2. Darah Manusia.

1197 Words
Prangggg! Rumah kaca yang berisi berbagai macam bunga mawar itu pecah. Ada kilatan api yang menyambut setelah pecahnya dinding kaca tersebut.  Tangisan bayi terdengar keras hingga membuat pintu sebuah rumah yang berada di samping rumah kaca tersebut terbuka. Seorang pria paruh baya keluar diikuti oleh wanita cantik yang tengah menggendong bayi perempuan berumur satu setengah tahun. "Bayi," ujar Albert Davison lirih. "Matanya terlihat aneh. Apakah dia terluka?" Gresya menautkan sedikit alisnya karena menyadari hal aneh saat anaknya tiba-tiba menangis keras. Mereka mendekati Luciavy dan menunduk. Menatap mata Luciavy yang juga tengah menatapnya. Tanpa mereka sadari, tatapan mata Luciavy meneliti Alberr,  Gresya dan anaknya. Kekuatan Luciavy kecil kembali bekerja. Menyerap dan meniru darah manusia yang ada di depan matanya dan menjadikannya darah utama untuk tubuhnya. Perubahan benda, itulah kekuatan kedua yang Luciavy miliki. Ia mampu merubah apapun hanya dengan tatapan matanya. "Bagaimana dia bisa memecahkan dinding kaca taman kita?" tanya Gresya curiga. "Apakah dia manusia atau campuran seperti kita?" Albert hanya diam dan ikut berpikir. Bukanlah suatu yang besar. Kekacauan yang para iblis buat telah merambat ke seluruh dunia. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menikah dengan kaum manusia dan melahirkan darah campuran. Meski tanpa mereka tahu, banyak mahkluk campuran lain di dunia mereka yang sama. Hanya saja, keberadaan mereka tak terungkap seperti iblis campuran. Saat tangan Abert terulur untuk mengangkat Luciavy, sebuah suara menahan tangannya. "Dia milik kami," Albert dan Gresya menoleh. Menatap dua orang pria berbadan tinggi, putih pucat, bermata abu-abu dan biru. Mereka saling bertatapan lama. Bahkan Albert dan Gresya berpikir bahwa orang di depan mereka adalah manusia setengah vampire. Sama sepertinya yang juga manusia setengah iblis. "Dia milik kami," ulang salah seorang dari mereka yang bermata biru. "Tapi dia berada di rumah kami." jawab Albert. "Biar kami permudah. Serahkan bayi itu dan kami akan melepaskan kalian. Terlebih kami tengah lapar dan butuh intisari kehidupan. " Albert dan Gresya menelan ludah. Namun mereka tak mudah percaya dengan ancaman tersebut. "Bagaimana kau melakukannya? Kau tak-" "Kalian para manusia setengah iblis tak akan mengerti. Serahkan bayi itu sekarang." ujar pria bermata abu-abu. Albert menatap Luciavy yang masih tergeletak dan langsung mengangkatnya. "Tidak. Aku tak bisa memberikannya." "Jika begitu, seluruh keluargamu akan mati." "Siapa kalian sebenarnya?" tanya Gresya ingin tahu dan mulai mundur selangkah karena takut. "Iblis!" jawab mereka kompak. "Kami juga iblis!" jawab Gresya lantang. Mereka berdua tertawa. Pria bermata abu-abu itu maju lalu menatap Gresya tajam. "Kami bukan iblis campuran seperti kalian! Jadi berikan saja atau energi kehidupan kalian akan kami serap." Deg! Gresya menelan ludah. Bersembunyi di balik punggung Albert yang mulai ragu. Albert hanya diam saat salah seorang dari mereka merebut Luciavy dari tangannya. Semua terjadi begitu cepat hingga Albert tak dapat melihat pergerakan mereka. Brukkk! "Ahhkkk...!" Teriakan keras itu membuat Albert dan Gresya membeku. Mereka terpaku saat tiba-tiba seorang pria berambut perak datang dan menubruk pria bermata biru. Pria berambut perak itu menekan kepala lawannya dan menghadapkan mulutnya tepat diatas mulut pria bermata biru. Tak lama sebuah energi berawarna emas keluar diiringi teriakan kepiluan. Perlahan tubuh pria bermata biru mengering dan berubah menjadi debu seiring energi kehidupannya yang terus terserap. Pria berambut perak itu tersenyum saat seluruh cahaya kuning emas itu mengelilingi tubuhnya lalu menghilang. Hal itu membuat pria bermata abu-abu yang tengah menggendong Luciavy takut dan terus mundur. "Letakkan bayi itu," ucap pria berambut perak itu dingin dan hal itu dituruti oleh pria bermata abu-abu. "Bagus,  pergi atau kau ingin berakhir sama dengan temanmu?" ucapnya lagi dan lagi-lagi pria bermata abu-abu itu menurut. Dia segera pergi mengilang saat melihat ada portal tipis di tempat awal Luciavy berada. Kini Albert dan Gresya mundur saat pria berambut perak itu maju. Apalagi setelah melihat hal mengerikan yang telah di lakukan pria itu. Selama ini mereka tak pernah tahu bahwa kabar yang terdengar hangat itu benar-benar kenyataan. Kabar di mana para iblis saling memangsa untuk bertambah kuat. Dan hal yang paling menakutkan adalah mereka menyerap seluruh iblis lemah di bawahnya termasuk iblis campuran seperti mereka. Albert dan Gresya saling berpegangan tangan saat mata pria berambut perak itu menatapnya tajam. Ini pertama kalinya mereka melihat ada seorang iblis yang begitu mudah menyerap energi iblis lain. Dan hal itu membuat mereka takut. Bahkan ini pertama kalinya mereka melihat ada iblis berdarah murni yang datang ke dunia manusia mengingat hal itu dapat membuat kekuatan mereka hanya bekerja separuhnya. Bisa dikatakan saat iblis murni datang ke dunia manusia, seluruh kekuatan yang mereka miliki lumpuh dan jarang bisa digunakan. Kecuali iblis kelas tinggi yang biasa di sebut sebagai bangsawan iblis. "Kalian iblis campuran?" tanya pria itu pelan. Albert dan Gresya mengangguk. "A-apa yang kau inginkan?" tanya Albert terbata-bata. Pria itu tertawa dan berdiri tak jauh dari Luciavy yang kembali menangis. "Jangan takut. Aku tak berminat memakan energi berdarah campuran. Aku datang karena bayi ini. Dia sangat berharga dari apapun." Albert menatap bayi di tangan pria tersebut. "Dia hanya manusia biasa." Pria berambut perak itu tertawa kecil . "Benar. Dia hanya bayi manusia biasa. Jadi bisakah kalian merawatnya untukku?" "Kami?" tanya Gresya ragu. Pria itu mengangguk. "Aku akan menjemputnya saat usianya telah cukup matang." Albert dan Gresya saling bertatapan dan mengangguk. Mereka tak memiliki alasan untuk menolak. Apalagi setelah melihat semuanya. Pria itu tersenyum lalu berjalan ke depan. Menyerahkan Luciavy pada Albert dan tersenyum dingin. "Jangan pernah memberikannya pada siapapun. Aku akan kembali saat waktunya tiba." "Bagiamana kami akan tahu jika itu dirimu?" tanya Albert menyela. "Arzraviel Kevant. Aku akan menyebutkan namaku saat datang kembali untuk membawanya." Untuk sesaat Albert dan Gresya tertegun melihat wajah Arzraviel. Mereka baru menyadari betapa tampan dan mudanya Arzaviel di balik sifat dingin dan kejamnya. "Aku tak akan mengikat janji karena kau tahu. Saat kalian menghianatiku, maka aku akan datang dan memburu seluruh keluargamu. Seluruhnya hingga mereka tak bersisa." Albert menelan ludahnya takut dan mengangguk. Kata-kata dingin yang keluar dari mulut Arzraviel cukup membuatnya sadar, seberapa kuat Arzraviel hingga kekuatannya masih bisa digunakan di dunia manusia. "Tapi kenapa para iblis memburu seorang anak manusia?" tanya Albert lirih. Arzraviel melirik tajam. "Jangan lewati batas! Kau tak berhak tahu tentang itu! Rawat dia, dan aku akan memenuhi semua kebutuhannya." Arzraviel membalikkan badan lalu menghilang di balik portal. Albert terduduk dan memegang erat bayi yang berada di tangannya. Matanya menatap Luciavy sesaat. Tangannya terulur dan menyentuh leher Luciavy. "Kau bagaikan bom waktu bagi kami. Kau malapetaka yang baru-" "Hentikan Sa-" "Apa yang kau lakukan!" Ucapan mereka terhenti saat Arzraviel menatap Albert dan Gresya tajam. "Kau tidak bermaksud untuk menyentuhnya kan?" "Ti-tidak," elak Gresya mencoba membuat mata suaminya terbuka tentang siapa yang mereka hadapi. Albert bangun dan terpaku. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. "A-a-aku ha-hanya sedang membenarkan pakaiannya yang ham-" "Jika kau berani menyentuhnya, maka aku akan membakarmu hidup-hidup." Albert dan Gresya mengangguk cepat. Mereka terlihat sangat tertekan dan ketakutan. Arzraviel maju dan mendekati Albert. Menunduk sedikit dan menatap wajah Luciavy. Arzraviel meraih tangan Luciavy dan menggenggamkan sebuah gantungan kunci bola cantik. "Kau harus membawa ini saat aku menjemputmu," ucapnya lirih. Albert semakin gemetar saat Arzraviel menatapnya lekat. Tangannya kembali terulur dan memberikan sebuah kantung hitam. Albert menerimanya dalam diam. "Ini adalah biaya untuk kebutuhannya. Jangan khawatir, aku akan selalu memberikan upah untuk tugas kalian." Tanpa menunggu jawaban Albert, Arzraviel membalikkan badan lalu kembali menghilang. Gresya merebut kantung hitam itu dan membukanya pelan. Matanya terperangah saat melihat beberapa permata asli dan emas murni. .........•••.........
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD