Tanpa sadar air mata wanita itu semakin deras meleleh di pipi. Sungguh Aurel sangat membenci surat di tangannya. Surat cerai. Surat yang sangat dia hindari hingga selalu menguatkan hatinya untuk terus amelayani sang suami sepenuh hati. Walaupun tanpa cinta. Sungguh hal itu sangat menyiksa, tapi Aurel bertahan agar tak kembali merasakan pahitnya sebuah perceraian. Sayangnya, lagi-lagi Aurel harus menelan pil pahit kehidupan. Surat yang dia hindari kembali datang tanpa permisi. Entah sampai kapan cobaan yang datang bertubi-tubi ini lelah menghampirinya. Aurel sudah sangat letih menghadapinya. Kehidupan percintaannya begitu miris. Diawali dengan pernikahan di saat dia masih menderita skizofrenia, lalu dipaksa bercerai karena insiden yang melanda suaminya. Dan kini, disodorkan surat cerai ole