My Prince - 19

1260 Words
Willy Gremory adalah nama lengkap dari pemuda berambut hijau yang sedang duduk di kursi pesta bersama Arga di sampingnya, wajahnya yang tampan ditambah dengan otot yang menonjol di seluruh tubuhnya dapat membuat seluruh wanita terpesona olehnya, hanya saja, kekurangan dari lelaki itu adalah tinggi badannya, serta mulut yang seenaknya mengejek orang lain. Pemuda itu berada di istana Vanterlock berawal dari kecemasannya pada Arga Gelisto yang menurut orang sudah mati, dia sendirian pergi ke istana ini untuk memastikan apakah sahabatnya masih hidup atau tidak. Dan peristiwa-peristiwa lain terus terjadi hingga akhirnya dia bisa duduk bersama para putri kerajaan, di dampingi oleh Arga, di sebuah pesta. Senang bisa melihat para putri, Willy sampai tak berkedip ketika memandang wajah Charlotte yang menghampirinya. Tetapi rasa senangnya seketika lenyap saat gadis pemilik acara di kebun binatang ini menyebut Willy sebagai serangga. Sungguh, padahal dia sudah menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan putri Charlotte, tapi gadis itu malah mengabaikannya. Karena sedikit kecewa, Willy langsung melontarkan sebuah ejekan pada putri Charlotte dengan menyebutnya jelek dan tuli, tentu saja, Arga terkejut pada ucapan sahabatnya itu, yang berhasil membuat suasana hati gadis itu memburuk. Sebelum pertikaian antara Charlotte dan Willy semakin memanas, Arga cepat-cepat memisahkan dan mendorong punggung mereka untuk berjalan ke lokasi pesta. Namun, Arga juga tidak pernah sadar kalau kehadiran Willy dalam pesta itu tidak hanya membuat putri Charlotte kesal saja, tapi empat putri lainnya pun menganggap sahabatnya sebagai 'pengganggu', 'orang jahat', 'kotoran', dan 'target kebencian'. Arga menoleh ke muka Willy yang duduk di sampingnya, dia agak cemas pada mental sahabatnya itu yang sudah dihujat berkali-kali oleh para putri. Tapi hey! Rasa cemasnya yang menganggap Willy akan depresi oleh hujatan para putri ternyata salah besar! Lelaki pendek itu malah tersenyum cerah sambil membalas hujatan itu dengan sebuah ledekan mantap. "Wah, aku tak menyangka kalau gadis-gadis yang menyandang nama putri di sini ternyata semuanya mirip seperti badut, hehehehe!" Dengan frontalnya Willy mengucapkan hal itu pada lima putri yang ada di hadapannya dan dia telah berhasil membuat mereka berlima marah secara bersamaan. BRAK! Agnes langsung menggebrak meja sampai piring-piring terangkat serentak, menimbulkan suara-suara gemerincing yang memekakan telinga. "Tutup mulutmu, Cebol!" Agnes beranjak dari kursinya, dengan napas terengah-engah saking kesalnya, dia menghampiri kursi yang diduduki oleh Willy lalu gadis itu langsung meremas kerah baju Si Cebol sampai tubuh pemuda itu diangkat hingga kakinya tak menapaki tanah. "Jika kau sekali lagi menghina kami dengan sebutan 'badut', akan kukutuk kau menjadi bangkai!" Tersenyum, Willy menjawab perkataan Agnes dengan tertawa renyah. "Hehehehe! Apakah aku telah berbuat kesalahan, ya? Kalau begitu, maafkan aku. Aku berjanji tidak akan membuat seekor landak sepertimu marah lagi padaku." Kedutan di kening Agnes semakin bertambah mendengar ledekan Willy. "Sepertinya kau mau cari mati denganku, ya? Terkutuklah kau! Bocah b******k!" Ketika Agnes akan melesatkan sebuah pukulan pada pipi Willy, lelaki pendek itu langsung meraih kepalan tangan yang akan melukai mukanya kemudian ia putar lengan tersebut sampai terdengar bunyi tulang yang bergeremetak. "Maafkan aku, tapi kelihatannya, untuk seekor landak, pukulanmu terlalu lambat, ya? Hehehehe!" kata Willy dengan tersenyum tak bersalah. "AAAARGH!" Agnes menjerit, dia kesakitan saat lengan kanannya diputar hingga tulangnya patah oleh Willy, membuat empat putri lainnya langsung berdiri serentak dari kursinya dan berlarian menghampiri gadis keriting itu. "Astaga! Pelayan! Pelayan! Bawa Kak Agnes ke laboratoriumku! Biarkan dia istirahat dahulu di sana, nanti aku akan menyusul setelah menyelesaikan urusan di sini." Laila memberikan sebuah perintah pada dua orang pelayan yang lewat dan mereka segera membawa Agnes yang masih menjerit kesakitan ke tempat yang diperintahkan. "b******n!" Charlotte berteriak, meluapkan amarahnya pada Willy. "Beraninya kau mematahkan lengan Kakakku!" Saat Charlotte akan menjentikkan jarinya untuk memanggil sesuatu yang pastinya akan membahayakan Willy, Arga langsung berkata pada gadis itu dengan santai. "Putri Charlotte? Kusarankan untuk tidak memanggil hewan apa pun di sini. Kau bisa dihukum lagi oleh Ayahmu jika ketahuan berbuat sadis lagi pada seorang tamu, lho? Apa kau mau?" Lalu, perhatian Arga teralih pada Willy. "Kau juga tidak perlu membuat seorang gadis menjerit kesakitan begitu, Willy. Kau ini bodoh atau apa? Sadarlah, sekarang kita sudah berada dalam masalah. Gadis yang barusan kau lukai merupakan seorang putri di sini dan tentu saja, apa yang barusan kau lakukan pasti akan dituntut oleh mereka yang menjadi saksi mata di sini. Dan posisimu saat ini adalah sahabatku, yang artinya, aku terpaksa untuk bertanggung jawab atas kesalahanmu, bodoh!" Mendengar penjelasan yang dikatakan oleh Arga hanya membuat Willy mengangguk saja, tanpa tahu kalau sahabatnya itu sama sekali tak mencerna omongannya. "Ngomong-ngomong," kata Willy dengan memegang perut dan mata yang melirik ke hidangan di atas meja. "Aku lapar, kapan pestanya dimulai, Putri Charlotte? Apa kalian juga tidak lapar?" Mendecih, Victoria menekan alisnya dan menunjuk-nunjuk muka Willy dengan menggeram. "Berani sekali kau mengalihkan pembicaraan! Dan apa itu? Lapar? Cih! Lelaki sepertimu tak pantas untuk menyantap hidangan mewah seperti ini! Lebih baik kau makan saja kotoran binatang yang ada di kandang!" Emilia setuju, gadis itu tersenyum pada Victoria. "Kau benar, Victoria. Aku juga ingin mengatakan hal itu sedari tadi." Laila menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tangan ditempelkan ke d**a. "Namamu, Willy, kan? Dengarkan aku, Willy. Karena kau telah mengacaukan pesta Charlotte, dan juga melukai tangan Agnes, maafkan aku jika perbuatanmu kulaporkan pada Ayahku suatu saat nanti." Kemudian, setelah mengucapkan itu dengan lembut pada Willy, Laila langsung membalikkan badan dan berjalan keluar dari kebun binatang ini, meninggalkan mereka yang masih ada di sana. Sepertinya Laila sudah tak punya gairah lagi untuk berpesta. "Hey, Arga? Apa Gadis yang tadi sedang mencoba mengancamku? Tapi kenapa nadanya sangat lembut, ya?" Saat Arga akan merespon pertanyaan Willy, Victoria malah memotongnya secara sepihak. "Ah! Aku sudah tak tahan lagiiiiii! Pokoknya, kau harus mempertanggungjawabkan kekacauan ini, Lelaki Sialan! Padahal awalnya kami ingin bersukacita atas bebasnya adikku dari sebuah hukuman, dan kini, kau malah mengacaukan semuanya! Ini benar-benar tak bisa dimaafkan! Apa kau pikir kau bisa mengganti kerugian ini! Bukan hanya soal uang, tapi perasaan! Sebelumnya perasaan kami sangat damai dan tentram! Tapi kau telah menghancurkan hal itu! Willy!" Pesta menjadi kacau. Agnes terluka, Laila pergi, Charlotte kecewa, Victoria mengamuk, dan Emilia meratapi semua ini dengan sedih. Arga pun merasa bersalah karena telah mengajak sahabatnya ke dalam pesta itu, kalau saja dia tak mengajaknya, mungkin para putri saat ini sedang bergembira sambil makan-makan. "Willy," panggil Arga saat mereka sudah berada di lorong istana untuk pulang ke kamar. "Selain memastikan keadaanku, apa tujuanmu datang ke istana Vanterlock?" Tercekat, Willy memiringkan kepalanya. "Apa kau masih marah padaku, Sobat?" "Tidak, aku tidak sedang memarahimu. Aku hanya bertanya saja. Jawablah." Karena Arga bilang begitu, Willy menjawab pertanyaan tersebut dengan muka super polos. "Tujuanku yang lain, ya? Hmmm ... mungkin untuk menghabisi para putri?" Terbelalak, Arga menghentikkan langkah kakinya. Menatap wajah Willy dengan intens. "Menghabisi para putri? Apa maksudmu?" "Yaa ... semacam kubuat hidup mereka menjadi menderita? Begitulah. Memangnya kenapa kau tiba-tiba bertanya begitu, Sobat?" "Sudah kuduga," ucap Arga dengan dingin. "Sifatmu yang satu itu masih belum berubah dari dulu, Willy. Kau masih suka membunuh orang lain untuk memuaskan jiwamu, kan? Kau benar-benar Iblis." "Hahahah!" Tiba-tiba Willy tertawa. "Kau jadi pintar melawak, ya, Sobat! Aku jadi ingin belajar padamu." "Aku serius, Willy!" Arga mendorong d**a Willy dengan jengkel. "Jika kau punya tujuan kotor seperti itu, aku harus menyingkirkanmu dari sini." Willy tiba-tiba mengubah muka polosnya dengan menyeringai senang. "Kotor? Menyingkirkanku? Apa itu? Lawakan baru? Kau benar-benar lucu, Sobat! Tapi, jika kau berani menghalangi tujuanku ... itu artinya, kau bukan lagi sobatku." "Oi! Willy! Lagipula mereka hanya gadis-gadis yang tak berdosa! Apa untungnya bagimu melukai mereka, bodoh!" "Diamlah, Sobat! Jika kau berbicara lagi ... satu putri akan terbunuh dalam tiga detik." TO BE CONTINUED ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD