bagian 3

1220 Words
Malam yang sunyi nan senyap, hal ini yang Raka lalui seorang diri. kadang ia berkhayal jika ada bidadarinya di sini pasti dirumahnya akan terasa indah walaupun hidup sekedarnya. Raka duduk di depan rumahn tanpa memakai baju dan hanya celana levis panjang. Ia melipat satu kakinya sedangkan yang satu lagi ia turunkan di sofa. Raka menyulutkan rokoknya dan sesekali ia hembuskan panjang, Mikayla sudah tidur di kamar dengan kelambu yang menutup dirinya agar nyamuk tidak mengigit kulitnya. ''Assalamualaikum.'' Sapa yang punya tanah pak Jamil. Raka berbalik sambil mematikan rokonya. ''Walaikumsallam, Naik sini pak...'' Raka masuk ke dalam rumah dan memakai kaos setelah itu keluar dan duduk dengan sofa. Pak jamil naik kepondok dan duduk ia membawa bungkusan berupa makanan. ''Sudah makan ka? Nih, aku bawain sate sama lontongnya.'' Raka tersenyum dan mengambil bungkusan kebetulan ia belum makan malam. ''Beneran nih? Makasih pak... oh ya, malam begini mau ngapain pak... saya tadi sudah keliling kolam dan aman aja, gak ada biawak yang makan ''besok mau panen, jadi saya mau lihat- lihat sekalian bawain kamu makanan. Soalnya kalau malam gini kamu kan gak bisa keluar karena memiliki bayi.'' Jawab pak Jamil ke Raka. Raka menganggukan kepalanya sambil makan. ''Ia pak, gak ada yang jagain si kecil... padahal rencana mau masak mie goreng aja.'' ''Ka, besok masih mau jualan? Mending berhenti dan buka usaha saja, seperti saya buka usaha lele dan hasilnya menjanjikan.'' Kata pak Jamil. Raka yang asyik makan langsung menghentikan kunyahannya. ''Besok libur dulu pak, kan saya mau bantuin panen. Kalau buka usaha lele belum ada di pikiran soalnya saya masih mau bersama Mikayla. Takut gak punya waktu untuk dia.'' Jawab Raka, ia mengambil air putih dan meminumnya. Kebetulan ia membawanya tadi. ''kalau boleh tau istrimu kemana? Hingga Mikayla bersamamu.'' Kata pak Jamil serius. "Kami tidak menikah, dia hamil di saat saya mengalami masalah dan orang tuanya tidak mau menerima Mika." Jawab Raka, tiba- tiba saja rasa sakit di hatinya hadir dan membuka luka lama. Pak jamil tidak bertanya lagi ia lebih memilih diam karena tidak ingin mengetahui lebih dalam. Raka kemudian tersenyum dan kembali makan hingga sepuluh cucuk sate dan dua lontong tandas di perutnya. "Kalau gitu saya ke kolam dulu, ka." Pak Jamil berdiri lalu menuruni pondok. "Mau saya temani pak?" Tawar Raka. Pak jamil menggeleng pelan. "Gak usah, anakmu sendirian nanti." Jawab Pak Jamil yang sudah pergi dengan senter di atas kepalanya. Raka kemudian diam sembari minum dan membawa sisa makanannya ke dalam pondok. ???? Jam 09:00 pagi. Raka baru saja habis memandikan Mikayla dengan baskom cucian baju. Bayi mungil itu nampak tertawa karena sang papah mengangkatnya seperti supermen. "Hia" kata Raka saat meletakan anaknya di kasur. Raka tertawa saat bayi itu tergelak berselimutkan handuk. "Ayo, papah keringkan badannya habis itu pakai bedak dan minyak telon." dengan lihai Raka mengeringkan tubuh anaknya. Oh ya, pagi ini Raka nampak tampan karena brewoknya sudah di pangkas habis dan tidak memakai kaos hanya memakai celana panjang. Ia juga habis mandi terlihat rambut tebalnya yang masih basah dan wangi sabun serta deodorant. "Raka, mas Raka... di panggil bu Maya tuh, katanya suruh bantuin." panggil anak- anak berusia dua belas tahun. Anak- anak di kampung sini biasa tidak bersekolah dan lebih membantu orang tua beternak ayam. Raka lupa kalau hari ini ada janji, ia mempercepat mengurus anaknya setelah selesai ia mengangkat Mika dan pergi keluar. "Dia belum makan bu." Beritau Raka saat Bu Maya naik ke teras pondok dan mengambil anaknya. "Mana makanannya? Biar ibu yang beri makan." Ujar bu Maya saat menggendong Mika. Raka kembali masuk dan membuatkan bubur untuk Mika. Setelah membuatnya Raka keluar sambil membawa mangkok kecil dan minumnya. Ia meletakan di sofa kayu "Papah bantu orang dulu ya sayang. Nanti papah kembali." Kata Raka sambil melihat wajah Mikayla. Mikayla memiliki paras seperti ibunya, bisa di bilang pinang di belah dua. ???? Raka turun ke dalam kolam yang sudah kering. Lumpur dan segala yang membahayakan tidak di hiraukan oleh Raka, bahkan ular air yang sering hinggappun tidak di takutinya. Semua itu sudah Raka rasakan semenjak dirinya miskin. "Mas, ini tempatnya... jangan ada yang tersisa ya." Ujar Arip. Raka mengangguk sambil mengumpulkan ikan ke dalam wadah. Ikan lele yang dikumpulkan akan di sortir setelah itu akan di jual ke pengepul dengan kisaran dua puluh ribu. Jadi bayangin saja kalau bu Maya panen ikan leleh 1 ton × Rp. 28.000 berapa hasilnya. Yang jelas hasilnya bisa buat beli motor baru ckck. ???? Lona menghembuskan nafasnya sedih. Pasalnya seseorang yang ia datangi tidak ada di tempat. "Kenapa Lona." Tanya Rara dari belakang. "Gakpapa mba, calon pacar Lona gak ada di tempatnya..." Lona tunjuk tempat yang biasa Raka dagang. "Mungkin dia sakit atau ada urusan, sudah yuk... besok datang lagi nanti aku temani." Ujar Rara sambil berbalik pergi. Lona menghembuskan nafasnya dan ikut berbalik untuk mengikuti langkah Rara. Sesudah di dalam mobil Lona bertanya ke Rara yang sedang membawa mobil. "Mba, mba Rara." Panggil Lona. Rara berdehem sambil menyetir. "Lona suka sama cowok terus Mba Rere gak setuju karena pekerjaannya cuma tukang jual salome." Cerita Lona. Rara melihat Lona sekilas. Salome merupakan makanan sejenis bakso daging. Makanan satu ini berasal dari daerah Balikpapan, Kalimantan Timur. Salome adalah pentol dengan komposisi daging jauh lebih sedikit daripada tepungnya, mungkin perbandingannya sekitar 25:75. Berbeda dengan bakso pada umumnya yang disajikan dengan kuah sop kaldu yang gurih, salome disantap bersama saus kacang kental mirip saus sate. Salome juga mempunyai kemiripan dengan cilok yang merupakan makanan khas Jawa Barat. Makanan ini sangat populer dikalangan masyarakat Balikpapan dan digemari anak-anak hingga orang dewasa. Biasanya jajanan satu ini dijual dengan menggunakan motor dan penjual akan berkeliling untuk menjajahkan dagangannya. "Kalau kamu suka dan diapun juga suka kenapa tidak? Jangan dengarkan Mba Rere. Dia bukan keluargamu." Kata Rara lugas. Lona mengangguk kemudian berkata lagi. "Tapi Mba, Lona pingin nunjukin orangnya ke Mba Rara. Memang sih dia orangnya urak-urakan tapi asli kalau brewoknya di pangkas habis dan rambutnya di potong pendek beuh." Lona mengangkat kedua jempolnya. "Ganteng banget. Mirip CEO tampan ala novel yang Lona suka baca Mbak." Katanya antusias. Rara tertawa melihat ekpresi Lona. Andaikan kejadian itu tidak menimpanya mungkin ia bisa bahagia seperti Lona juga. ''Lona kebahagian itu lebih penting dari apapun, jangan karena dengarkan kata orang lain tapi kebahagianmu rusak." Kata Rara memberi pencerahan. Lona mengangguk "Besok kembali lagi ya mbak." Pinta Lona dan Rara menganggukinya. Rara berhenti saat seorang wanita baya sedang menggendong bayi menyebrang seketika ia terhenyuh dan membayangkan anaknya yang telah tiada. "Papi, dimana anakku di makamkan." Kata Rara setelah dirumah. Papi hanya diam dan membaca koran. "Papi lupa, di daerah mana yang jelas ia sudah tenang." Jawab santai papi Regran. Rara menahan tangis ia mengepalkan tangannya kuat sambil melangkah ke kamarnya. Ia akan cari anaknya sendiri hingga dapat walaupun itu cuma makamnya saja. Tinn "Mba." Tegur Lona seraya melihat kebelakang karena mobil lain antri. Rara langsung menjalankan mobilnya untuk sampai kerumah. ???? Bagian 3 sudah update ya. Jadi update bagian 4. Selamat baca semoga suka Mohon bantuannya jika ada typo tolong di blok lalu komen biar bisa di koreksi. Jangan lupa komen dan votenya ya sayang- sayangku Ini versi revisi yang sudah di perbaiki ya... Love you.... Yang sudah baca dan memberikan apresiasinya terima kasih banyak :). Semoga suka dengan karya saya.... Untuk berteman bisa temukan saya di sini: FB: Putri Maheta IG : Putri Mahetta Tapi, saya lebih aktif di IG jadi follow aja ya... Terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD