"Ditya? Ditya kan? Raditya Baskara?" sapa Andien. Ditya tertegun menatap Andien. Tak pernah disangkanya, perempuan yang menjadi rival Viona kini ada di hadapannya. Dan wanita ini mengenalnya? "Iya. Maaf siapa ya?" "Gue Keinara. Kita pernah satu fakultas waktu kuliah dulu. 'lo jangan pingsan dulu', lo inget?" Ditya mengerutkan keningnya, mencari-cari lembar ingatan di mana perempuan di hadapannya berada. "Oh God, Kei? Yang waktu ospek – nyaris pingsan?" "Ya ampun lo lupa ya ternyata." "Hahaha... Sorry, Kei. Bentar ya, gue pesen kopi dulu." Ditya berjalan ke arah kasir, memesan kopi, menunggu, lantas kembali dengan secangkir capuchino dan duduk di hadapan Andien. "Gue dengar-dengar lo pindah kampus?" "Iya Kei. Gue sakit waktu itu. Ada glioma di kepala. Bokap pas

