bagian 2

1488 Words
3 tahun kemudian Cuaca di kota itu amatlah hujan. Timbunan awan pekat menjatuhi rintikan air yang deras, para pejalan kaki ataupun kendaraan beroda dua saling menepi untuk berlindung agar tidak terkena air hujan. Raka duduk di pinggir toko sambil menggendong putri kecilnya, Mikayla. Bayi mungil itu nampak tertidur pulas di pelukan sang papah. "Kita pulang kah nak? " tanya Raka ke anaknya yang tertidur. Raka tertawa saat bibir imut itu manyun dengan mata tertutup. "Bawa ini bayimu! Anak hasil haram tidak boleh berada di rumah kami. Ingat Rara! Rara tidak boleh tau kalau bayinya bersamamu dan dalam keadaan hidup. " kata Mami sambil menunjuk ke Raka. Raka nampak syok tapi tidak melawan ia mencoba menahan gemuruh di dadanya sambil menggendong bayi yang baru di lahirkan. Raka mendapat telp dari mami jika anaknya sudah lahir. "kenapa begini mi? Mami tega denganku dan anakku..." kata Raka yang meminta penjelasan. Mami membuang wajahnya sambil melipat kedua tangan di lorong rumah sakit. "pergilah Raka, uruslah anak itu... Kau tau keluarga kami tidak mau menganggung aib apalagi kamu sudah jatuh miskin... Kami malu nak... Jangan pernah nampakin anak itu di depan Rara. " kata mami sebelum akhirnya pergi ke ruangan anaknya. Rara dalam kondisi tidak sadar karena terpeleset di dapur yang basah, kecelakan kecil itu mengakibatkan Rara pendarahan dan harus mengeluarkan bayinya. Raka menatap bayinya sambil melangkah Pergi, tetesan air mata jatuh di pipinya sambil membekap anak itu ke dalam pelukannya. "papah janji akan balas mereka semua... Papah akan kembali seperti dulu dan tidak akan menjadi susah." janji Raka ke anaknya. "Hey kakak ganteng" tepukan di salah satu bahu membuat Raka tersadar dari masa lalunya. Raka mengusap wajah lalu menengok. "Kenapa? " tanya Raka dengan intonasi biasa. Biasa karena tidak tertarik dan ingin menghindari. "Aku bawain mie ayam nih, mau gak? " Mila berjongkok agar sejajar dengan Raka walaupun gadis itu tidak sepandan dengan Raka yang tinggi. Raka menolak dan menjauhkan mie ayam itu dari wajahnya. "gak usah, terima kasih..." Raka berdiri sambil memandangi awan yang masih betah menuruni air. Mila menghembuskan nafasnya kecewa tapi ia tidak patah semangat. Mila segera bangkit dan tetap menawari Raka makanan. "Aku letakin di stang motor aja ya kak, aku pulang dulu, Dadah Mikayla. " Mila pergi menuju mobil majikannya dan pergi. Raka yang sedari tadi tidak menengok Mila langsung berbalik dan menatap mie ayam tersebut. ???? Mila natasya Alona, seorang gadis dayak asal tanah Grogot. Ia hijrah ke kota Balikpapan untuk kuliah di salah satu universitas dengan jurusan kesehatan dan bekerja dengan salah satu perumahan mewah di Grandcity. Bisa di bilang ia bekerja sebagai pembantu khusus untuk anak majikannya. "Dari mana sih Lona, dari tadi ditungguin. " ujar anak majikan. Mila, ketika di rumah majikan ia akan dipanggil Lona kalau di luar Mila. "Lagi anterin temen makan Mbak, calon Lona ckck... " kata Mila sambil mengingat Raka yang sebenarnya amat tampan. Tapi ketampanan lelaki itu tertutup oleh brewok halus serta rambut tebal yang di tutupi oleh topi. "dih, kamu naksir penjual pentolan? Astaga, Lona cari calon itu yang tampan dan karismatik... Jangan penjual pentolan kamu embat, kasian ibu bapakmu di kampung percuma lahirin anak gadis cantik tapi nikahnya sama penjual pentolan. " kicau sang anak majikan sambil melihat keluar jendela. Lona hanya tersenyum kikuk sambil memilin bajunya. "Iya mbak, Lona cuma berteman aja kok. Lagian mas Raka gak tertarik sama Lona. " cerita Mila seraya menunduk sedih. Anak majikan itu menengok dan melihat Mila. Apa dia tidak salah dengar atau hanya suatu kebetulan. Mungkin kebetulan... "sudah jangan di pikirkan, jalan mas. " kata sang anak majikan ke Lona lalu menyuruh supir jalan. ???? Raka menutup anaknya dengan kain lalu jas hujan setelah rasanya aman ia menuju motornya dan membawanya pulang kerumah. Jangan pikirkan rumah mewah ataupun kosan layak yah. Raka hidup yang amat sangat sederhana walaupun ia memiliki orang tua kaya raya, bahkan kakaknya baru di nobatkan sebagai CEO Aisegart corp. Jalanan yang licin dilalui oleh Raka agar segera sampai di rumah. Ia masuk ke sebuah gang dan berjalan lurus hingga menemukan gang lagi yang di mana terdapat perkebunan dan ternak hewan mulai dari Lele dan ayam. Jalanan pun bukan lagi aspal melainkan tanah merah dan bebatuan salah jalan sedikit saja ia akan jatuh. Setelah melewatinya Raka berhenti di sebuah pondok yang mungil. Ia memarkirkan motornya di bawah pohon rindang dan turun untuk kerumahnya. Pondok mungil itu bukanlah milik Raka melainkan milik sebuah peternak lele. Pemiliknya berbaik hati meminjamkan pondok itu untuk Raka tinggal bersama anaknya. Dulu pondok itu bukanlah tempat tinggal tapi gudang penyimpanan pakan ternak, bentuknya pun bisa di bilang hampir rubuh tapi Raka menerenovasinya sedemikian rupa agar layak di tinggali. Deritan pintu terdengar saat Raka membuka pintu berdaun kayu, dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang tidak memiliki pelapis pelapon jadi kalau hujan turun suaranya sangat bising seperti bebatuan jatuh di genteng seng rumah. Raka meletakan anaknya di kasur lalu menciumnya. "cantiknya anak papah, Mikayla." kata Raka saat anaknya itu bangun. "papah mandi dulu ya sayang baru kita kelonan ckck. " Raka beringsut dari kasur dan membuka bajunya, sejenak ia melihat dirinya di balik pecahan cermin. Dulu ia kekar dan memiliki kulit sawo tapi sekarang keduanya tidak ada, Raka tersenyum masam sambil meraba dadanya. "sebaiknya aku pindahkan cermin ini di tempat lain" gumam Raka sambil mengangkat cermin tersebut keluar. Saat ingin kembali langkah Raka tertahan ketika Ibu Maya memanggilnya. "Raka." panggilnya sambil menaiki tangga pondok. Pondok pasti memiliki kolong kan "tolong, bantuin ibu panen ikan ya... Angkat ikan dari kolam ke atas soalnya besok panen." pinta Ibu Maya. Raka mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengangguk. "Iya bu, kalo Mikayla tidak rewel ya... Soalnya saya takut tinggalin dia sendiri. " ujar Raka yang memakai kembali bajunya yang tersampir di bahu dan duduk. "Bayimu sama Ibu aja, biar kamu gak kepikiran selama bantuin." Jawab Ibu Maya. Raka berfikir sejenak "nanti ibu bayar leee, mau bantuin ibu ya.. tenagamu soalnya kuat gak kaya anak ibu tuh si Arip letoy kaya banci." Sambung Bu Maya sambil menunjuk anaknya dan di ikuti oleh Raka. Raka berdehem sambil menahan tawa. "Iya bu saya bantu nanti." Kata Raka menerima. Bu Maya nampak tersenyum senang. "Makasih ya Raka, kalau gitu ibu permisi dulu... salam buat putri kecilmu." Ibu Maya berdiri begitupun dengan Raka yang mengangguk dan tersenyum tanda terima kasih. Setelah bu Maya pergi Raka masuk dalam rumah dan membuka kembali bajunya dan menuju kamar mandi. Ia membasahi seluruh tubuhnya lalu mengambil sabun. Sabun batangan itu sudah mencakup semuanya, mulai dari sabun badan hingga shampo untuk rambut. Setelah selesai ia membasuh tubuhnya hingga bersih sampai yakin tidak ada lagi sabun yang menempel di badannya. Setelah selesai Raka melilitlan handuknya di pinggang dan pergi ke ruang kecil yang sengaja ia buat untuk pakaiannya dan Mika karena ia tidak memiliki lemari. Raka mengambil kaos biru dan celana pendek bewarna cream tak lupa celana dalam bewarna hijau lumut. Raka memakai semua yang ia ambil setelah itu menyisir rambutnya dengan tangan seadanya. Hari beranjak malam ia melihat awan sudah bewarna biru dan terdengar sahutan Adzan walaupun suaranya sangat kecil karena jauh. Raka naik ke atas kasur dan berbaring di samping anaknnya. Ia melipat sebelah tangannya dan menumpukan kepala agar bisa melihat Mika yang sedang bangun dan bermain sendiri, Raka memberi satu jarinya dan anaknya memegang lalu ingin memakannya. Raka buru- buru menarik dan tertawa "Kamu lapar sampai jari papah ingin di makan?" Raka bangun dan mencium perutnya membuat Mikayla tertawa karena merasa geli. "Papah sholat dulu baru tiduran ya." ???? Rara duduk di sofa merah matanya tertuju pada jendela besar yang menembus pemandangan hujan. Rara sadar dari tidurnya, pikirannya hanya tertuju satu yaitu anaknya. "Anak...anakku." gumam Rara sambil berusaha sadar dan bangun. "Anakku mana." Katanya lagi. Mami membantu Rara bangun dengan memutar kasurnya. "Anakmu sudah meninggal! kamu keguguran bayimu sudah tak berbentuk dan di bawa oleh papimu untuk di makamkan." Jawab Mami ringan. Rara terdiam kemudian menangis ia memukul perutnya yang masih sakit sambil tertunduk. "Tidak usah di pikirkan, mungkin ini jalan terbaik karena bayi itu adalah Aib dan Tuhan tau itu." Terus mami sambil duduk di sampinnya. Rara melihat maminya tajam ia tidak akan melawan tapi rasa benci sudah terukir di dalam hatinya. "Rara." Lamuman Rara tersadar saat namanya menggema di seisi ruangan, sang kakak bernama Rere baru saja datang dan duduk di sampingnya. Rara tidak bergeming hanya pupil matanya saja yang bergerak. "Belum tidur? Besok ke pasar ya... Lona lupa tuh sama belanjaan mami tadi. dia itu sibuk sama om- om penjual pentolan." Kata Rere sedikit kesal. Rara mengangguk dan menegakan badannya "Hm, baiklah..." jawab Rara. Ia kemudian bangkit dari tempat duduk dan pergi. ???? Bagian 2 sudah update ya. Jadi update bagian 3. Selamat baca semoga suka Mohon bantuannya jika ada typo tolong di blok lalu komen biar bisa di koreksi. Jangan lupa komen dan votenya ya sayang- sayangku Ini versi revisi yang sudah di perbaiki ya... Love you.... Yang sudah baca dan memberikan apresiasinya terima kasih banyak :). Semoga suka dengan karya saya.... Untuk berteman bisa temukan saya di sini: FB: Putri Maheta IG : Putri Mahetta Tapi, saya lebih aktif di IG jadi follow aja ya... Terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD