Chapter 1

1137 Words
Tinggal dua hari lagi pesta pernikahan Eve dan Ryu dilaksanakan. Wanita itu mendengkus kesal lantaran dengan mudah Xavier menyuruhnya untuk menikah dengan Ryu. "Kau harus menikah dengan Ryu." itulah yang dikatakan Xavier dengan nada tanpa ada penolakan. Mudah mengatakannya, tetapi akan sulit untuk dilakukannya. Lagi pula, Eve baru saja bertemu dengan pria manekin itu. Dan pria tampan itu sepertinya tidak ingin memberitahukan alasan begitu saja menikahi dirinya. Yang paling membuat Eve tidak habis pikir adalah selama lima hari setelah dirinya berkata akan menikahi Eve, Ryu sudah tidur bersama dengan Eve. Meski mereka tidak melakukan apapun, tetap saja membuat jantung Eve berdebar kencang. Bukan karena ia takut akan diperkosa pria manekin itu, melainkan Eve merasa deja vu dengan tidur bersama seorang pria tampan seperti Ryu. Entah mengapa saat Ryu memeluk Eve dalam tidurnya, ia merasa tidak ingin melepaskannya. Berjuta pertanyaan muncul di kepalanya, tetapi Eve tidak bisa menanyakan itu semua karena Ryu hanya akan menatapnya datar tanpa menjawab. "Ryu, apa kau menyukai sesuatu?" tanya Eve yang saat ini bersama Ryu, duduk berhadapan di ruang keluarga mansion milik Ryu. "Kau," jawab Ryu singkat. "Bukan itu maksudku." Eve memutar bola matanya jengah. "apa ada makanan yang kau sukai?" pria tampan layaknya manekin itu tidak menjawab. Ryu bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah Eve, tubuhnya sedikit menunduk dengan jemarinya yang lentik sedikit mengangkat dagu Eve ke arah wajahnya. Ryu memajukan wajahnya lalu melumat bibir Eve perlahan. "Bibirmu adalah makanan favoritku," bisik Ryu lalu memilih duduk di sebelah Eve. Semburat merah terlihat dari wajah Eve saat ini, jantungnya berdegup kencang kala ia menyadari apa yang baru saja telah terjadi. Mengapa aku seperti seorang gadis yang baru merasakan jatuh cinta?! Pria kurang ajar ini terlalu tampan untuk kuhajar. Ryu hanya memperhatikan reaksi Eve yang sedari tadi terbilang lucu di matanya. Meski ia tidak tersenyum, tetapi hatinya saat ini tengah berbunga-bunga karena telah mendapatkan Eve. "Ryu, kenapa kau jarang sekali berbicara?" tanya Eve sambil menatap arah lain. Tidak menjawab, pria itu justru menatap Eve dengan tatapan heran. Eve yang tidak mendapatkan jawaban kini memalingkan wajahnya untuk menatap Ryu. Hampir saja ia tersentak kaget saat melihat wajah Ryu sudah tepat di depan wajahnya. "Jangan membuatku terkejut seperti itu, Ryu!" gerutu Eve yang langsung saja memundurkan wajahnya. Ketukan pintu terdengar dan pintu terbuka menampilkan pria berjas hitam. Pria itu masuk lalu membungkuk dalam ke arah Ryu dan Eve. "Tuan, maaf mengganggu Anda. Wild, Mage, dan Gluppy sudah datang dan baru saja memasuki kawasan Mansion," ujar pria itu dan Ryu hanya menjawab dengan gumaman. "Untuk apa mereka datang?" tanya Eve sambil mengernyitkan dahi. "Kau tidak suka?" tanya Ryu yang mulai membuka suara. "Sangat, mereka itu menyebalkan," jawab Eve cepat sambil memijat keningnya. "Usir mereka bertiga," titah Ryu membuat Eve tersentak. Wanita itu membulatkan kedua matanya tidak percaya, dengan mudahnya Ryu melakukan itu. Sebenarnya siapa Ryu yang bisa-bisanya mengusir ketiga orang kurang waras itu. "R-ryu, apa yang kau lakukan?" Ryu hanya menatap datar Eve dan memiringkan wajahnya sedikit. "Usir mereka, Istriku tidak menyukai kedatangan mereka bertiga," ujar Ryu kepada pria berjas hitam itu. "Baik, Tuan Ryu," jawab pria itu sambil membungkuk dalam lalu membalikkan tubuhnya. "T-tunggu, biarkan mereka masuk. Akan lebih menyebalkan jika mereka menerobos masuk dan menyeretku pergi." Eve menghentikan pria berjas hitam itu, pria itu melirik ke arah Ryu dan pria manekin itu hanya mengangguk. "Baiklah, Nyonya," jawab pria itu lalu menghilang di balik pintu. Kini Eve menatap tajam Ryu yang masih saja memasang wajah datarnya, tidak terpengaruh sama sekali dengan wajah menggemaskan Eve saat ini. Eve hanya bisa mendengkus pasrah saat Ryu menepuk tempat duduk di sebelahnya. Entah kenapa sifatnya mengingatkannya pada seseorang, sayangnya ia tidak dapat mengingatnya. Ctak "Aw ...," ringis Eve saat keningnya disentil begitu saja oleh Ryu. "Melamun," gumam Ryu sambil mengusap-usap kepala Eve dengan sayang. Eve hanya menggerutu tidak jelas akan kelakuan abstrak Ryu yang terkadang tidak jelas dan tidak menentu. Selama lima hari tinggal bersama pria manekin itu, Eve sama sekali tidak bisa menebak jalan pikir Ryu. Akan tetapi, tindakannya tadi membuat Eve mengerti, jika Ryu selalu memperhatikannya bahkan saat ia melamun. "Sakit?" tanya Ryu dengan nada datar yang terdengar aneh di telinga Eve. "Sama sekali tidak, aku hanya terkejut," jawab Eve dan Ryu hanya mengangguk. Eve dapat melihat jelas dinding tebal di antara mereka berdua, tetapi ia juga melihat Ryu sedang berusaha menghancurkan dinding yang telah ia buat sendiri. Tujuan Ryu menikah dengannya pun tidak ia ketahui. Eve hanya bisa menunggu sampai Ryu yang menceritakan semuanya. Ryu menarik tubuh Eve dalam pelukannya dan mengelus lembut surai panjang milik wanitanya itu. "Berhenti beradegan romantis di depanku," ujar sebuah suara yang Eve tahu sudah pasti milik lelaki gila bersurai putih. Xavier memasuki ruangan dengan cerutu di tangannya, eyepatch miliknya memperlihatkan dirinya seperti seorang penjahat. Walaupun memang lelaki itu adalah penjahat dalam kehidupan Eve. "Dia yang memelukku." Eve membela diri sedangkan Ryu hanya menatap datar ke arah tiga orang yang kini duduk di hadapannya. "Aku tahu, mana mungkin kau yang memeluk manekin itu," kekeh Xavier membuat Nero tertawa kecil mendengarnya. "Aku tahu pasti sulit untuk berbicara dengan Ryu. Maka dari itu kami bertiga datang untuk meluruskan beberapa hal," ujar Nero dengan mimik wajah serius. Eve melirik Ryu yang masih berwajah datar seperti tidak terusik dengan pembicaraan mengenai dirinya. "Bisa dikatakan Ryu tidak pandai berkata-kata, tidak banyak orang yang memahaminya termasuk ketiga istrinya." Eve membulatkan kedua matanya. 'Tiga istri? Pria manekin ini memiliki tiga istri? lalu aku adalah calon istrinya yang keempat? Luar biasa sekali nasibku kali ini,' rutuk Eve dalam hati. "Tunggu!" Eve mengangkat sedikit tangannya. "Tiga istri? Apa kalian sedang bercanda?" tanya Eve sambil menatap tajam Ryu yang kini sudah sedikit merubah raut wajahnya. "Itu kenyataannya Eve, kau lihat wajah Ryu yang tampan seperti manekin itu? Sudah pasti banyak yang ingin menjadi istrinya. Tidak hanya tampan, kekayaan Ryu tidak bisa kau hitung dengan kalkulator enam belas digit, ingat itu baik-baik," kekeh Vicente menatap remeh ke arah Eve. "Kalau begitu, batalkan saja pernikahan kita. Aku tidak tertarik dengan wajah dan kekayaanmu, Tuan Ryu," sindir Eve tajam, wanita itu bangkit dari duduknya, tetapi tangannya tertarik oleh tangan Ryu yang lebih cepat dari perkiraannya. "Apa kau tidak suka?" pertanyaan Ryu membuat Eve ingin mematahkan leher pria manekin itu. "Tentu saja, aku tidak ingin menjadi tokoh jahat dengan merebutmu dari ketiga istrimu!" jawab Eve ketus, genggaman Ryu semakin lama semakin kuat membuat Eve mengernyitkan dahinya. "Apa yang kau inginkan?" tanya Ryu yang masih tetap memasang wajah datarnya. "Jika kau memiliki hati, lebih baik kauceraikan saja mereka!" jawab Eve sinis, wanita itu menarik tangannya sambil berlalu meninggalkan keempat pria gila itu. Ryu hanya menatap datar kepergian Eve, dialihkan pandangannya setelah Eve hilang di balik pintu. Xavier dan Vicente hanya bisa tertawa nyaring melihat wajah Ryu yang masih saja tetap datar. "Apa yang akan kaulakukan, Ryu? Sepertinya Eve tidak suka kau  memiliki banyak wanita," tanya Vicente yang terlihat ingin tahu. "Melakukan apa yang seharusnya kulakukan."   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD