1. Kaca yang pecah.

997 Words
Hellcrack 273 tahun yang lalu. "Kita tak punya banyak waktu. Anak ini, anak kita, terlahir sebagai kunci dari kerusakan alam semesta." Eros Belphegor Crocell, sang Iblis tertinggi atau lebih tepatnya bangsawan Neraka, yang telah menjadi Raja Hellcrack selama ribuan tahun menatap istrinya sendu. Alceena Delfa menggeleng. "Tidak, Lord. Dia adalah penyelamat alam semesta." "Dia belum cukup umur untuk tahu semua kekacauan alam semesta, Dewi. Kekuatan besar yang ia miliki mampu menyatukan seluruh neraka dan membakar seluruh iblis di dunia ini." "Tapi ia tak bersalah. Dia berhak hidup dan menentukan pilihan hidupnya. Kita, sebagai orangtua asuhnya tak berhak merengut semua hak dalam hidupnya." Alceena menatap bayi mungil di gendongannya. "Kita tak tahu orangtua kandungnya, Dewi." "Tapi aku menyayanginya. Seperti ... anakku sendiri." putus Alceena tak terbantahkan. Eros mendesah. "Kau sangat tahu, Dewi. Lambang merah di keningnya, menyatakan bahwa dia seorang Ratu. Dan baru hari ini, saat ia tergeletak di depan pintu kerajaan kita, seluruh bagian neraka yang kupimpin mengalami keretakan. Itu artinya dia memiliki kekuatan sangat besar. Dan semakin membesar dengan bertambahnya usianya." "Lalu kenapa? Dia anak kita. Kita harus melindungi dan mengarahkan kekuatannya. Agar ia menjadi Ratu baik yang bijaksana." Eros tercenung. Melihat istrinya yang tengah mengayun bayi di tangannya dan sesekali tersenyum bahagia. "Kau benar. Kita harus mengarahkan kekuatannya." "Jika begitu, anak ini, akan tinggal di Hellcrack dengan menyandang gelar Puteri dari kerajaan kita. Luciavy Agsania, mulai hari ini kau adalah Puteriku satu-satunya." Eros hanya bisa diam saat bayi itu menatapnya lalu tersenyum. Eros mendekat dan meredakan kekhawatirannya. Mencoba berpikir logis saat tangan bayi itu terulur untuk menyentuhnya. "Lihat, dia bahkan sangat menyukaimu." Alceena tersenyum saat raut wajah Eros melunak dan mengangkat bayi tersebut dari tangannya. "Hati-hati," ujarnya lagi. "Kau sangat cantik. Dan aku sebagai Ayahmu, akan menjagamu seumur hidupku." ucap Eros lembut tanpa sadar. Bayi itu lagi-lagi tersenyum. Menatap manik mata Eros yang telah terhipnotis dan mengikuti semua hal yang bayi itu inginkan. Kekuatan pengendalian pikiran hanya dengan tatapan mata ringan, menjadi hal utama yang bisa ia lakukan selain kekuatan penghancuran. Tak akan ada yang tahu bahwa Hellcrack bisa saja hancur dengan mudah hanya dengan jentikan jarinya. Luciavy Agsania terlahir untuk menghancurkan segala iblis yang mengekang perintahnya. Bahkan menghancurkan alam semesta bukanlah sesuatu yang sulit untuknya. 153 tahun kemudian. Luciavy tumbuh besar dengan kasih sayang yang melimpah. Ia tumbuh dengan baik serta memiliki perasaan yang lembut, penyayang dan tak tahu sama sekali tentang siapa dirinya. Namun kerusakan dunia akhir-akhir ini cukup menganggu pikirannya. Hingga malam itu, saat ke dua orangtuanya membangunkannya dengan berlinang air mata. "Kau tak boleh berakhir disini, Anakku. Mereka tak boleh mendapatkanmu!" Eros menarik tangan Luciavy serta istrinya dan mencoba berlari. Luciavy hanya menurut dan menatap sekelilingnya yang telah hancur. Puing-puing kerajaan berserakan dan melukai kakinya saat berlari mengikuti langkah ayahnya. "Ayah, Ibu, kita akan pergi kemana?" Alceena menatapnya sesaat. "Lari, ikuti Ayahmu dan jangan pernah lepaskan tangannya. Kita harus pergi agar kau selamat." Luciavy yang tak mengerti hanya bisa menurut. Hingga tubuhnya tersungkur saat kakinya tersandung sebuah akar pohon yang besar. Eros dan Alceena berhenti. Menghampiri Luciavy dan menangis. Mengusap wajah anaknya dengan sayang. "Kau harus memberitahunya, Lord. Agar dia tahu, siapa dirinya sebenarnya." Eros menggeleng namun menatap lekat mata Luciavy. "Dengar, Sayang. Saat ini seluruh iblis tengah bertarung. Mereka saling membunuh, dan memakan energi kehidupan satu sama lain. Mereka menyerap inti sari kehidupan hingga iblis yang telah terserap tak akan bisa bangkit lagi ataupun reinkarnasi. Itu sesuatu yang menyakitkan bagi kaum iblis seperti kita." "Tapi, Ayah ... kenapa mereka saling melukai dan memangsa satu sama lain?" tanya Luciavy polos. "Karena mereka menginginkan kekuatan tanpa batas. Karena mereka menginginkan kutukan keabadian." "Kutukan keabadian?" Luciavy mengerutkan dahinya. "Bukankah kita para iblis sudah abadi?" Eros menggeleng. " Tidak dalam artian jika inti sari kehidupan kita terserap. Kita akan mengalami kematian tanpa bisa dibangkitkan." "Lalu untuk mendapatkan kutukan keabadian, kau harus menemukan seseorang yang terlahir dengan kehidupan abadi yang tak akan pernah bisa mati meski kau menginginkan kematian." sambung Alceena pelan. "Lalu apa yang terjadi jika mereka menemukannya?" "Kekuatan tanpa batas dan menjadi yang terkuat untuk menghancurkan alam semesta dan hidup abadi selama-lamanya." jawab Eros pasti. "Kenapa kita harus lari?" tanya Luciavy tak mengerti. "Bukankah Ayah salah satu Iblis terkuat? Bukankah mereka tak akan memakan energi kehidupan kita?" Eros dan Alceena saling berpandangan. Alceena mengangguk hingga Eros menatap anaknya lekat. "Karena dirimu. Karena kami ingin melindungimu. Luciavy, kau lah yang mereka cari. Kaulah kunci untuk hidup abadi. Dan Ayah, tak akan menyerahkanmu pada siapapun meski sang Malaikat tertinggi memintamu." "Kita tak punya banyak waktu, Lord. Mereka telah menemukan kita." ucap Alceena gemetar. "Tak ada cara lain. Kita harus melakukan sesaui rencana kita." Alceena memeluk erat tubuh Luciavy dan menangis. "Dengar, Nak. Kau harus tetap hidup dan jangan biarkan dunia ini hancur. Ayah dan Ibu selalu menyayangimu." Luciavy mengangguk mengerti dengan semua yang ibunya katakan. Tubuhnya bersinar terang saat ayah dan ibunya menyatukan kekuatannya lalu menyentuh lambang merah di keningnya. Lambang itu terasa panas hingga akhirnya membakar tubuhnya. Luciavy berteriak sakit saat seluruh tubuhnya terasa sangat panas dan sakit tak terkira. Perlahan tapi pasti, Luciavy melihat tubuh ayah dan ibunya terbakar dan luruh menjadi debu secara perlahan. Saat menyadari apa yang ke dua orangtuaya lakukan, Luciavy berteriak dan memberontak. Sayangnya tubuhnya kian jauh dari pandangan orang tuanya karena Luciavy kembali menjadi seorang bayi. Eros dan Alceena saling menatap dan mencoba bertahan saat energi kehidupannya tak lagi panjang. Seluruh kakinya telah melepuh menjadi abu hingga mereka hanya bisa menatap Luciavy yang menangis. "Bertahanlah, Sayang. Kami menyegel kekuatanmu dan seluruh kehidupan kami dalam satu kekuatan yang kau miliki. Akan tiba saatnya dimana kau harus membangkitkan kami untuk meratakan seluruh alam semesta jika mereka telah melampaui batasnya." Usai mengatakan itu, seluruh tubuh Eros dan Alceena melepuh menjadi abu. Seluruh puing kerajaan Hellcrack pun ikut menghilang. Kini hanya tinggal Luciavy kecil yang menangis. Hingga sebuah cahaya putih membawa Luciavy menyeberang ke dunia manusia dengan melewati sebuah portal kaca. Tubuh Luciavy melayang dan tergeletak di sebuah rumah megah saat kaca di rumah tersebut pecah dengan nyaringnya. Luciavy kembali menangis saat ingatan tentang kedua orang tuanya kembali samar dan ikut menghilang dalam satu segel kekuatannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD