bc

Pengasuh Cantik, Candu Sang Presdir

book_age18+
522
FOLLOW
6.6K
READ
friends to lovers
arrogant
boss
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
city
affair
like
intro-logo
Blurb

"Kau itu candu buat saya, Daisy. Biarkan saya menyentuhmu."

Daisy Altheda Elmer–gadis cantik yang terjerat utang mendiang orang tuanya berniat bekerja sebagai pengasuh bayi seorang presdir. Namun, siapa sangka pria dingin nan kejam itu malah merenggut kehormatannya.

Ia kabur menyadari harga dirinya terkoyak. Sayangnya, takdir membawanya kembali ke pelukan sang presdir yang telah menjadikan tubuhnya sebagai candu.

Saat perlahan cinta mulai tumbuh, wanita masa lalu Austin kembali hadir dan membuatnya terusir tanpa tahu janin milik iblis tampan itu bersemayam di rahimnya.

Ia berniat menghilang, tetapi Austin menawarkan kebahagiaan untuk memulai kisah cinta baru.

"Aku akan menjadikanmu ibu seutuhnya untuk anakku, Daisy. Menikahlah denganku! Izinkan b******n ini bertanggung jawab atas janin yang kau kandung."

Apa Daisy akan memilih kembali kepada Austin? Atau, pergi dari hidup Austin dan merelakan pria itu bahagia bersama mantan istrinya?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Melamar Kerja
"Kau itu candu buat saya, Daisy. Biarkan saya menyentuhmu!" Seorang pria tampan yang tengah mabuk tampak sedang menindih gadis bernama Daisy Altheda Elmer dalam kungkungannya. Gadis yang biasa dipanggil Daisy itu masih coba berontak. Namun, tenaga pria yang baru satu hari menjadi majikannya itu terlalu kuat untuk dilawan. "Pak, tolong kasihani saya! Jangan lakukan itu!" "Kamu nggak perlu takut, Daisy. Saya akan melakukannya dengan perlahan," jawab Austin Erlando–seorang presdir yang namanya cukup disegani dalam dunia bisnis. "Jangan, Pak!" Austin tak memedulikan penolakan Daisy. Dalam sekejap, tubuh polos Daisy terlihat jelas setelah Austin berhasil melucuti semua pakaiannya. Pria itu langsung mengulum bagian d**a Daisy yang memiliki kelainan hormon. Itulah sebabnya, gadis yang meski belum menikah dan hamil itu sudah bisa memproduksi ASI dan menjadi ibu s**u untuk putrinya. *** Beberapa jam sebelum adegan panas itu, Daisy terlihat sedang berada di hadapan Austin yang tengah melakukan interview sebelum menerimanya bekerja sebagai ibu s**u untuk putrinya. "Kau mau jadi ibu s**u anakku!?" Daisy menunduk diam, merasakan detak jantungnya berdebar cepat saat pria di hadapannya menatap tajam. Sosok pria itu berperawakan tinggi, tegap, dengan wajah tampan dan sorot mata biru yang menusuk. "Saya butuh uang untuk bayar utang, Pak," jawabnya lirih. "Uang? Berapa besar?" Hening. Cukup lama gadis pemilik mata hazel itu berpikir. "Dua ratus juta untuk melunasi bank, sebelum rumah saya disita." "Kau siap dengan konsekuensinya?" tanya Austin yang langsung diangguki oleh Daisy. Detik berikutnya, pria itu menuntun Daisy menuju kamar bayi di ujung lorong. Ketika Austin membuka pintu, pandangan Daisy tertuju pada bayi mungil yang terlelap di dalam boks bayi, tubuhnya dibalut selimut lembut berwarna pastel. "Ini putriku, namanya Lily," Austin memperkenalkan, kilatan matanya melembut saat menatap bayi kecil itu. "Dia hartaku satu-satunya, jangan sampai lecet atau membahayakannya. Kau harus siap kalau sesuatu terjadi padanya." Daisy tersenyum lembut melihat Lily, wajah bayi itu begitu cantik, dengan kulit putih kemerahan, mata biru dan hidung mancungnya mirip sekali dengan ayahnya. "Lily alergi s**u formula. Makanya, aku mati-matian mencari ibu s**u yang cocok. Aku tidak ingin dia mengalami masalah kesehatan lagi," jelas pria itu. Daisy mengangguk memahami. "Saya mengerti, Pak. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik." Austin terdiam sejenak, lalu berdehem. "Daisy, aku ingin kau menyusui Lily ... sekarang." Wanita cantik itu tercengang, sepasang manik beningnya melotot lebar. "Di depan Bapak?!" "Iya, aku hanya ingin memastikan caramu benar. Lily sangat sensitif, dan aku tidak bisa mengambil risiko." Daisy menelan ludah, merasa ragu dan gugup. Namun, ia akhirnya menurut karena sangat butuh pekerjaan ini. "Baik, Pak. Saya akan coba." Dengan hati-hati, ia mengangkat Lily dari boks, menatap bayi mungil itu dengan penuh kasih sayang sebelum memangkunya. Daisy duduk di sofa dan mulai membuka bajunya perlahan, lalu menyusui bayi itu dengan lembut. Lily membuka mata sedikit, lalu perlahan-lahan mulai menyusu. Austin mengamati dengan saksama, wajahnya terlihat lega saat melihat Lily tampak lahap. "Bagus. dia tampak nyaman denganmu." Daisy tersenyum kecil sambil membelai kepala Lily. "Saya senang mendengarnya, Pak." Austin hanya mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan kamar, menutup pintu dan kini hanya ada Daisy dan Lily di dalam kamar itu. Setelah selesai menyusui, Daisy dengan hati-hati membaringkan kembali Lily ke boksnya. Senyum kecil tersungging di bibirnya, lantas melangkah keluar dari kamar bayi menuju ruang tamu. Di sana, Austin duduk santai sambil menatap layar ponselnya, wajahnya terlihat sangat serius. Saat menyadari kehadiran Daisy, ia langsung menyimpan ponsel itu. "Bagaimana?" tanyanya singkat. "Lily tidur nyenyak, Pak," jawab Daysi. Austin mengangguk, terlihat puas. "Bagus. Karena sepertinya anakku cocok denganmu, aku akan menawarkan gaji sebesar lima puluh juta per bulan. Itu cukup, kan?" Daisy terdiam, terkejut mendengar angka yang disebutkan Austin. "Li-lima puluh juta, Pak?" Austin mengangguk lagi, ekspresinya tak berubah. "Ya. Aku butuh seseorang yang bisa memberi Lily ASI yang aman dan mendampinginya, dan aku melihat kau memenuhi kriteria itu." Daisy merasa senang, dengan gaji sebesar itu, ia bisa melunasi utang rumah keluarganya yang hampir disita bank. "Terima kasih, Pak Austin. Terima kasih banyak sudah menerima saya." Austin kembali mengangguk singkat. "Besok datang lebih pagi. Ada beberapa hal yang perlu kau pelajari tentang rutinitas Lily." "Baik, Pak. Saya akan datang pagi-pagi sekali," ucap Daisy. "Dan ingat," lanjut Austin, nadanya tegas, "aku tidak akan ragu untuk memberhentikanmu kalau ada masalah. Ini tentang kesehatan putriku, jadi lakukan semuanya dengan baik." "Saya mengerti, Pak. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Lily." Austin menatapnya sebentar, lalu mengangguk pelan. "Ya. Sekarang kau boleh pulang." Daisy tersenyum kecil, lalu menunduk sopan. "Terima kasih, Pak." Austin hanya mengangguk tanpa senyum, matanya kembali ke layar ponselnya. Daisy turun dari ojek setelah menempuh perjalanan pulang yang cukup panjang, wajahnya menegang melihat rumah sederhana yang selama ini menjadi tempat tinggalnya sudah dipasangi garis polisi. Barang-barang miliknya berserakan di halaman depan. Dengan langkah cepat, ia menghampiri petugas berbadan besar yang berdiri di depan gerbang, mengenakan seragam dan wajah tanpa ekspresi. Hatinya seakan mencelos, tetapi ia tetap memberanikan diri untuk bertanya. "Pak, apa maksudnya ini?" Petugas itu memandangnya dengan tatapan dingin. "Kamu sudah lewat batas waktu pembayaran, jadi sekarang rumah ini resmi disita oleh bank," katanya, suaranya keras dan tegas. "Tapi, Pak ... saya baru saja mendapatkan pekerjaan! Saya janji segera bayar, tolong beri saya waktu lagi," pinta Daisy matanya memohon. Namun, petugas itu justru mendengus, tampak tak peduli. "Waktu apa lagi? Kamu sudah diberi peringatan berkali-kali, tapi tetap tidak bisa melunasi. Sekarang semuanya sudah berakhir," ucapnya kasar, matanya tak sedikit pun menunjukkan empati. Daisy merasa dadanya sesak, ia mencoba memohon lagi. "Tolong, Pak, rumah ini peninggalan orang tua saya. Ini satu-satunya tempat saya tinggal." Petugas lain yang berada di dekatnya mengangkat kertas bertuliskan Surat Penyitaan, menunjukkan keabsahan tindakan mereka. "Lihat ini. Semua sudah ada hitam di atas putih. Kamu tidak bisa menghalangi kami!" Daisy terpaku, pandangannya beralih dari surat penyitaan itu ke rumah yang sudah tidak bisa ia miliki lagi. Air matanya mulai mengalir, meskipun ia berusaha untuk tetap tegar. "Saya sudah berusaha, Pak … sungguh," bisiknya putus asa. Petugas pertama hanya melipat tangan di depan d**a dan menatapnya dengan acuh. "Kalau mau protes, silakan ke bank. Kami cuma menjalankan tugas." Daysi menunduk, menyadari bahwa tak ada gunanya berdebat. Dengan berat hati, ia memungut barang-barangnya yang masih bisa ia selamatkan. "Aku harus pergi ke mana?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

TERNODA

read
198.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
42.2K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook