Yang pertama didapat oleh Kinta saat menginjakan kaki di rumah megah dengan halaman luas yang sering kali disebut sebagai rumah Eyang itu, adalah sambutan hangat dari seorang sepuh berumur tujuh puluh enam tahun yang Kinta kenali sebagai Eyangnya Agni. Wanita tua yang cara berjalannya sudah tidak tegap lagi itu, tersenyum begitu lebar sambil merentangkan tangan saat melihat kedatangan Kinta. Kinta tersenyum tak kalah lebar, berjalan mendekat dan memeluk tubuh tua eyang Darsini itu. "Assalamualaikum, Eyang. Gimana kabarnya Eyang?" tanya Kinta. Lalu ia melepas pelukannya pada Eyang untuk kemudian mengambil tangannya, menyalimi Eyang Darsini. "Eyang baik. Bagaimana kamu sendiri? Capek yang terbang dari Jakarta ke Jogja?" tanya balik Eyang. Dengan tangan yang masih memegangi pinggang Ey

