1

739 Words
Jalanan pun tidak terlalu padat, membuat perjalanan pun cepat sampai di rumah. Pak Amin sudah membukakan gerbang, dan terlihat berbicara serius dengan Baihaqi. Terdengar tapi sangat lirih, dan Baihaqi hanya memberikan anggukkan kepala tanda mengerti. "Ada apa Mas? kok kayaknya penting banget." tanya Aisyah pelan. "Ada tamu dan marah marah. Tapi Pak Amin juga tidak kenal." ucap Baihaqi dengan tenang. "Siapa?!" ucap Aisyah lirih. Aisyah pun melihat dua orang wanita yang sedang duduk di teras rumah. Yang satu tampak sedang menahan amarah, raut wajahnya terlihat merah padam. Yang satu hanya tertunduk dan bahunya bergetar seperti sedang menangis. Mbok Surti pun berlari ke arah Aisyah dan Baihaqi dan tampak seperti ketakutan. "Ada apa Mbok Surti?" tanya Aisyah pelan. "Wanita tua itu mencari Pak Baihaqi, ada urusan penting dengan Pak Baihaqi menyangkut nasib anaknya di kampus." ucap Mbok Surti menjelaskan. "Kenapa tidak di suruh masuk Mbok?" tanya Aisyah lagi dengan lembut. "Sudah Non, tapi wanita tua itu malah marah marah. Sini Non, biar Non Nadya main sama Mbok Surti." ucap Mbok Surti menggandeng tangan Nadya dan membawa beberapa plastik berisikan mainan yang baru saja di beli Nadya. Pak Amin membuka bagasi mobil dan mengeluarkan beberapa belanjaan dari bagasi untuk di bawa ke dalam rumah. Aisyah dan Baihaqi menaiki anak tangga dan berjalan menuju teras rumahnya. Tatapan wanita tua itu begitu tajam dan sinis. "Jadi anda yang bernama Baihaqi? Dosen terbaik dan berilmu agama baik di Kampus UT ternyata berkelakuan biadab!!!" ucap wanita tua itu dengan lantang dan kasar. "Bu Margaretha? dan kamu Anggie?" ucap Aisyah pelan. "Kamu mengenal mereka Aisyah?" tanya Baihaqi pelan. "Iya Mas, tadi pagi aku menolong Anggie." ucap Aisyah datar. "Apa yang anda katakan nyonya? Anda datang ke rumah kami, lalu marah marah tanpa alasan. Coba jelaskan kepada kami, apa salah kami kepadamu." ucap Baihaqi dengan tegas. "Pintar sekali mulutmu berbicara pak dosen, bila aku mengatakan ini di kampus, tamatlah riwayat mu menjadi dosen disana." ucap Margaretha dengan kasar. "Ada apa sebenarnya ini!! Katakan Bu Margaretha, apa kesalahan Suamiku hingga anda begitu marah padanya." tanya Aisyah pelan. "Tanyakan saja pada Suamimu apa yang telah dia perbuat selama ini. Perbuatan busuk apa yang telah ia tutupi kepadamu. Tanyakan saja, seharusnya dia bisa jujur." ucap Bu Margaretha dengan kasar dan menggebu-gebu. Aisyah pun menoleh ke arah Baihaqi dengan tatapan meminta penjelasan. "Apa ada hal penting yang kamu tutupi dari aku, Suamiku?" ucap Aisyah lembut. "Aku tidak melakukan apa-apa Aisyah. Aku bahkan tidak tahu, letak kesalahan ku itu dimana." ucap Baihaqi pelan dan tenang. Sedikitpun emosinya tidak tersulut dengan kemarahan dan amukan Bu Margaretha. Aisyah pun kembali menatap Bu Margaretha dan meminta penjelasan. "Kalian berdua memang pintar main drama. Jangan pura tidak tahu kalau memang kebusukan ini sudah kamu ketahui Nyonya Baihaqi." ucap Margaretha dengan penuh amarah. "Aku mempercayai Suamiku, orang yang aku nikahi enam tahun lalu. Rumah tangga kami baik baik saja dan komunikasi kami pun cukup lancar dan baik. Aku rasa memang tidak ada yang perlu aku curigai kepada suamiku bukan?" ucap Aisyah lembut dan sedikitnya menohok. "Sok alim kalian berdua. Menutupi sebuah kebusukan pasangannya. Jangan jangan jilbabmu itu juga palsu." ucap Bu Margaretha makin tidak terkendali. "JANGAN PERNAH KAU HINA PAKAIANKU, AKU MENUTUP RAPAT, KARENA AKU TAHU BATASANKU SEBAGAI SEORANG ISTRI DAN SEBAGAI SEORANG PEREMPUAN. MENGHINA PAKAIAN KU SAMA SAJA KAMU MENGHINA AGAMAKU BU MARGARETHA. SEGERALAH MINTA AMPUN, SEBELUM ALLAH SWT MURKA KEPADAMU!!" ucap Aisyah dengan sangat keras. Untuk urusan agama Aisyah akan membela agamanya hingga tetes darah terakhir jika diperlukan. "Banyak omong kalian!!! b******k kalian berdua." ucap Margaretha dengan kasar. "Cukup Mama. Sudah Cukup Mama. Jangan teruskan, aku yang salah Mama, aku yang salah. Mama kita pulang saja, aku mohon." ucap Anggie dengan derai air mata, suaranya pun serak menahan tangis yang terus saja lurus dan tidak berhenti. "Cukup Nastiti, kamu anak perempuanku dan kamu anak satu satunya yang aku miliki. Siapa pun yang membuatmu menangis, maka dia harus bertanggung jawab untuk mendiamkannya." ucap Bu Margaretha lantang membentak Anggie. "Tidak Mama, cukup Mama." ucap Anggie pelan sambil memegang kaki Mamanya. "Biarkan aku mengatakan semuanya Nastiti. Biar mereka tahu letak kesalahan mereka, dan tidak hidup bahagia diatas penderitaan orang." ucap Margaretha. "Ada apa ini Bu Margaretha, jangan bertele-tele." ucap Aisyah keras. Emosinya pun ikut mendidih setelah penghinaannya terhadap pakaian yang digunakannya. "BACA INI DENGAN JELAS!!!!!!!!" ucap Margaretha dengan Kasar. Sambil melempar satu bendel kertas ke arah tubuh Baihaqi. Dengan sigap Baihaqi pun mulai membuka dan membaca isi kertas tersebut. "Apa yang terjadi Mas Bai?" tanya Aisyah dengan lembut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD