Tak.. tak.. tak..
Terdengar suara ketukan sepatu heels, seorang wanita muda tengah berjalan menuju sebuah ruangan.
“Selamat datang, nyonya.”
“Apa suamiku ada di dalam ruangan?”
Belum sempat pegawai itu berbicara, wanita sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan tersebut sebelum mendengar jawaban dari pegawai itu.
“Brak..,” pintu pun terbuka dengan lebar.
Wanita itu pun masuk ke dalam ruangan suaminya. Terlihat seorang pria tampan yang tengah sibuk menatap berkas di tangannya.
Pria itu menatap ke arah pintu ruangannya yang terbuka lebar, dan melihat istrinya tengah masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang tak bersahabat.
“Kau tidak memberitahuku, jika kau mau datang ke..,” ucap Frans yang belum terhenti.
“Srakk…,” Selly merobek sebuah kertas, yang dia keluarkan dari dalam amplop berwarna coklat di depan Frans.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Selly sambil menggebrak meja Frans dengan kertas yang sudah dirinya robek.
“Aku tidak setuju bercerai denganmu, dan aku datang untuk mengatakan itu semua.”
Frans yang mendengar perkataan istrinya, lantas berdiri dari duduknya. “Apa alasannya?”
“Deg..” seketika Selly tersandar dan bingung harus berkata apa. Tidak mungkin dia berkata kalau dirinya mencintai pria itu.
“Kau tahu jika keluargaku sangat bergantung padamu. Setelah kita menikah nilai investasi perusahaan keluargaku menjadi meningkat berkali-kali lipat. Jadi kalau kita tiba-tiba bercerai, orang tuaku pasti akan sulit menerimanya,” ucap Selly berusaha mencari alasan.
“Kalau begitu biar aku yang akan menjelaskan pada orang tuamu,” ucap Frans dengan tenangnya.
Mendengar jawaban Frans, Selly pun langsung berjalan keluar meninggalkan suaminya itu. Tanpa berniat melanjutkan pembicaraannya.
“Aku tahu, kalau ini tidak akan berhasil dan yang bisa aku lakukan sekarang hanya melarikan diri,” batin Selly.
Pintu terbuka lebar, Selly berjalan keluar ruangan semuanya begitu saja. “Ah..!! Nyonya..,” ucap Gavi asisten dari Frans.
Gavi tampak membawa nampan berisi dua gelas dan hendak masuk ke dalam ruangan tuannya. Namun, dirinya justru melihat nyonya mudanya keluar begitu saja dari ruangan, dan diikuti tuannya dari belakang.
Saat Selly hendak menutup pintu lift, Frans justru ikut masuk ke dalam lift. “Mau apa kau ikut masuk ke dalam? Apa kau ingin segera menemui orang tuaku sekarang juga?”
“Tidak, aku ingin mengantarmu turun.”
“Oh iya, hari ini aku ada janji akan makan malam dengan nenek.”
“Nenek?!! Apa artinya dia akan segera memberitahu dan meresmikan perceraian kami. Apa kami tidak akan bisa bersama lagi?” batin Selly yang terluka.
“Ting..” pintu lift terbuka.
“Aku akan memberitahu kedua orang tuamu minggu depan. Aku akan mengurus semua sendiri, kau tidak perlu khawatir,” ucap Frans menatap ke arah Selly.
Selly pun bergegas keluar, dengan mata berkaca-kaca. Selly berusaha menahan air matanya, agar tak terlihat oleh Frans.
“Selly..?” Frans sekilas melihat wajah Selly, sebelum wanita itu keluar dari dalam lift.
“Kenapa rasanya sesak? Aku seperti kesulitan bernapas,” batin Selly memegang dadanya.
Selly terus berjalan menuju ke parkiran mobil yang berada di basement bawah. Frans masih terus mengikutinya dari belakang.
“Dia ingin mengantarku hanya sekedar basa-basi saja. Jangan menangis seperti orang bodoh, Selly,” batin Selly.
Entah kenapa Selly berbalik badan dan mengatakan, “Aku tak akan pernah mau bercerai.”
Namun karena tak memerhatikan jalannya, Selly tak melihat ada mobil tengah melaju. Selly tertabrak oleh mobil tersebut.
“Selly, awas..!!” teriak Frans yang melihat istrinya tertabrak.
Selly bisa mendengar suara teriak Frans yang memanggil namanya. “Aku bisa melihat wajah cemasnya dengan jelas. Tapi apa ini akhir dari kehidupanku?” batin Selly berbicara disaat dirinya terjatuh.
Bruk…
“Selly..,” teriak Frans yang melihat istri yang tergeletak dengan berlumuran darah.
“Aku tidak bisa merasakan apapun. Apa aku akan mati seperti ini?” ucap Selly sebelum dirinya tak sadarkan diri.
*
*
*
Dua tahun yang lalu.
“Selly, apa kau benar-benar tidak ada pikiran untuk menikah denganku?” tanya Frans.
Ini adalah masa pertemuan pertama mereka berdua. Dimana Selly dan Frans bertemu dalam salah satu perjodohan keluarga.
Frans saat itu berusia 28 tahun, dia adalah CEO dari perusahaan Jamesh Group.
“Baiklah, ayo kita menikah,” jawab Selly.
Selly saat itu berusia 25 tahun bekerja sebagai manager. Anak perempuan dari perusahaan Dion Group.
Di hari pertemuan keduanya dengan Frans dua tahun yang lalu. Selly memutuskan untuk menikah dengannya.
Bagaimana bisa Selly menolak, ketika tipe idealnya ada di depan matanya. Selly tidak berharap lebih akan cinta yang nanti dia dapatkan dari Frans. Karena dia tahu ini adalah pernikahan bisnis antar perusahaan.
Tapi dia tidak menyangka, satu minggu setelah pesta pernikahan. Frans pergi begitu saja ke Jerman untuk melakukan perjalanan bisnisnya dan bahkan pria itu tidak pernah menghubunginya selama 1 tahun.
Bahkan setelah dia kembali tiba-tiba ke rumah, pria itu bahkan tak menatapnya sedikitpun. Setiap hari Selly selalu makan malam seorang diri.
Namun, saat mereka akan makan malam untuk pertama kalinya. Dia pikir semua akan berubah.
“Bibi, tolong bantu aku menyiapkan makan malam,” pinta Selly dengan penuh semangat.
“Oh tentu saja, bibi akan membantu nyonya. Karena bibi tahu hari ini hari spesial bukan?” ucap bibi tersenyum.
Setelah makan siap, mereka pun makan malam bersama. “Hari ini kau pulang cepat? Biasanya baru akan pulang, kalau sudah jam 10 malam,” ucap Selly.
“Aku pulang cepat karena merasa lelah,” jawab Frans yang masih tetap fokus pada makanannya.
“Oh iya, apa kau tahu. Hari ini hari apa?”
“Aku tidak tahu, kalau hari ini hari ulang tahunmu,” jawab Frans dengan wajah datar.
Seketika Selly terdiam, “Bukan. Hari ini adalah hari peringatan dua tahun pernikahan kita dan hari pertama aku merayakannya bersama dirimu,” batin Selly yang terlihat kecewa.
“Hari peringatan pernikahan juga ulang tahunku pun, kau tidak tahu,” batin Selly sambil menggigit bibir bawahnya.
Di tengah acara makan malam, Frans menghentikan makannya. “Jadi tujuanku mengajakmu makan malam bersama, karena aku ingin membicarakan masalah keinginanku untuk bercerai denganmu.”
Deg.. deg..
Bagai tersambar petir saat mendengar perkataan Frans yang secara tiba-tiba mengajak dirinya bercerai.
“Kau mengajakku untuk bercerai dengan semudah itu?”
“Aku sudah menaruh surat formulir perceraiannya di meja ruang tamu, dan kau hanya perlu menandatanganinya di bagian bawah dokumennya saja.”
“Apa menurutmu bercerai itu semudah itu bagimu?”
“Karena menikah juga mudah, jadi seharusnya bercerai pun tidak sulit bukan?” ucap Frans dengan wajah tak bersalah.
Frans pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Selly begitu saja.
“Aku tahu ini adalah pernikahan bisnis tanpa cinta dan kita hanya tinggal bersama selama 1 tahun. Memang tidak mengherankan, tapi itu tidak mudah untukku.”
Seberapa dirinya, Selly kira akan berubah jika sudah menikah. namun , kenyataan semua tidak sesuai harapan. Hanya dirinya yang terlihat bodoh karena percaya akan hal itu.