmatan yang belum pernah ia reguk. Setelah melepas seluruh bajunya. Aldi menaiki Jasmin. Jasmin yang terus menggerayangi tubuh atletis Aldi yang rajin ia latih di gym. Membuat Aldi kian membara. Tanpa basa basi lagi, ia memaksa memasuki tubuh Jasmin. "Ah, sakit…" suara rintihan kesakitan muncul di bibir Jasmin. Matanya sesekali terbuka, setelah itu kembali terpejam. Mabuk itu masih menguasai tubuhnya. "Maaf. Ini…, sangat sakit?" Tanya Aldi khawatir. Ia pun menghentikan aktivitasnya. Dengan mata terpejam Jasmin mengangguk, sebutir air mata merembes dari kelopak matanya. "Maaf" sesal Aldi. Melihat nafas Jasmin yang kembali teratur. Rasa penasaran itu kembali merasuki Aldi. Perlahan, Ia mulai memasuki tubuh Jasmin lagi, sedangkan bibirnya sibuk melumat bibir Jasmin. Perasaan bersalah kembali menggelayuti otak Aldi, tatkala melihat Jasmin menangjs karena menahan sakit akibat paksaan yang di lakukan Aldi. Bibir Jasmin merintih keras, menahan sakit yang kian menyakitkan. Aldi lalu mencium bibir itu. Malaikat penjaga Aldi mengingatkan pria itu. Agar ia berhenti, karena semua yang ia lakukan salah. Namun, setan ternyata lebih kuat, kelembutan bibir Jasmin membuat gairah Aldi kembali berkobar, bibir itu terasa nikmat ia lumat. Membuatnya tidak ingin berhenti. Dalam irama kelembutan dan tanpa putus asa. Aldi terus berusaha memasuki tubuh Jasmin. Sedangkan bibirnya terus menikmati bibir Jasmin. Dan ia kembali di tusuk rasa bersalah ketika mendengar bibir Jasmin merintih kesakitan. Sebutir kristal pun meluncur dari matanya. "Maafkan aku, Jasmin. Aku sangat menyesali ini, tapi, aku juga tidak bisa menahan diriku. Tahan sebentar ya? Sebentar lagi tidak akan sakit" janji Aldi. Perahan tapi pasti, Aldi berhasil memasuki Jasmin seutuhnya. Ada perasaan bersalah dan bahagia menyeruak di dadanya ketika melihat darah segar Jasmin. Darah itu lambang kesucian Jasmin, bahwa gadis itu selama ini berhasil menjaga diri, namun Aldi sudah merenggutnya. Sambil berpacu, Aldi memeluk tubuh Jasmin erat, merasakan hangatnya wanita itu sungguh menyenangkan, bibirnya lalu berbisik. "Ku harap, suatu saat kita bisa bertemu lagi di Indonesia. Saat itu, aku pasti akan bertanggung jawab, menikahimu, dan memberikan seluruh dunia ku untukmu" "Ke-kenapa tidak sekarang?" Tanya Jasmin dengan mata terpejam. Walau mata gadis itu selalu terpejam, namun nafasnya memburu. "Tidak bisa sekarang. Aku masih kuliah" bisiknya dengan suara pelan. Di kecupnya kening Jasmin. "Maafkan aku, Jas. Aku…, mencintaimu" ucap Aldi lalu membenamkan wajah tampannya di dad*a Jasmin. Mereka lalu saling bergumul penuh gelora, melepaskan ha*srat yang menggebu. Walaupun bibir Aldi terus meminta maaf karena merasa bersalah, namun ia juga tidak bisa menahan diri. Jasmin benar-benar mengambil alih dunia nya yang selama ini terasa hampa, memberitahu nya bahwa masih ada sisi dunia yang menyenangkan, menggairahkan, memberinya kenikmatan yang selama ini belum pernah ia pikirkan. Erangan nikmat pun akhirnya mereka peroleh bersama, peluh membanjiri tubuh keduanya. Saling berpelukan mesra, lalu mereka tutup dengan pagutan sayang. Seolah tak rela percintaan mereka berakhir. Belum selesai mereka berciuman, tiba-tiba mata Jasmin sudah terpejam, tubuh kecilnya terlihat kelelahan setelah menggapai nikmat yang Aldi berikan berulang kali. Dengan berat hati, Aldi akhirnya bangkit, memakai kemeja hitamnya dan celana putihnya yang sangat pas di kaki panjangnya. Sebelum ia melangkah ke luar, di tatapnya tubuh Jasmin yang tanpa sehelai benang pun. Aldi tidak bisa membantah, tubuh itu benar-benar indah. Namun kepolosannya membahayakan dirinya. 'Lelaki mana yang bisa menolak mu Jasmin?' gumamnya dalam hati. Selain dia cantik, tubuhnya pun sempurna. Perlahan Aldi menyelimuti tubuh Jasmin, setelah itu mencium keningnya. "Aku mencintaimu, Jas. Jaga dirimu baik-baik jangan berbuat bodoh lagi. Cukup denganku saja kamu melakukan kebodohan ini " bisiknya, bibirnya lalu mendarat di pipi Jasmin yang lembut. Setelah memastikan kamar Jasmin terkunci. Kaki panjang Aldi melangkah keluar asrama. Ia menyesal telah memperawani Jasmin, namun nasi sudah menjadi bubur, Jasmin telah ia nodai. Mobil Aldi pun melaju mulus, membelah jalanan kota. Menuju hotel tempat ia menginap selama liburan di Belanda. Sesampainya di depan hotel, pikiran Aldi tertuju lagi pada Jasmin. Hatinya belum pernah sesakit ini. Menodai wanita dan tidak bertanggung jawab adalah dosa terbesar selama hidupnya. Ia pun kembali menangis tanpa suara. Hati yang terluka, memeluk erat tubuhnya. Entah sampai kapan perasaan bersalah itu bersarang di dadanya. Bugh... Aldi memukul kemudiannya. Air mata penyesalan tak henti mengalir dari mata tajamnya. "Maafkan aku ya Allah. Aku tadi benar-benar khilaf" Aldi menggelengkan kepalanya. "Setelah urusan ku selesai. Pertemukan aku dengan wanita itu lagi. Aku janji padamu. Aku pasti akan menikahinya" ucapnya pedih. Bersambung….

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook