Glekk! Firlea menelan air ludahnya kasar. Ia melihat kekejaman Luciavy untuk ke dua kalinya. Dan mahkota itu, Firlea tak pernah membayangkan bahwa permata yang mengisinya adalah bola mata Ayahnya. Tatapan mata Firlea beralih pada sosok dengan kobaran api yang meliuk cantik. Tatapan tajam dan pemusnahan dalam waktu cepat membuat Firlea takut. Ia harus berpikir sekian kali jika menantang Luciavy bertarung. Dan Firlea tak akan melakukan itu jika tak ingin hidupnya berakhir sia-sia. Luciavy tertawa lepas. Sebuah tawa yang membuat mereka semua diam. Dua buah permata yang baru terpasang di mahkota Luciavy membuat Firlea terpaku. "Ayah," ucap Firlea pelan. Semua menoleh padanya. "... mungkin ini adalah jalanku! Aku akan bersamanya! Bersama Luciavy dalam menemukan semua roh suci."

