Figuran

1082 Words
 “Yeaa…action!” Suara sutradara terdengar menggema di telinga Rosemary yang sejak tadi menunggu gilirannya mengambil peran sebagai salah satu pemeran figuran di film bergenre roman. Sebagai seorang bintang film yang baru memulai kariernya di dunia hiburan Rosemary sangat beruntung dirinya langsung mendapat peran walaupun sebagai figuran. Rosemary bukan berasal dari keluarga bintang film yang sudah sangat populer dia hanya gadis remaja yang beruntung memiliki wajah cantik dan paras yang rupawan. Rasa bangga menyelimuti Rosemary ketika dirinya mendapat panggilan kalau dia akan dikontrak untuk perannya yang tidak seberapa setelah berkali-kali mengikuti test untuk sebuah peran. Rosemary sadar pada saat dia memutuskan mengikuti audisi untuk peran di salah satu rumah produksi sinema, dia harus bisa menerima jenis peran apa pun yang diberikan untuknya. Sebagai seorang pemula sangat keterlaluan bila dia pilih-pilih. Mendapat panggilan untuk peran kecil saja sudah membuat Rosemary gembira. Bagaimana pun dia bukan orang kaya dan juga dari keluarga yang memiliki darah seni. Dia hanya seorang gadis remaja yang mimpi agar dirinya dikenal masyarakat luas. Perannya sebagai anak orang kaya yang tertindas harus dia mainkan dengan sempurna. Tidak boleh ada kesalahan kalau dia tidak mau mengulang adegan. Hari ini adegan yang harus dimainkan Rosemary adalah adegan saat dirinya harus masuk ke dalam kolam karena kakak tiri yang marah dan menuduh dirinya telah merebut kekasihnya. “Dasar murahan. Kau jelas tahu kalau Fauzan adalah kekasihku tapi kenapa kau justru masuk ke dalam kamarnya, hah?!” teriak Alya. “Aku bersumpah tidak masuk ke dalam kamarnya, Kak. Aku baru pulang sekolah,” ratap Dona dengan suara tersendat. “Kau pikir aku tidak melihatnya? Kau pikir aku buta?” teriak Alya disertai dengan gerakan mendorong tubuh Dona yang berada di pinggir kolam yang mengakibatkan tubuh Dona tercebur. “Cut!” Suara sutradara kembali terdengar, membuat semua orang lega mendengarnya. Di pinggir kolam, beberapa orang membantu Rosemary yang berperan sebagai Dona, naik ke atas. Tubuhnya yang basah langsung ditutupi handuk tebal dan lebar yang diberikan oleh salah seorang kru. “Terima kasih,” jawab Rosemary. Dari sudut matanya Rosemary melihat Riska yang berperan sebagai Alya datang menghampiri. Wajahnya yang cantik mencoba memperlihatkan sikap peduli melihat keadaan Rosemary yang basah. “Aku minta maaf harus melakukannya. Kau tidak marah padaku, kan?” katanya sembari mengulurkan tangan. “Untuk apa aku marah. Kita bekerja sesuai dengan peran. Kecuali kau memang sengaja melakukannya,” jawab Rosemary menyambut uluran tangan Riska. “Terima kasih,” sahut Riska dan langsung pergi kembali meninggalkan Rosemary yang harus segera berganti pakaian. Setelah berkaca di cermin dan yakin kalau penampilannya sudah lebih baik, Rosemary segera mencari sutradara yang bernama Danur untuk menanyakan kapan dia mulai syuting lagi. Dari kejauhan dia melihat Danur sedang bicara dengan seorang lelaki perlente yang sudah Rosemary kenal karena pria itulah yang sudah memberinya kontrak. Siapa lagi kalau bukan Produser film Anggoro Mulya. "Mereka sedang ngapain ya, kalau aku menemui mereka ganggu tidak, ya," kata Rosemary membatin. Tidak mau mengganggu 2 orang penting di film yang sedang produksi, Rosemary memilih berbalik menuju lokasi dan bertemu dengan bintang utama yang yaitu Alfaroz Dimitri yang berperan sebagai Fauzan. "Eh, aku kira sudah pulang. Memangnya masih ada syuting?" tanya Alfaroz ramah. "Tidak ada Kak. Aku menunggu Bang Danur," sahut Rosemary tidak kalah ramahnya. "Mau ngapain nunggu Bang Danur?" suara tersebut di ucapkan oleh Riska yang baru datang dengan segelas minuman segar. "Aku hanya mau tanya, besok apakah aku harus datang atau tidak," jawab Rosemary. "Ooh, tapi di skrip kamu ada, kan? Kalau ada berarti harus datang," jawab Riska mengambil kursi kosong yang ada di samping Alfaroz. Tengah mereka bicara, Danur, orang yang ditunggu Rosemary datang menghampiri tempat mereka berkumpul. Matanya menatap Rosemary dengan pandangan berbeda. "Sepertinya gadis ini bisa membuat-nya tertarik. Dia adalah jenis wanita yang diinginkan seorang lelaki untuk berada di atas ranjangnya," batin Danur tanpa melepaskan tatapan menilai yang tertuju pada Rosemary. "Hari ini syuting selesai, tetapi bos minta kalian semua hadir nanti malam di rumahnya.” Beritahu Danur setelah penilaian sekilasnya terhadap Rosemary selesai. "Ke rumah Pak Anggoro? Untuk apa?" tanya Riska mengeluh. "Malam nanti, sponsor yang mendanai film ini sudah menghubungi bos. Beliau minta dikenalkan kepada seluruh pendukung film ini. Ada pertanyaan?" Suara Danur yang berat saat menjawab pertanyaan Riska membuat yang lainnya diam. Sampai Rosemary mengangkat tangannya. "Apa saya sebagai figuran juga harus datang?" tanya Rosemary dengan menyebut perannya sebagai orang yang tidak penting. "Apa kau sudah tanda tangan kontrak sebagai pemain? Kalau ya, kau juga wajib datang." "Bagaimana kalau aku tidak bisa?" suara Alfaroz terdengar menantang. "Aku yakin kau bukan anak kemarin sore seperti Rosemary yang masih memerlukan jawaban," sahut Danur membuat beberapa pemain pendukung mengeluh. "Kenapa, harus mendadak Bang? Terus terang aku sudah ada janji," kata Riska menyalahkan Danur. "Kau pikir hanya dirimu ya punya janji? Beliau adalah Pengusaha Asing bernama Lev Grigory dan baru menyampaikan permintaan begitu mendarat di tanah Jakarta. Kalau ada yang bertanya emang penting harus patuh sama orang asing? Aku jawab sangat penting. Beliau adalah satu-satunya orang yang bersedia memberikan uangnya untuk produksi film ini. Paham?!" "Paham Bang. Lalu jam berapa acaranya?" tanya Riska lagi. "Jam 7 malam. Aku harap kalian tiba tepat waktu!" Setelah menyelesaikan tugasnya menyampaikan pesan dari Produser film, Danur meninggalkan mereka yang secara perlahan juga membubarkan diri. Sama seperti yang lain, Rosemary juga meninggalkan lokasi syuting tetapi dia tidak seperti mereka yang pergi dengan mengendarai mobil mewah, Rosemary cukup berjalan kaki menuju pangkalan ojek dadakan yang keberadaannya sangat membantu mereka, terutama Rosemary. "Eh, mau kemana Ros? Kamu ga pulang?" suara sapaan terdengar dari sebuah mobil membuat Rosemary berpaling. Dia melihat di dalam mobil mobil mewah dengan kaca jendela yang terbuka sehingga terlihat wajah  seorang Anggoro Mulya yang berada di dalamnya bersama seorang wanita cantik. "Saya mau beli gado-gado di sana Pak," Rosemary menunjuk ke arah jalan yang berada di ujung persimpangan. "Jauh?" "Saya jalan kaki, jadi bisa lewat rumah orang Pak," jawab Rosemary malu. "Bagaimana kalau kita makan siang di restoran terkenal. Kebetulan akun dan Desy mau makan," ajak Anggoro dengan mata merayu. "Terima kasih Pak. Perut saya perut gado-gado yang ga bisa menerima makanan berupa salad," jawab Rosemary menunduk. "Ya sudah kalau kau menolak. Kalau kau tidak keberatan nanti malam kau beri penilaian untuk gado-gado yang kamu makan hari ini!" perintah Anggoro tajam sebelum dia menaikkan kaca jendela seiring mobilnya yang melaju. Setelah mobil yang membawa Anggoro Mulya tidak terlihat lagi, Rosemary berjalan cepat, kembali menuju pangkalan ojek. “Aku minta maaf sudah membuat bapak kecewa, tapi saya bukan siapa-siapa hingga aneh rasanya kalau saya ada di sana,” kata Rosemary melamun dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD