GM-2- Tri dan obsesinya

643 Words
Sudah hampir satu pekan terakhir ini, gadis--dengan setelan jeans hitam serta hoodie berwarna pink pastel kebesaran yang membalut tubuh mungilnya--itu duduk di tempat biasa ia menunggu Material Boyfriendnya itu, Sianidama. Lelaki berumur 20 tahunan itu adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas Negeri yang ada di kota Argon, ibu kota Krypton. Selain sebagai mahasiswa, lelaki itu juga pekerja paruh waktu dan seorang penulis. Pertama kali di dalam hidup Tri, ia menemukan cerita--di salah satu platform membaca dan menulis gratis bernama Ways-- yang benar-benar merupakan perwujudan dari fantasi seorang Tri. Cerita itu berjudul 'My Little Girl' yang ditulis oleh author bernama ' _damas' siapa lagi kalau bukan Sian. Bagiamana gadis nyetrik itu bisa tau kalau di balik nama _damas itu Sian? Tentu saja berkat keahliannya sebagai stalker. Tak sulit baginya untuk mencari tau biografi seorang Sian. Entah apa yang dilihat gadis aneh yang kini menatap Sian itu, namun yang pasti Sian benar-benar risih dibuatnya. Tatapan lekat dan memuja gadis itu tergambar jelas lewat sorot matanya yang keabu-abuan itu. Sian buka tipe lelaki yang suka tebar pesona, meskipun ia memiliki semua pesona yang dapat memikat kaum Hawa. Lelaki itu bahkan mati-matian berusaha agar pesonanya tak begitu memperngaruhi perempuan manapun yang menatapnya. Sebab, bagi Sian sendiri, dipuja dan ditaruh harapan oleh para gadis, itu bukanlah suatu hal yang harus dibanggakan. "Kak Dam?" Sian menoleh menatap Tri dengan kening mengkerut. Siapa yang barusan gadis itu panggil 'Dam'? "Kak Sia-ni-da-ma," eja Tri pelan dan penuh penekanan pada kata Dama. Agar lelaki dengan wajang bingung di hadapannya itu sadar, bahwa dialah yang sedang gadis itu panggil. "Dari mana kamu tau?" "Gak sulit bagi Tri buat mencari dan menemukan jodoh Tri sendiri." Jawab gadis itu mantap tanpa ada ragu di setiap kata yang keluar dari bibir pink mungilnya itu. Sian, lelaki itu, hanya mendengus tak suka. Bagaimana bisa gadis kecil seperti Tri ini begitu berani mengatakan hal semacam itu bahkan pada pria asing seperti Sian. Lelaki itu tak habis pikir bisa-bisanya gadis itu bahkan menatap ke dalam mata Sian tanpa ragu. "Kak Dam! Aku ngantuk." Adu Tri dengan sorot mata yang mulai layu. "Ya tinggal tidur! Kenapa harus ngadu ke saya?!" "Kak Dam tega? Ngeliat aku tidur di sini?1" lelaki itu berdecak. Sepertinya gadis ini benar-benar tipe perempuan yang bengal. Bukankah Sian sudah memperingatkan untuk tidak mengekorinya setiap kesempatan? Lalu, sekarang gadis itu merengek macam bayi yang tak diberi s**u. "Baiklah! Saya akan mengantarmu pulang!" "Enggak! Tri gak mau pulang. Tri gak bisa tidur di rumah itu lagi!" Entah kenapa, namun Sian berhasil menagkap gurat kesedihan yang mendalam di manik mata gadis itu. Seketika itu juga Sian mulai kasian. "Terus, kamu mau ke mana? Ke kolong jempatan?" Lelaki ini benar-benar tak berperasaan. Pikir Tri dengan wajah cemberut karena Sian benar-benar sulit dijangkau. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, ada sekumpulan cairan bening yang hterkumpul di kelopak mata sipitnya. Apa kata-kata Sian tadi terlalu kasar? Pikir lelaki itu merasa bersalah. "Hiks! A-aku gak tau mau ke mana. Aku gak mau pulang ke rumah itu!" Duh! Sian semakin bingung. Sedang malam sudah semakin larut. Membuatnya tak punya banyak pilihan. Mau tidak mau ia harus memberikan tumpangan pada gadis ini. Toh, di rumah juga ada Ibu dan adik-adik perempuan Sian. "Sian?! Kamu dan pacarmu itu mau tidur di sini? Iya?!" "Saya mau nutup kafe ini! Cepat kalian pulang sana. Ini sudah larut malam." "Ba-baik Pak. Kalau gitu kami pamit. Assalamu'alaikum." Bosnya itu barusan bilang apa? Pa-pacar? Hahaha, yang benar saja. Sian benar-benar strees memikirkan bagaimana ia bisa mengasilkan banyak uang, agar sang Ibu tak harus banting tulang membiayai hidup keluarga mereka. Bagaimana mungkin ia dapat menampung gadis asing ini di rumah kecilnya itu. Namun lelaki itu tak mengurungkan niatnya untuk menolong gadis--yang kini bahkan sudah terlelap sambil menyandar di bahu kanannya. "Gadis aneh yang merepotkan." Gumam Sian saat menatap wajah gadis itu dari jarak yang cukup dekat. Seraya mengembuskan napas lelah. *** Tbc....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD