MBHMsB - Part 3

1840 Words
"Nona Skyla, para wartawan berkumpul di depan gerbang mansion," ujar Mr. Anderson-supir pribadi Skyla memberkan informasi. Gadis itu nggak tahu dari mana Mr. Anderson mengetahui hal tersebut. Namun, Skyla juga dapat melihat beberapa wartawan yang sudah berkumpul di depan gerbang rumahnya dari celah-celah gerbang yang masih tertutup dan itu sukses membuatnya mendengus kasar karena merasa sebal. Wartawan memang selalu menyebalkan! batin Skyla pada dirinya sendiri. Jelas-jelas nggak ada berita penting di hidupku yang perlu diberitakan sampai seantero Amerika mengetahuinya, apalagi yang berhubungan dengan Ashton Hawks itu! Kenal aja juga nggak! lanjut gadis itu membatin. Meskipun wartawan-wartawan itu nggak selalu menuliskan hal-hal buruk tentang kehidupan pribadi Skyla, tetapi berita yang ditambahkan dengan bumbu penyedap-lah yang membuat gadis itu menjadi berang. Wartawan-wartawan itu nggak jarang menyorot tentang prestasi Skyla, misalnya kelulusannya dari salah satu universitas dalam urutan Ivy league sampai dengan produk-produk hasil kolaborasinya dengan merek-merek lokal maupun internasional. Namun, Skyla tetap saja nggak suka jika mereka sudah mengumbar-umbar latar belakang keluarganya seakan-akan itu adalah berita paling panas saat ini atau menuliskan headline tentang pasangan kencan seorang Skyla Ramirez jika ia bertemu dengan seorang pria. Kenapa pekerjaan paparazzi harus ada di dunia ini, sih?! batin Skyla dongkol. "Tolong minta sekuriti untuk membubarkan mereka, Mr. Anderson," titah Skyla sambil mengeluarkan kacamata hitam dari dalam tasnya. Sementara itu, Mr. Anderson mengangguk dan mengeluarkan ponselnya sebelum menghubungi salah satu sekuriti yang bertugas untuk menjaga gerbang agar segera melaksanakan perintah putri dari majikannya tadi. Nggak berapa lama kemudian, para wartawan yang berkerumun di pintu gerbang mansion mewah itu pun perlahan berkurang dan bubar pada akhirnya. Satu persatu dari mereka berjalan menjauhi pintu gerbang itu setelah seorang sekuriti keluar dan mengusir mereka secara halus. Setelah memastikan nggak ada lagi wartawan di depan sana setelah gerbang, Skyla pun memerintahkan sekuriti untuk membuka pintu gerbang itu agar mobil yang ditumpanginya bisa segera keluar. Namun, baru seratus meter kendaraan beroda empat yang ditumpangi oleh Skyla itu melaju di jalanan, para wartawan tiba-tiba keluar dari persembunyian mereka yang gadis itu juga nggak tahu jelasya di mana dan mulai mengerubungi sisi mobil tersebut layaknya kawanan semut yang menyerbu butiran gula, padahal mobil itu masih melaju, meskipun dalam kecepatan rendah. Bahkan sampai ada beberapa wartawan yang tampak berlari dari kejauhan untuk mengejar laju mobil itu dan sukses membuat Skyla bergidik ngeri. Aku udah tau, ini pasti akan terjadi, decak Skyla segera memasang kacamata hitamnya agar wartawan-wartawan yang mengintip dari kaca mobilnya nggak bisa melihat ekspresi sebal sekaligus marah dari wajah gadis itu. Mereka benar-benar mengerikan! Skyla membatin sambil bergidik sebelum memberikan titah pada Mr. Anderson yang duduk di balik setir kemudi. "Mr. Anderson, tolong tambah kecepatan mobilnya," pinta Skyla dan langsung dilaksanakan oleh pria setengah baya itu. Alhasil, ulah itu pun sukses membuat para wartawan itu tertinggal di belakang sana sambil berteriak kecil memanggil namanya dan tetap mengambil foto-foto mobilnya yang sudah melaju membelah jalan raya dengan kecepatan yang lebih cepat daripada sebelumnya. * Setelah memastikan kalau perjalanan menuju ke tempat tujuannya sudah aman, Skyla pun mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Gadis itu ingin menjelajahi sosial medianya dan berharap ada sesuatu menarik di sana yang dapat menghilangkan rasa dongkol sekaligus kesal yang sempat dirasakannya beberapa menit lalu. Namun, sayangnya harapan Skyla itu nggak terwujud sedikitpun. Yang ada malah kekesalannya bertambah ketika menemukan berita tentang dirinya dengan Ahsto di laman explore sosial medianya. Foto keduanya tampak diambil dari berbagai angle tanpa adanya sosok Norah di sana. Skyla yakin kalau foto-foto itu pasti diambil setelah sahabatnya itu pergi dengan terburu-buru. Kekesalan Skyla semakin bertambah setelah membaca komen para netizen di kolom komentar yang tersedia. Nggak sedikit dari komentar-komentar itu yang menjelekkannya, meskipun tetap lebih banyak yang mendukung kalau Skyla benar-benar berhubungan dengan Ashton. Namun, sayangnya gadis itu nggak suka dengan dua tipe komentar netizen tersebut. Entah itu penggemar fanatik Ashton yang mengoloknya ataupun netizen lain yang mendukung hubungan mereka. Cih ... mana mungkin Ashton Hawks yang rupawan dan kaya raya itu mau dengan Skyla Ramirez yang hanyalah seorang anak manja dan gemar menghabiskan uang ayahnya tanpa tahu cara untuk mendapatkan uang itu. Ah! Mereka serasi sekali. Aku akan jadi penggemer berat mereka kalau mereka benar-benar berpacaran. Hanya orang gila yang mau mengencani anak manja dan gemar menghabiskan uang ayahnya hanya untuk berbelanja barang-barang bermerek seperti perempuan itu. Sudah Ashton pastilah bukan salah satunya. Nggak mungkin pria sempurna sepertinya tertarik dengan perempuan itu. Sungguh sebuah lelucon yang bodoh! Mereka tampak sempurna bersama. Skyla cantik, pintar, dan kaya, sementara Ashton juga memiliki hal yang sama. Tatapan mereka menunjukkan aura ketertarikan yang kuat. Aku bisa melihat kecocokan mereka yang sangat kuat dari aura dan perbintangan mereka masing-masing. Namun, akan ada suatu hal besar yang terjadi sebelum mereka benar-benar bahagia dan memiliki satu sama lain. Aku membuka jasa konsultasi tarot perseorangan. Jika kalian berminat, silakan kirimkan pesan pribadi pada akunku :) Skyla menggeleng kecil sambil menyunggingkan senyum asimetris di bibirnya karena merasa lucu dengan komentar netizen yang baru saja dibacanya dan disertai dengan promosi tarot reading di akhir komentar tersebut. Gadis itu merasa lucu karena nggak percaya sedikitpun pada kalimat-kalimat itu dan menganggapnya sebagai lelucon semata. Setidaknya masih ada yang hal kecil yang menghiburku, batin Skyla sebelum keluar dari aplikasi sosial medianya dan mematikan layar ponselnya sebelum dimasukkan benda pipih itu kembali ke dalam tas. Skyla sedang membetulkan letak kacamata hitam yang masih setia bertengger di hidung mancungnya sejak tadi ketika Mr. Anderson menginformasikan bahwa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di tempat tujuan gadis itu. Toko Louis Vuitton yang berada di pinggir jalan Fifth Avenue. Untuk mendapat tempat parkir di Fifth Avenue cukup sulit karena banyaknya turis dan orang lokal yang suka berkunjung ke sana. Beruntung Skyla adalah member VIP di toko desainer Prancis tersebut sehingga Mr. Anderson bisa dengan gampangnya mendapatkan tempat parkir di depan toko Louis Vuitton tersebut. "Kita udah sampai, Nona," ujar Mr. Anderson sambil melirik Skyla yang duduk di kursi penumpang belakang melalui kaca spion. "Apakah Nona butuh bantuan saya untuk mengangkat barang-barang belanjaan Nona nanti?" lanjut pria setengah baya itu bertanya. "Oh, nggak perlu, Mr. Anderson. Anda bisa menunggu di mobil saja karena aku mungkin nggak akan belanja banyak hari ini," jawab Skyla menjelaskan. Mr. Anderson sudah hafal dengan kelakuan putri dari majikannya itu. Sudah berulang kali Skyla mengatakan ia nggak akan berbelanja banyak, tetapi setelahnya gadis itu akan berakhir dengan kantung belanja yang memenuhi tangan sampai ke lengannya. Skyla bahkan pernah sekali sampai menyewa personal shopper hanya untuk mengangkat kantung-kantung belanjaannya. Meskipun begitu, Mr. Anderson akhirnya memilih untuk menganggukkan kepala saja tanpa melontarkan membantah. Skyla segera keluar dari mobil setelah meraih tasnya. Tujuan pertama gadis itu tentunya adalah toko Louis Vuitton. Begitu masuk ke dalam toko mewah yang berada di 1 East 57th Street itu, Skyla langsung disapa oleh pramuniaga toko setelah membukakan pintu untuk gadis itu. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya pramuniaga toko yang berjenis kelamin perempuan itu sambil mengekori Skyla menuju bagian tas. "Saya ingin melihat-lihat dulu," jawab Skyla tanpa memandang pada pramuniaga itu karena tatapannya kini terfokus pada tas-tas yang ada di etalase toko. Pramuniaga itu kemudian mengangguk kecil tanpa membalas ucapan Skyla lagi. Namun, ia tetap setia berdiri beberapa langkah di belakang gadis itu karena memang seperti itulah prosedur operasi standar yang berlaku di dalam toko tersebut.  Lima belas menit sudah berlalu, tetapi pramuniaga itu masih setia mengawasi gerak-gerik Skyla dan hal itu sukses membuat gadis itu merasa jengah karena merasa diperlakukan seperti orang yang hendak merampok toko itu, padahal ia adalah pemilik member VIP di sana. Namun, gadis itu juga nggak bisa sepenuhnya menyalakan pramuniaga itu karena memang ia sudah dilatih sesuai dengan standar toko mewah tersebut sebelum dipekerjakan. Malas berada lebih lama lagi di toko itu, Skyla pun memutuskan untuk menunjuk beberapa jenis tas yang ia sukai tanpa mau repot-repot melihat tag harganya terlebih dahulu. "Saya mau ini ...." "Dan ini." "Ini juga." "Oh, yang satu ini juga." Pramuniaga itu dengan sigap menghafal 4 jenis tas yang baru saja ditunjuk oleh Skyla dengan mulut yang sedikit menganga karena merasa takjub dengan cara berbelanja seorang Skyla Ramirez. Apa semua orang kaya selalu begini ketika berbelanja? Langsung tunjuk tanpa melihat harganya? batin pramuniaga itu bertanya pada dirinya sendiri. Pasalnya, memang ia belum pernah melayani anggota VIP di toko itu sebelumnya karena job desc-nya adalah untuk melayani pengunjung regular atau dengan kata lain, pramuniaga itu baru saja naik satu tingkat jabatan. "Baik ... mohon ditunggu sebentar, Nona. Saya akan pergi mengecek ketersediaan stok dari tas yang Anda inginkan," ujar pramuniaga itu menginformasikan. "Silakan menunggu di sofa yang sudah disediakan kalau Anda berkenan," lanjut wanita itu kemudian berlalu dari hadapan Skyla setelah mendapatkan anggukan singkat dari gadis itu. Setelah pramuniaga itu pergi, Skyla bukannya duduk menunggu di sofa merah berbahan beludru yang ada di tengah ruangan, melainkan kembali melanjutkan acara melihat-lihatnya di bagian dompet sampai sepatu. Namun, sayangnya nggak ada satupun yang menarik perhatian gadis itu sembari ia menunggu pramuniaga tadi mengecek stok tas yang diinginkannya. Skyla baru saja hendak berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana, tetapi pramuniaga tadi sudah lebih dulu datang menghampirinya. "Nona Ramirez, maaf membuat Anda menunggu sedikit lama. Setelah saya cek, stok dari semua tas yang Anda inginkan masih tersedia," ujar pramuniaga itu menginformasikan. Sementara itu, Skyla hanya membalasnya dengan anggukan singkat sebagai tanda mengerti. "Apakah Anda ingin lanjut berbelanja atau langsung melakukan pembayaran?" tanya pramuniaga itu sopan. "Langsung bayar aja," jawab Skyla cepat. "Baik. Silakan ikut saya ke konter untuk melakukan pembayaran, Nona," balas pramuniaga itu sebelum berjalan menuntun Skyla untuk menuju konter yang dimaksudnya. Sesampainya di konter, pramuniaga yang melayani Skyla sejak awal itu memasangkan sarung tangan putih berbahan kain di tangannya sebelum membuka satu per satu kotak tas di atas meja etalase yang berada tepat di sebelah konter pembayaran. Pramuniaga itu kemudian menunjukkan kondisi dari masing-masing tersebut pada Skyla untuk memastikan nggak ada kecatatan pada setiap produk itu sambil menyebutkan warna dan nama dari setiap tipe empat tas tersebut. Rendez-vous warna Tomette, Dauphine MM warna Galet, Since 1858 Onthego GM warna Bordeaux, dan Lockme Tender warna Eau de Rose. Skyla pun akhirnya keluar dari toko Louis Vuitton dengan tangan yang menenteng empat buah kantung kertas setelah melakukan pembayaran. Gadis itu meletakkan tas-tas yang baru saja dibelinya itu ke dalam mobil karena ia nggak mau aktivitas mengeksplor toko-toko selanjutnya terganggu karena kantung-kantung yang cukup besar itu. Mr. Anderson yang melihat Skyla baru saja keluar dari toko mewah tersebut pun lantas membantu gadis itu meletakkan barang belanjaannya ke dalam mobil dengan sigap. "Acara berbelanjaku belum selesai, Mr. Anderson. Anda masih harus menunggu sedikit lebih lama lagi," ujar Skyla dengan cengiran kecil yang terpatri di bibirnya. Mr. Anderson yang mendengar ucapan Skyla hanya mengangguk kecil sembari menyunggingkan seulas senyum di bibirnya. Pria setengah baya itu nggak terkejut lagi karena sudah memprediksi kalau hal itu akan terjadi sejak awal. "Nggak masalah, Nona. Silakan Anda melanjutkan acara berbelanja ya. Saya akan menunggu di sini," balas Mr. Anderson tanpa keberatan. Skyla mengangguk pada Mr. Anderson sebelum berjalan menjauhi pria setengah baya itu sambil melambaikan tangannya. Tujuan gadis itu selanjutnya masih di sekitaran toko Louis Vuitton karena sepanjang jalan itu didominasi oleh pertokoan mewah dengan merek desainer-desainer yang sudah mendunia. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD