Tentang hati

1016 Words
Cantika benar-benar tak bisa mengerti perasaan nya saat ini. Yang jelas hatinya begitu terluka. Saat ini gadis itu merasakan kecewa yang begitu dalam. Tak hanya itu, Cantika juga merasa begitu bodoh. Bagaimana mungkin dia bisa merasa begitu hancur karena kepergian pria yang telah mencuri ciuman pertama nya? Seharusnya dia merasa marah. bukannya malah lemah seperti ini. bahkan malah merasa kehilangan. Tangisan gadis itu pun kembali pecah. Bahkan hingga saat ini air matanya terus mengalir, dan tak mau berhenti. Rasanya air mata itu seperti mata air yang tak pernah surut. Berkali-kali Cantika mengusap air matanya. Dan berkali-kali pula air matanya terus menetes. membuatnya terus mengusap dan menangis. Rasa nya semua ini benar-benar menguras energinya. Dia merasa begitu murahan dan buruk. Dia marah karena ciuman itu tapi juga marah karena kepergian pria itu. Hatinya benar-benar sulit untuk dipahami. Membuat dirinya semakin kacau dan sulit untuk berpikir jernih. Tanpa Cantika sadari, sejak tadi seorang pria mengikuti langkahnya yang gontai. Pria itu berjalan tegap dengan tubuh tinggi tegap yang rupawan. Dan di saat Cantika berhenti melangkahkan kakinya, pria itu pun ikut berhenti. Dia benar-benar tak punya nyali untuk menemui gadis itu. "Ada apa dengan mu, Tika??? Mengapa kau kecewa karena kepergian pria itu???" Air mata Cantika terus mengalir bagaikan sumber mata air yang terus mengalir. Deg... Pria itu terdiam. Tak menyangka dengan apa yang diucapkan oleh Cantika. "Kau benar-benar bodoh, Tika!!!" Geram nya memarahi diri sendiri. Gadis itu tampak memojokkan dirinya di tepi hotel. Tubuh Cantika terus berguncang karena tangisannya. Dan kini dia merosot berjongkok sambil menumpukan wajahnya di lutut. "Kamu ngapain nangis, Tika??? Kamu bodoh banget sih???" Lagi-lagi gadis itu memarahi dirinya sendiri. Dia benar-benar kecewa pada hatinya yang begitu mudah jatuh ke pelukan pria yang baru dia kenal. Kini pria itu kembali melangkahkan kakinya untuk menghampiri Cantika. Namun langkahnya berhenti saat Cantika bangkit. Dia hanya bisa melihat dari jauh. Setelah puas menumpahkan air matanya, gadis itu kembali bangkit berdiri. Menegakkan wajahnya menatap langit. Dan mengusap air matanya dengan kasar. "Ingat tujuan mu ke sini. Kau mau mengumpulkan uang untuk membebaskan kakak mu. Kau harus ingat Tika. Jangan karena kepergian pria itu kau kehilangan energi dan lupa pada perjuangan dan pengorbanan Liana untuk mu," ucap Cantika memejamkan matanya. Seketika energinya kembali pulih. Gadis itu pun kembali mengusap air matanya dengan kasar. Kemudian berjalan cepat keluar menuju jalan utama. Dia harus segera pulang. Tidur dan lupakan semuanya. Ya... Lupakan semuanya. Setelah sampai di jalan utama. Gadis itu berdiri dan menunggu taksi. Malam yang dingin dan gelap membuatnya tampak seperti bintang di kerumunan. Cantik dengan gaun hitam yang sederhana namun tetap memancarkan keindahan yang elegan. Dari penampilannya yang dimaksimalkan dengan tubuh tinggi ideal layaknya model internasional, seharusnya Cantika naik mobil pribadi. Bukannya malah menunggu taksi. Apalagi kendaraan umum. Tiiinnn... Suara klakson mobil membuat gadis itu menoleh ke arah lain. Pasalnya sebuah mobil pribadi berhenti tepat di depannya. Tak mungkin pemilik mobil itu sedang menyala dirinya bukan? Namun sesaat kemudian, pemilik mobil itu justru turun dari mobilnya. Rupanya seorang pria dengan setelan jas lengkap berwarna hitam. Pria yang tampan dengan rambut hitam dan netra hazelnya yang menawan. Pria itu tersenyum ke arahnya. Namun Cantika justru menatap ke belakang. Siapa tau memang orang lain yang disapa pria itu. "Selamat malam, Miss Cantika," ucap pria itu membuat Cantika membulatkan matanya. Pasalnya Cantika sama sekali tak mengenal pria yang berada di dalam mobil tersebut. Rasanya Cantika bahkan belum pernah bertemu dengan pria itu. "Malam. Anda mengenali saya?" Tanya Cantika heran. "Tentu saja. Karena anda adalah supervisor saya. Perkenalkan saya Lucas," ucap pria itu membuat Cantika tersenyum. "Astaga, maaf saya tidak mengenalmu. Saya tidak bermaksud untuk tidak sopan," ucap Cantika tersenyum. "Santai saja, Miss. Saya paham anda sangat sibuk. Jadi wajar jika tak mengenali saya. Kalau begitu bagaimana kalau kita berkenalan. Perkenalkan nama saya Lucas dari bagian ad finance," ucap Lucas membuat Cantika tertawa karena gaya bicara pria itu yang sangat bersahabat. "Hai, salam kenal. Saya Cantika. Jangan panggil Miss jika tidak di kantor. Panggil saja Cantika," ucap Cantika. "Tenyata anda pandai bergurau," ucap Lucas membuat Cantika hanya bisa tersenyum. "Ngomong-ngomong, anda mau kemana?" Tanya Lucas. "Oh saya mau pulang. Kalau kamu?" Tanya Cantika. "Saya juga mau pulang. Kebetulan kita kan satu apartemen. Aku pernah melihat anda di apartemen yang sama dengan saya. London street apartemen kan?" Tanya Lucas. "Ya benar sekali. Wah ternyata kita tetangga ya?" Ucap Cantika tak menyangka. "Ya. Saya sempat terkejut waktu tahu kita satu apartemen. Saya pikir supervisor seperti anda memiliki selera yang tinggi," ucap Lucas membuat Cantika tersenyum tipis. "Maaf saat tidak bermaksud merendahkan anda sama sekali," ucap Lucas. "Tidak. Tenang saja. Santai saja," ucap Cantika. "Baiklah bagaimana kalau kita pulang bareng. Kan kita satu arah," ucap Lucas. "Apa aku tidak merepotkan dirimu?" Tanya Cantika. "Tentu saja tidak," ucap Lucas melambaikan tangannya. "Masa udah cantik-cantik begini naik angkot," ucap Lucas. "Kau bisa saja," ucap Cantika terkekeh. "Terima kasih ya," ucap Cantika kembali. Kemudian Lucas pun membukakan pintu untuk Cantika. "Silahkan masuk," ucap Lucas. "Kamu benar-benar membuat saya tak enak hati," ucap Cantika. "Santai saja," ucap Lucas. Mobil sederhana itu pun segera meluncur menuju London street apartemen. Sedangkan pria yang sejak tadi mengikuti Cantika hanya terdiam melihat kepergian Cantika dengan pria lain. Pria itu pun tersenyum tipis. Ingin sekali menertawakan dirinya yang tertarik pada wanita biasa saja seperti Cantika. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu pandai. Aurel jauh lebih cantik dan pandai. "Kau harus fokus pada Aurel," ucap Orlando pada dirinya. Ambisi benar-benar menutup hatinya dengan kuat. 20 tahun menggenggam cinta pada satu wanita, tidak seharusnya perasaan itu hancur karena sebuah ciuman. Karena rasa bersalah akibat mencuri ciuman seorang gadis. Orlando pun kembali melangkahkan kakinya masuk ke hotel. Tapi bukan untuk mengikuti acara pelepasan jabatannya kepada Demian. Melainkan untuk segera kembali ke mobil, bergerak cepat menuju mansion dan naik jet pribadi ke Indonesia. Menemui dan memiliki Aurel adalah tujuan utamanya. Tak akan ada yang bisa menghentikan rencananya. Sekali pun Aurel sudah menikah dengan pria lain. Orlando tak peduli. Dia akan pastikan Aurel jatuh ke pelukannya. Dan di saat dia mulai menginjak pedal gas, ciuman itu kembali terlintas dalam bayangannya. "Sial wanita itu lagi. Tidak!!! Hatiku hanya milik Aurel," ucap Orlando bermonolog.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD