CHAPTER 7 : STARLA KE KANTOR

1769 Words
Aries ingin tertawa melihat Starla yang kini kesal menatap dirinya dan Selina. Bagaimana tidak? Selina ternyata wawancara kerja di Yogaswara cosmetics, perusahaan tempat Aries bekerja, maka dari itu Aries menawarkan untuk berangkat bersama dan dijawab dengan semangat empat lima oleh gadis itu. Tidak menyangka sang istri kecil langsung mengeluarkan tatapan sengit. Ternyata dia posesif, batin Aries, meski begitu tetap saja Starla tampak lucu di matanya. Rasanya Selina ingin menimpuk kepala sahabatnya. Mana mungkin dia jadi pelakor, dia hanya merasa kagum dengan Aries. "Dasar Oneng, sahabat dari orok dicemburui! Kayak enggak kenal aku aja." "Iya maaf deh, Selina. Abisnya wajah Aa' Aries sama kamu sedikit mirip, katanya kalau mirip berarti jodoh. Terus aku yang kecil ini, yang sudah sering minum sùsu, tapi enggak tinggi-tinggi, bagaimana nasibnya?" "Iya, kah?" Selina melirik Aries yang mengangkat bahunya, dia juga tidak tahu mereka mirip atau tidak. Aries sendiri kembali merasa geli mendengar ucapan sang istri. Starla mengangguk dia merasa ada kemiripan wajah antara Aries dan Selina. "Bukan jodoh, tapi mungkin rejeki aku bisa sama nantinya kayak Kak Aries," lanjut Selina. "Aamiin!!!" Starla mengamini dengan kencang. "Semangat ya Selina wawancaranya." Starla dan Selina saling berpelukan. Aries sekarang tahu, emosi sang istri kecil mudah sekali berubah, walau tadi terlihat kesal, tapi saat ini dia kembali tertawa riang. "Hati-hati ya, Aa'." Starla menyalami telapak tangan suaminya. Aries mengecup kembali kening Starla sedikit lama, membuat sang istri kecil mendadak oleng, untung Aries segera memeluknya. "Loh, kenapa kamu?" tanya Aries serius takut istrinya sakit. "Dicium Aa' kayak kesetrum bergetar seluruh tubuh." Aries memutar bola matanya malas, tadi dia sudah panik, tapi lihat sekarang Starla malah senyum-senyum sendiri makin nyaman di pelukannya. "Aduh pengantin baru sukanya mesra-mesraan," ledek Selina. Bisa telat dia wawancara karena sepasang pengantin baru. "Mama cantik gantian peluknya, kita juga mau dong peluk Papa." Kembar planet yaitu Venus dan Mars sudah berada di sana sambil berkacak pinggang mengantre dapat pelukan paduka raja. "Baiklah, Putri Venus dan Pangeran Mars." Starla mengurai pelukannya, dia selalu memegang prinsip berbagi. "Terima kasih Mama Ratu." Astaga drama macam apa pagi-pagi begini, batin Aries yang sekarang menyejajarkan tingginya dengan Venus dan Mars. Mengecup sayang pipi keduanya dan memeluknya. Aura kebapakan terpancar dari Aries. Itu yang membuat Starla tergila-gila sampai berubah menjadi Kang Gombal. Papa Tampan aku padamu. Akhirnya mobil Aries bersama Selina keluar dari pekarangan rumah. "Enaknya kita ngapain ya sekarang?" tanya Starla kepada kedua anaknya si kembar planet. Istri kecil Aries itu berpikir keras, kegiatan apa yang harus dilakukan bersama keduanya. Venus dan Mars mengikuti gaya sang mama yang sedang berpikir. "Gimana kalau bikin kue?" ide Starla. "Mau! Mau!" sorak keduanya. Sementara itu di dalam mobil, Aries dan Selina sedang berbincang. "Jadi, bos Yogaswara cosmetics itu namanya Leo Hadrian Yogaswara bukan Leo Keripik Kentang, Kak?" tanya Selina. Bisa-bisanya si Starla menamai bos Aries dengan keripik kentang. Selina tidak tahu saja nama pemberian itu dari Aries. "Ya begitulah," jawab pria itu singkat. Mereka terlihat tidak canggung, entah kenapa rasanya bukan seperti mengobrol dengan orang baru dikenal. Aries yang biasanya cuek malah menawarkan jika ingin pekerjaan lain selain office girl dia bisa bantu, asalkan sesuai dengan kemampuan Selina dan kriteria di sana. Selina menolak dia ingin mendapat pekerjaan tanpa bantuan, kalau tidak diterima mungkin dia akan kembali ke Bogor. Aries sudah mengira, sahabat Starla ini memang memiliki harga diri tinggi, jadi enggan dibantu pekerjaan karena koneksi. "Ya sudah semoga sukses," ujar Aries saat Selina akan turun dari mobil. Sesuai kesepakatan bersama, Aries menurunkan tidak sampai perusahaan, gadis itu harus berjalan sedikit. "Terima kasih, Kak Aries." Selina keluar dari mobil, ia menghirup nafas dalam dan dikeluarkan perlahan. Dia harus berhasil kali ini. *** Aries sedang sibuk dengan layar laptopnya, sekitar setengah jam lagi, Leo dan dirinya akan ada pertemuan dengan pengusaha dari Jepang. Tidak lama teleponnya berdering dan ia mengangkatnya. "Aries!!!" teriak Leo. Aries yang memang memiliki ruangan sendiri di sebelah Leo hanya bisa mendengus. Dikira hutan apa pakai teriak-teriak. "Apa, Bos?" tanya Aries, masuk ke ruangan bosnya tanpa mengetuk pintu. "Gue lupa, tamat riwayat gue," balas Leo. Aries kembali mendengus, tidak jelas sekali sahabatnya yang merangkap jadi bosnya ini. Mana mungkin gara-gara lupa bisa mati. "Lupa, apa?" "Gue lupa bawa dokumen yang dikasih Mister Takeshima buat rapat hari ini." "Mati aja udah," jawab Aries ketus. Belum tua bisa lupa, padahal rapatnya setengah jam lagi. "Eh, lo punya kopiannya, kan?" Sekarang Leo baru ingat dan merasa lega. "Iya punya, tapi—" Aries terdiam sejenak. "Ketinggalan di rumah," lanjutnya. "Mati aja kita." "Lo aja sih yang mati jangan ngajak gue. Lo 'kan jomlo, gue masih banyak tanggungan," jawab Aries sambil mengambil ponselnya di dalam saku. "Sialan lo!" Leo sudah mengacak rambutnya. Harusnya dari tadi dia memeriksa agar bisa meminta ART membawanya ke kantor, tapi kalau sudah jam segini mana sempat. Leo melihat Aries sepertinya menghubungi orang rumahnya untuk mengantarkan dokumen. Rumah Aries memang lebih dekat dari kantor, tapi setengah jam, Leo tidak yakin apalagi sekarang jam-jam penuh kemacetan. Di rumah, Starla tampak mencari dokumen map merah yang dimaksud suaminya. Katanya ada beberapa tulisan Jepang di sana. "Pasti ini." Starla dengan kecepatan maksimal turun dari lantai dua. Untunglah Venus dan Mars sedang tidur siang, kalau tidak, mereka pasti rewel, jika Starla pergi. "Pak Sur, antarkan aku ke kantor Aa'. Ini dokumennya ketinggalan. Naik motor ya." Pak Sur segera mengambil motor dan helm. Awalnya Starla yang dibonceng, tapi karena menurut Starla, Pak Sur terlalu lamban, mereka pindah posisi, jadi Starla yang membonceng, dengan kecepatan angin ia mengendarai motor. Selap-selip adalah kelihaian Starla, Pak Sur saja hampir jantungan. Non Starla, kecil-kecil, aslinya pembalap, batin Pak Sur yang harus berpegangan pada jaket majikannya sambil menunjukkan arah. Tidak lama, Starla sudah sampai di parkiran kantor sang suami. "Bapak tunggu di lobi ya, Non." "Oke, Pak." Starla menuju resepsionis dan dia segera diberitahu lantai berapa ruangan Aries. Starla tidak canggung lagi menaiki lift dia sudah terbiasa karena seringnya ke mal-mal besar bersama Tavisha dan Fabian, tentu menjadi babu keduanya. "Aa'!" panggil Starla, saat lift terbuka terlihat wajah sang suami yang sedikit cemas. "Starla." Aries bisa bernafas lega sekarang, tadinya ingin menunggu sang istri di lobi, tapi syukurlah istrinya segera tiba. "Ini." Starla menyerahkan map merah itu, Aries memeriksanya dan kembali bernafas lega, lalu tersenyum pada Starla. Dia mengusap-usap kepala istrinya yang kalau dilihat makin hari makin manis. "Kenapa cepat?" Masih ada sepuluh menit lagi dan Mister Takeshima belum tiba. "Aku ngebut demi Aa' pujaan hati." Aries tersenyum geli. "Eh, tapi kamu yang ngendarai motornya, bukan Pak Sur?" "Iya dong," jawab Starla bangga. Aries sendiri tidak menyangka. "Ehmmm … ehmm, tolong ya mesra-mesraan jangan di sini. Ingat Aries sebentar lagi kita rapat. Apa sudah siap ruangannya? Lalu yang menjemput Mister Takeshima sudah berada di lobi?" tanya Leo, sekarang ia terlihat seperti bos, padahal sedang iri karena dirinya jomlo ngenes. Aries sendiri saat ini memang pekerjaannya merangkap menjadi sekretaris juga karena harus menggantikan Mala, sekretaris Leo yang sedang mengambil cuti. "Sudah semua, Bos dan ini dokumen." Aries menyerahkan map merah tersebut pada Leo, lalu Leo lebih memilih kembali ke ruangannya. Aries beralih fokus pada sang istri. "Yang mau datang namanya Mister Takeshima ya, A'?" tanya Starla. "Iya, memang kenapa?" "Aku juga selalu Takeshima ngeliat Aa'." Starla tersenyum malu-malu. "Terkesima, Sayang." Aries mencubit pipi istrinya gemas. "Jangan panggil sayang, nanti aku meleleh kayak es krim," balas Starla sambil mengedip-ngedipkan matanya, niatnya menggoda, tapi seperti orang kelilipan. Aries geli melihatnya. "Sudah-sudah sekarang pulang, sebentar lagi saya rapat." Starla menunjuk keningnya ingin dikecup. Seminggu menikah memang mereka masih sebatas cium kening dan itu saja sudah membuat Starla merasa kesetrum beberapa kali, tapi dia juga sering minta. Aries segera mengecup kening Starla, tapi bibirnya berpindah ke pipi istri kecilnya itu, memberi kecupan juga di sana. "Terima kasih. Jangan pingsan setelah ini." Bagaimana keadaan Starla? Dia terbelalak mendapat sengatan listrik dua kali lipat dari biasanya. Sedikit oleng, tapi segera dipeluk pujaan hati. "Sudah sana pulang, hati-hati, minta Pak Sur yang mengendarai motornya." Starla pun melangkah pergi dengan telapak tangan di pipinya, sedangkan Aries hanya bisa geleng-geleng sambil tersenyum. Bagaimana kalau dia dan Starla menjadi lebih intim lagi? Mungkin istrinya benaran pingsan. Starla masuk ke dalam lift, tidak lupa satu tangannya yang tak memegang pipi melambai ke suaminya yang dibalas lambaian singkat Aries. Aduh Aa' kok tega bikin Eneng kesetrum dua kali, untung enggak sampai kejang-kejang, batin Starla sambil senyum-senyum sendiri. Pintu lift terbuka, ada OB masuk ke dalam sambil membawa alat kebersihan. OB itu heran melihat Starla memegang pipinya. "Neng, sakit gigi?" "Enggak, Mang. Abis dikecup sama Aa' suami." "Suaminya karyawan sini, Neng?" "Iya, Mang. Namanya Aa' Aries Antoine Kavindra, asistennya Bos Leo Keripik Kentang," ungkap Starla semangat mumpung ada yang bertanya. "Saya sarankan Neng banyak-banyak istighfar biar enggak halu." "Halu apaan Mang?" tanya Starla yang memang kurang gaul. "Halusinasi, Neng." "Mang, aku enggak halu tau." Starla terlihat kesal. Kenapa Mang OB tidak percaya dia istrinya Aries? Padahal kan dia dan Aries serasi, menurut pemikirannya sendiri sih, sedangkan Mang OB hanya bisa menggeleng sambil mengelus dàda, berpikir tingkat kehaluan si Eneng sudah cukup berat. Starla tidak langsung ke lobi, dia ingin bertemu Selina dulu yang menjadi OG di lantai dua. Si Mang OB yang kenal Selina, ikut membantu Starla mencari gadis itu. *** Rapat dengan Mister Takeshima berjalan lancar dan mereka akan bekerja sama, ternyata hanya sekitar lima belas menit rapat sudah selesai karena Mister Takeshima ada keperluan lain. Aries dan Leo ikut mengantarkan Mister Takeshima sampai lobi. Namun, mata Aries tertuju pada Pak Sur yang masih menunggu di lobi, tentu pria itu segera menghampiri Pak Sur. Leo pun mengikuti karena penasaran. "Di mana Starla? Kenapa Pak Sur masih di sini?" tanya Aries dengan nada sedikit cemas. "Tadi kirim pesan ke saya mau cari Non Selina, Den, mau lihat Non Selina kerja, tapi sampai sekarang belum balik," terang Pak Sur. Aries langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Starla, tapi tidak diangkat. Tiba-tiba terdengar desas-desus aneh tidak jauh dari mereka. "Ada yang berkelahi di lantai dua, ngeri sampai pukul-pukulan." Aries ingat Selina kerja menjadi OG di lantai dua. Pria itu segera mendekati karyawan yang bergosip, diikuti Leo dan Pak Sur. "Siapa yang berkelahi?" tanya Aries dengan nada tegas. Karyawan yang bergosip menoleh, mereka segera berdiri tegak karena ada Aries yang terkenal tegas. Jujur, daripada Leo, mereka lebih takut pada Aries karena Leo memang lebih suka beramah-tamah, sedangkan Aries terkesan galak kalau menegur siapa pun. "Itu Pak, di lantai dua ada OG sama temannya berkelahi lawan karyawan marketing." "Kayaknya istri lo sama temannya, mereka 'kan hobi berkelahi," ungkap Leo sambil menepuk pundak Aries. Dia ingat istri sahabatnya pernah ditangkap polisi karena berkelahi. Aries mencoba mengelak pemikiran bahwa itu Starla dan Selina, tapi tidak bisa. Dia segera berlari ke lantai dua diikuti oleh Leo dan Pak Sur. Semoga bukan mereka, batin Aries.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD