Bab 2

855 Words
Happy reading. Typo koreksi ya.. ____ "ANGGUN BANGUN NAK." Bruk. "Aww!" pekik suara dari dalam kamar. Tok tok tok. Gedoran pintu semakin keras dan kencang membuat seorang gadis di dalam kamar bernuasana pink pastel itu mengumpat dan menggeram kesal. Ia terduduk mengusap lututnya yang nyeri karena terantuk lantai kamarnya, matanya memicing ketika suara ibunya kembali terdengar nyaris memecahkan gendang telinganya. "ANGGUN KAMU TIDUR APA MATI SIH. HEI! ANAK MALAS BANGUN." "Ck, iya iya bawel banget sih si Mommy," gerutunya berusaha bangun dan melangkah malas kearah pintu berwarna senada dengan kamarnya. Ceklek. Pintu terbuka dan wajah garang sang ibu terpampang membuat gadis itu menelan ludah getir, ia menyengir lebar dengan pedenya. "Hihihi ... pagi Mommy cantik." Tuk. "Aww! Sakit Mom!" jeritnya sebal mengusap kepalanya, dibalas tatapan tajam ibunya. "Dasar anak nakal. Kamu tahu. Daddy sampai nggak mau sarapan karena anak gadisnya belum turun." Bugh, "Dasar kebangetan kamu ya Anggun. Sana! Cepat sikat gigi cuci muka terus turun kebawah. Mommy tunggu 5 menit. Kalau telat siap-siap aja jatah jajan kamu bulan ini Mommy potong." ancam beliau gemas. Gadis itu meringis mengusap bahunya yang kini kena sasaran pukulan sang ibu dengan wajah memelas. Wanita paruh baya cantik di depannya hanya melengos dan pergi meninggalkannya dan mengerucutkan bibirnya sebal. "Ck ck ck, kenapa di hari weekend gue juga harus bangun pagi sih. Ahhh Daddy nih." Hentaknya melangkah masuk ke dalam kamar dengan perasaan gondok. Dia Anggun Qaisha Dimitri adalah putri dari pasangan Albert Wira Dimitri dan Kiana Dimitri. Gadis yang baru saja menginjak usia dua puluh tahunan itu adalah anak ketiga dari keluarga Dimitri. Ayahnya Albert adalah pemilik perusahaan industri pembangunan terbesar di Jakarta, sedangkan ibunya Kiana dulu adalah seorang model dan kini hanya mengabdikan hidupnya menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Anggun sendiri masih menempatkan pindidikan di salah satu Universitas Negeri kota Jakarta. Ia mengambil pendidikan arsitek karena memiliki cita-cita ingin membantu ayahnya mengembangkan usaha keluarganya. Wajahnya yang blasteran membuat Anggun menjadi primadona di kampusnya. Bahkan tidak ayal setiap hari ada saja yang menganjak gadis itu kencan, namun Anggun Qaisha Dimitri sama sekali tidak menggubrisnya saat para pemuda mendekatinya. Anggun memiliki kriteria yang sedikit berbeda dari kedua sahabatnya. Joana dan Sella. Biasanya kalau gadis seumuran Anggun mereka akan senang menjalin hubungan dengan pemuda yang seumuran atau lebih tua satu atau dua tahun. Tapi, tidak untuk Anggun. Kriterianya justru ingin yang hampir seusia kakak pertamanya empat puluh tahunan. Hal itu, tentu saja tidak di ketahui oleh keluarga dan sahabat-sahabatnya. Karena Anggun masih ingin menikmatinya sendiri, ketika berhadapan atau sekedar berpapasan dengan pria yang lebih tua darinya. Jiwa kekaguman Anggun akan naik sangat-sangat drastis dan dirinya bisa lebih cerewet serta bertambah menyebalkan. Kembali saat sekarang, Anggun sudah menuruni tangga dengan kaus oblong kebesaran dan celana pendek menghampiri ayahnya yang sedang bertopang dagu menatap lurus kearah tangga spiral rumah ini. Anggun setengah berlari mendekati meja makan. Grep. "Daddy." ucapnya bernada manja, Kiana memutar bola matanya melihat kelakuan putri bungsunya. "Daddy maaf," rengeknya lagi dengan nada di buat-buat. "Duduk." titah beliau tidak menggubris rengekannya. Gadis itu mengurai pelukannya di leher ayahnya dengan gerakan kaku. Jika Albert ayahnya sudah berujar dengan nada tegas dan dingin, seorang Anggun yang pecicilan pun tidak berani membantahnya. Helaan napas berat terdengar, Anggun menelan salivanya gugup. Albert menatap putrinya dalam diam. "Anggun." panggilnya sedikit lelah. "Iya Dad!" "Kamu tahu kenapa Daddy selalu mengajarkan hal kecil di dalam rumah ini untuk anak-anak Daddy?" Anggun menggeleng sebagai jawaban. "Bahkan tanpa sadar hal kecil seperti sarapan dan makan malam bersama itu bisa membantu kita lebih menghargai waktu. Kalau kamu saja tidak bisa menghargai waktu sedikit yang di perlukan untuk bersama keluarga saat seperti sekarang ini saja. Bagaimana kamu bisa menghargai orang lain. Ini memang simple, kita hanya perlu duduk dan makan bersama. Tapi kamu tahu, diluaran sana banyak keluarga yang tidak bisa menghabiskan waktu mereka bersama sampai akhirnya hubungan itu terpecah hanya karena waktu untuk keluarganya tidak ada." Beliau menjeda menatap putrinya lekat dan hangat. "Daddy tidak memaksa kamu atau kakak-kakak kamu untuk menghabiskan waktu kalian lebih lama bersama Daddy dan Mommy. Itu pilihan kalian, tapi permintaan Daddy cuma satu. Tolong luangkan waktu walau hanya sekedar duduk bersama selama lima belas menit di meja makan. Untuk Daddy itu sudah cukup." Anggun terpaku, ia merunduk menatap jemarinya bersalah. "Maaf Daddy." bisiknya masih bisa di dengar Albert dan Kiana. Tangan Albert terangkat, mengusap surai berwarna kecoklatan milik putrinya lembut. "Tidak apa-apa, Sayang. Apalah daya ayah yang kalah sama drama korea kamu itu iya kan?" Anggun tergelak, mendongak dan meringis mengerti arah pembicaraan ayahnya. "Hehehe maaf Dad. Semalam aku habis maraton nontonnya. Jadi kesiangan." Cengengesnya membuat Albert menggeleng geli, Kiana mendengus melihat suaminya yang masih suka memanjakan putrinya. "Tapi Anggun. Kamu itu sudah besar. Tidak malu kamu Mommy bangunin hampir setiap hari." Kiana mencibir membuat gadis itu menekuk bibirnya kebawah. "Aku kan anak Mommy. Emang kenapa kalau aku sudah besar? Dad emang kalau aku sudah besar, nggak boleh gitu di bangunin Mommy?" Albert tergelak lalu tertawa kecil di kursinya. "Mas." Delik Kiana kesal mendengar suara tawa mengejek suaminya. "Maaf Sayang." "Anggun nggak ada yang salah kok. Kalau kamu masih di bangunin sama Mommy." "Mommy kamu orangnya baperan. Jadi jangan di ambil hati." bisik beliau kearah putrinya sontak membuat Kiana mendelik nyalang. "Huh ... ayah sama anak sama saja." gerutu Kiana menggeleng heran membuat Albert dan Anggun tergelak lalu terpingkal-pingkal secara bersamaan. ___ Tbc>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD