GM-1- Si gadis nyentrik

1020 Words
Lelaki dengan setelan celana jeans hitam dan kaus oblong putih serta hoodie berwarna senada dengan jeansnya itu menatap jam tangannya berkali-kali. Benda kecil yang melingkari lengannya itu sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun teman-temannya--yang kini sibuk dengan dunia mereka masing-masing--itu sama sekali tak ada inisiatif untuk membantu pekerjaannya. "Woy! lu pada gak mau bantuin gue?! mau namanya gak gue masukin di jurnal ini?!" Ancamnya seraya menatap tajam kedua lelaki tak tau malu itu, siapa lagi kalau bukan sahabatnya. "Yaelah, lu mah baru ngetik dikit aja udah songong amat sih. Dasar racun Sianida!" Ejek lelaki dengan kuncir di poninya itu. "Ya ampun Sian, maaf-maaf kami keasyikkan gosip soalnya." sesal perempuan yang berada di samping lelaki dengan kuncir anehnya itu. "Ini tinggal dikit lagi. Nis? lo bisa kan masukin foto2 penelitian kemarin? pokonya gue percaya sama lo deh." Tawar Sian pada perempuan yang ia panggil Nis itu dengan cepat. Sebab waktunya tak banyak. "Cicunguk-cicunguk di samping lo itu! gak bisa diandelin! untung temen, kalo kagak?! udah gue bekap pake kaos kaki si ucup yang gak dicuci tiga minggu!" "Sadis amat sih A'? Atuut deh!" ledek Rian yang tidak lain adalah tersangka yang membuat Sian naik pitam. "Jijik tau gak Yan! Gue ji-jik! Gue ben-cihhh!" timpal Reno dengan dramatis ala-ala sinetron. Membuat sian semakin jengah dan kalap ingin segera membekap kedua sahabatnya itu sekarang juga! Mata Sian kembali menatap jam tangannya, jarum pendek benda itu sudah bergerak menuju angka setengah sepuluh. Itu artinya dia harus pergi jika tak ingin terlambat lalu dipecat atasannya. "Untung gue buru-buru, kalo kagak? udah gue sumpel beneran mulut lo berdua! gue cabut nih! awas aja kalo ini jurnal kagak kelar! lu bedua gue gantung di pohon cabe belakang rumah!" Ancam Sian seraya menyampirkan tas sandangnya di bahu kanan. "Assalamu'alaikum!" "Wa'alaikumussalam!" Ternyata Sian tetap ingat salam, pikir Rian dan Reno seraya saling menoleh satu sama lain. *** Lalu, di sinilah Sian berada. Di kafe yang baru beberapa hari ini di buka. pengunjungnya pun masih sangat sepi. Sian bekerja sebagai pekerja paruh waktu, dengan jam kerja di mulai dari jam setengah sepuluh hingga tengah malam. Lelaki itu terpaksa harus mencari kerja walau Ibunya sangat melarangnya, tapi tetap saja Sian tak akan tega membiarkan sang Ibu berkerja keras untuk membiayai hidup mereka, terutama biaya kuliah Sian yang tak bisa dikatakan murah. "Sian, itu ada pelanggan! kamu kenapa bengong? cepat layani!" Sian meminta maaf kepada sang bos sebelum berlalu menghampiri sang pelanggan. "Ada yang bisa saya bantu, Mba?" tanya Sian sopan dan perempuan yang dipanggil mbak itu langsung menoleh dan, "Kak Sian!" pekik perempuan itu antusias sampai matanya sudah berkaca-kaca. Apa ia menangis? "Kakak tau gak?-- "Enggak!" potong Sian cepat. "Ih jangan di jawab dulu! Tri belum selesai ngomongnya!" kesal perempuan bernama Tri itu pada Sian yang hanya tersenyum aneh. "Aku pembaca setia kak Lho! Aku suka sama cerita Kakak yang judulnya My Little Girl itu. Aku selalu bayangin kalo aku yang jadi Celia, lalu Kakak yang jadi Revannya. Kayaknya kita cocok deh Kak!" Jelas Tri dengan menggebu-gebu dan mata yang berbinar-binar senang. Sian tak habis pikir. Dari mana asal gadis ini? Kenapa dia tiba-tiba datang ke sini dan dengan tidak tau malunya mengatakan kalau ia ingin menjadi pasangan Sian, seperti di dalam cerita yang Sian buat. Tidakkah tingkahnya terlalu nyentrik? "Ka-kamu mau pesan apa?" tanya Sian ragu, kalau kalau gadis itu hanya datang untung mengatakan hal konyol tadi dan tak berniat memesan apapun. "Aku gak mau pesan apa-apa kok. Cuma mau ketemu sama mandangin muka kakak aja. Heheh" Tuh kan! apa Sian bilang. Gadis ini benar-benar aneh yang konyol. Baiklah, Sian harus bersabar dan tak boleh marah-marah apalagi mengusirnya. Sebab ia akan kehilangan pelanggan bahkan pekerjaan jika itu terjadi. "Adek siapa namanya tadi? Ah Tri! Adek Tri, kakak boleh mintak tolong gak?" Tanya Sian dengan wajah serius. "Boleh dong kak. Boleh banget malah!" Jawab gadis itu dengan senang hati. "Kalau adek gak beli apa-apa, mending minggir! Kakak mau layanin pelanggan, Oke?!" Sarkas Sian yang hanya tanggapi dengan senyuman Tri. "Oh silahkan Kak! Tri boleh bantu Kakak, gak?" Oh ayolah! kenapa gadis ini tak mengerti juga? apa ia harus mengusirnya dengan terang-terangan? tapi Sian tak akan tega untuk melakukan itu. "Ya sudah, terserah kamu deh!" Akhirnya Sian tak ambil pusing, ia tak peduli gadis itu akan berpikiran seperti apa. "Ih Kakak kok kayak cewek sih?" Sian memgernyitkan kening tanda tak setuju. "Iya kayak cewek! cewek kan sukanya bilang ter-se-rah! Haahaha iya kan Kak?" Masa bodoh! Sian benar-benar strees akhir-akhir ini. Lalu gadis dari antah berantah ini datang dan menambah kestreesannya. *** Ini bahkan sudah hampir tengah malam. namun, gadis--dengan setelan kaus oblong yang dibalut dengan kameja putih kotak-kotak serta jeans berwanda senada--itu masih setia berdiri di sisi bar meja dan tak kalah gilanya lagi gadis itu tak bosan memperhatikan setiap gerak gerik Sian. Apa gadis ini manusia jadi-jadian? Apa dia tak punya keluarga satupun? Bagaimana bisa dia tetap keluyuran di saat kegelapan malam semakin pekat ini. Setelah selesai dengan aktivitas mengelap semua meja dan kursi, Sian mulai beranjak ke dapur tepatnya ke ruang ganti baju. "Eh eh eh! Kamu mau ngapain ngikutin saya?!" Pekik Sian kaget, saat gadis yang sedari tadi memperhatikannya itu, ikut mengekorinya. Tri hanya nyengir kuda dan cengangas cengenges tidak jelas. Membuat Sian merasa jengah dengan tingkah gadis satu ini. "Saya mau ganti pakaian! kamu mau ikut?!" sarkas Sian membuat Tri kelebakan karena ada rasa tak berani yang kuat di tubuhnya. "Eng-Enggak kok Kak!" Tolak Tri sambil sibuk menyapukan pandangan ke sekelilinya. "Yaudah! kalau gitu kamu tunggu di kursi sana! nanti saya antar pulang." Kemudian Sian berlalu ke belakang. sedangkan Tri, gadis itu mulai menatap punggung Sian yang menjauh dengan mata yang berbinar. Tak menyangka jika lelaki itu benar-benar Material Boyfriend yang ada di dunia nyata. "Duh! Kak Sian, udah ganteng, baik hati, perhatian lagi. Ya ampun Tri! nikmat mana lagi yang kamu dustakan!" Pekik gadis itu kegirangan sambil misuh misuh gak jelas. Kemudian, setelah hari itu, Sian menyesali niat baiknya untuk mengantar gadis itu pulang. Sebab setelah kejadian itu, Sian seolah tiba-tiba mempunyai banyangan yang selalu bergerak mengekorinya. Siapa lagi kalau bukan gadis nyentrik itu, Tri! Lenyaplah sudah hari tenangmu Sian! kesal lelaki itu dalam hatinya. *** Tbc...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD