Kita tak bisa memilih mengenai hidup ini. Jelas yang bisa kita lakukan hanya memilih sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk.
"Sekarang coba siapa yang tak ingin jodoh yang baik? Wanita maupun lelaki yang kurang baik pun mereka pasti memimpikan jodohnya yang baik. Tapi, kenapa kita mengiginkan jodoh yang baik? Kenapa bukan kita yang menjadi baik? Bukankah allah sudah berjanji bahwa wanita yang baik untuk lelaki yang baik begitupun sebaliknya. Lalu? Jika dirimu saja tidak baik kenapa kamu menginginkan lelaki yang baik? Perbaiki dirimu insyaa allah dengan ijin allah engkau akan mendapatkan jodoh yang baik pula." Dengan khidmat para muslimah mendengarkan kajian ustadzah aisyah.
Akhirnya terpikir oleh diri sendiri kenapa tak memperbaiki diri sendiri dulu saja?
"Za selesai kajian kamu mau kemana?" Tanya Salsa
"Aku mau langsung pulang, emangnya kamu mau kemana?" ujar Aiza.
"kalau kita ngobrol dulu di resto sana gimana? Ada yang mau aku bicarain." Ujar Reina yang di angguki Aiza. Mereka kembali saling diam, fokusnya kembali ke depan. Menyimak dengan khidmat apa yang di ucapkan Ustadzah Aisyah.
***
Aiza dan Salsa duduk terdiam di lestoran. Kajianmya memang telah usai. Jadi mereka memutuskan untuk segera berlalu dari sana.
"Emangnya ada apa sal? Tumben banget kamu ngajakin aku ngobrol?" tanya Aiza dengan melihat Salsa serius.
"Kita pesen minum dulu yah, bak es jeruk satu jus naga satu" Jelas Salsa menjelaskan pesanannya. Waiters itu mengangguk lalau segera berlalu dari keduanya. Pesanan sudah datang lima menit yang lalu. Sementara Salsa tidak berbicara apapun membuat Aiza menatapnya bingung.
"Sebenarnya ada apa? Jangan buat aku bingung. Apa ada yang ganggu pikiran kamu? Cerita aja sama aku." Ujar Aiza. Aiza menggenggam tangan Salsa yang mendadak dingin. Juga wajah yang terlihat gundah. Sepertinya sahabatnya memang sedang memiliki masalah.
"Za, aku dijodohin" Ujar Salsa setelah sekian lama terdiam.
"Masyaa Allah sama siapa?" tanya Aiza dengan antusias.
"Aku gatau Za, aku gakenal dia, aku takut. Aku.. Aku takut pernikahan aku bakal gagal, lagian aku masi muda, aku masi mau bebas, masi mau ngejar cita-cita aku, aku juga mau selesain kuliah aku za" Ujar Salsa.
Seketika air mata Salsa keluar mengingat hal-hal buruk tentang perjodohannya. Film-film juga novel yang menceritakan perjodohan membuat ia khawatir. Khawatir akan kisahnya sama akan terjadi. Tapi, ini yang ia alami. Bukan sekedar fiksi belaka. Bagaimana mungkin pernikahan ini akan berjalan dengan lancar jika mereka saja tidak mengenalnya. Begitulah pemikiran Salsa. Mungkin bukan Salsa saja, yang lain pun akan sama memikirkan hal itu. Hal-hal mengerikan yang belum tentu akan terjadi. Padahal tanpa mereka sadari bahwa semunya allah lah yang maha mengatur. Justru mereka malah menjadikan pacaran sebagai ajang pencarian jodoh yang jelas tidak direstui allah.
"Udah Sal serahin semuanya sama allah, lagian orang tua kamu pasti akan jodohin kamu dengan laki-laki yang baik, sholeh, dan bertanggung jawab, Insyaa allah. Aku juga yakin kalau dia pasti memperlakukan kamu dengan baik. "
"Kamu doain aku ya. " Ujar Salsa yang di beri angggukan kepala oleh Aiza. Akhirnya mereka berdua hanya saling diam, larut dengan pikirannya masing-masing. Menerka-nerka siapa sebenarnya lelaki yang dijodohkan dengan Salsa.
Apa lelaki itu baik? Sholeh? Tanggung jawab? Dan apa lelaki itu tidak sedang menyimpan hati kepada wanita lain?
Teringat kembali kata-kata Ustadzah Aisyah tentang jodoh. Salsa sudah berusaha memperbaiki diri. Semoga saja jodohnya pun sedang memperbaiki diri. Bahkan imamnya bisa membimbing Salsa ke jalan yang jauh lebih baik. Sudahlah, kita hanya bisa berdoa tentang jodoh. Sisanya biar allah yang mengatur. Lagian, manusia hanya bisa berencana.
***
"Assalamu'alaikum Umi, Aiza pulang.”
"Wa'alaikumusalam sayang, sini Umi di dapur. Tadi ngobrol apa emangnya sama Salsa? Tumben lama?" tanya Hanum, umminya Aiza.
Aiza terdiam. Teringat kembali tentang Salsa yang dijodohkan bundanya. Aiza menghembuskan nafasnya kasar. Salsa yang dijodohkan tapi, ia sendiri pun ikut khawatir.
"Kamu ini kenapa Za, lagi ada yang di pikirkan? Cerita aja sama ummi, siapa tau ummi bisa bantu"
"Salsa dijodohin mi" Hanum terdiam, dia hanya menatap anaknya, meminta penjelasan lebih. Tiga kata yang Aiza ucapkan kurang membuat dirinya paham. Meski ia tahu bahwa sahabat karib anaknya akan menikah dari perjodohan.
"Tapi Salsa ga kenal dia mau dijodohin sama siapa, Aiza takut umi, takut kalo lelaki yang dijodohin bundanya salsa bukan lelaki yang.... "
"Sut kamu ini gaboleh ngomong gitu, lagian umi yakin ko kalo bundanya salsa pasti jodohin anaknya dengan lelaki yang terbaik. Seorang ibu gak akan mungkin menjodohkan anak perempuannya dengan laki-laki yang gak bisa membimbing anaknya. Emang kenapa kamu juga mau umi jodohin?" ucap Hanum sambil terkekeh di akhir kalimatnya. Menggoda Aiza yang mulai memanyunkan bibirnya.
"Enggalah mi, Aku maunya nyari jodoh sendiri lagian juga Aiza juga masi kuliah"
"Inget tapi yah jangan pacaran," ucap Hanum. Hanum hanya bisa mengingatkan mau bagaimanapun anaknya itu sudah dewasa. Sebagai orang tua beliau hanya bisa mengingatkan sang anak tentang dosa dari pacaran.
"Ummi tenang aja" ujar Aiza.
Aiza justru teringat dengan teman masa kecilnya. Teman masa kecil yang memberikan ia pengharapan lebih. Dika, lelaki yang telah memporak porandakan hati aiza. Meskipun mereka tak pacaran, setidaknya mereka salah, sahabat berselimut dalan kata itu. Padahal dalan hal apapun islam melarang wanita dan laki-laki berduaan (berkhalawat) meski tak berlebihan setidaknya sudah membuat zina mata, dan zina hati. Bukannya itu termasuk dosa? Banyak orang menjadikan kata sahabat sebagai pelindung. Tanpa tau apa sebenarnya makna dari sahabat.
"Sudah, sana bersih-bersih" Suruh Hanum.
"Iya mi kalo gitu Aiza ke kamar dulu ya. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Bagai mengingat lagi tentang cinta yang memang salah. Cinta pertama yang justru mematahkan hati. Penantiannya masi sama. Masi dengan dia. Dan masi dengan nama yang sama. Cinta pertama yang mungkin telah menemukan dambaan hatinya.