Dinda adalah seorang pelayan yang bekerja dikediaman Kim sejak satu minggu yang lalu. Saat ini ia berada didepan kamar Zia setelah tadi ia bicara dengan Hyunjung untuk menghubungi dokter Song(dokter kepercayaan keluarga Kim sejak lama). Sebenarnya Dinda adalah seorang mata-mata yang dipekerjakan oleh Angga untuk mengawasi dan mencari tahu tentang keluarga Kim Hyunjung.
"Kevin" ucapnya dalam hati takut ada orang lain yang mendengar ucapannya tersebut. Ia kemudian pergi untuk menunggu dokter Song dilantai bawah.
"aku kesini dengan secepat yang aku bisa" ucap seorang lelaki yang berusia duapulu delapan tahun yang baru saja memasuki rumah keluarga Kim. Ia langsung mengahampiri Dinda yang sejak tadi menunggunya diruang tamu.
"selamat datang, dokter….mari ikut saya.." Dinda membungkuk sembilan puluh derajat, menyapa dokter Song. Dokter itu membungkuk sekilas dan langsung mengikuti Dinda menuju kamar Zia.
Dinda mempersilahkan dokter Song masuk kedalam kamar Zia setelah mereka sampai dikamar yang pintunya tidak ditutup itu.
Song Minho adalah anak dari dokter kepercayaan keluarga Kim sejak dulu. Setelah ayah Minho meninggal, Minho-lah yang harus menggantikan ayahnya untuk menjadi dokter keluarga Kim itu sampai sekarang.
Hyunjung, Hana dan Taekwang meninggalkan kamar Zia saat Minho menyuruh mereka keluar agar Minho bisa memeriksa Zia dengan leluasa. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk Minho memeriksa tubuh Zia. Iapun keluar dari kamar Zia dan menghampiri Hyunjung dan Hana yang menunggunya didepan kamar anak mereka itu.
"bagaimana keadaannya, Minho-ya?" tanya Hana.
"dia tidak apa-apa ahjuma hanya pingsan, tapi dadanya sedikit terluka" jelas Minho.
"apa berakibat fatal?" kali ini giliran Hyunjung yang bertanya.
"tidak ahjushi...aku sudah membersihkan dan mengobati lukanya tadi"
"terimakasih Minho-ya….maaf merepotkanmu dipagi buta seperti ini"
"ah tidak masalah ahjushi... Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu, ahjushi ahjuma"
"baiklah hati-hati dijalan Minho...salam untuk istrimu"
"tentu ahjuma"
Minho pergi dari hadapan pasangan suami istri itu. Ia berjalan menuruni tangga sambil memikirkan sesuatu yang tidak ia katakan pada Hyunjung tadi. Jelas-jelas saat memeriksa Zia tadi, ia melihat ukiran ‘kelinci’ didada kiri gadis mungil itu, tapi ia tidak memberitahu Hyunjung dan Hana tentang luka itu. Entahlah ia berfikir jika ia memberitahu kedua orang tua Zia soal hal itu akan membuat gadis itu dimarahi oleh kedua orang tuanya dan mungkin Zia akan dikekang oleh kedua orang tuanya. Minho tahu jika Zia tidak suka dikekang oleh orang tuanya meskipun ada Taekwang disisi Zia, tapi gadis itu tidak menganggap Taekwang ada disisinya dan mereka akan berjalan berjauhan agar Zia merasa nyaman. Sebab itulah kenapa Minho tidak memberitahu kedua orang tua Zia.
◾◾
Saat ini Hyunjung dan Hana sudah berada didalam kamar Zia. Hana duduk dipinggir ranjang putrinya sedangkan Hyunjung duduk ditepian disofa yang ada dikamar Zia. Sepasang suami istri itu menatap anak mereka yang masih tidak sadarkan diri. Hana mengelus tangan Zia dengan wajah sedih.
"dia akan baik-baik saja, sayang….jangan khawatir" hibur Hyungjung pada istrinya.
"ini salahmu andai saja kau tidak mengajak Taekwang pergi hari ini…dia tidak akan seperti ini" marah Hana pada suaminya. Hyunjung yang melihat istrinya marah itupun menghampiri istri cantiknya dan berjongkok didepan sang istri dengan memegang tangan istrinya dengan lembut.
"maafkan aku, sayang" katanya sambil mengecup tangan istrinya.
"jangan menyuruh Taekwang lagi....biarkan dia menjaga Zia, aku tidak mau hal ini terjadi lagi padanya"
"baiklah sayang...maafkan ak, ok!"
Hana menganggukkan kepalanya dan menghapus sedikit air mata yang mengalir dipipinya. Setelah perdebatan singkat anatara pasangan suami istri itu, mereka memutuskan untuk tidur dikamar putinya dengan Hana yang tidur disebelah Zia dan Hyunjung yang tidur disofa kamar anaknya.
◾◾
Matahari sudah menampakkan dirinya diufuk timur dan menyebarkan cahaya hangatnya kepenjuru kota Gangnam termasuk kesalah satu kamar yang dihuni oleh tiga orang yang berbeda usia. Zia sipemilik kamar terbangun terlebih dahulu karena cahaya yang menyilaukan dari lampu kamar yang tidak dimatikan membuat wajahnya yang menghadap lampu itu silau. Ia mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kamar dan ternyata ia berada didalam kamarnya sendiri bersama kedua orang tuanya.
"uuuhh" lenguh Zia saat mencoba bangun dari tidurnya. Ia merasa kepalanya agak pusing akibat benturan yang ia terima tadi malam.
"oh sayang, kau sudah bangun.." kata Hana yang langsung membantu Zia duduk diranjang.
"nde eomma...ada apa denganku?" tanya Zia sambil memegangi kepalanya yang sedikit terasa sakit.
"kau pingsan disungai Han sayang dan untunglah Taekwang menemukanmu disana" jelas Hana.
"…..dan kenapa kau tidak langsung pulang, Kim Zia?" kali ini suara Hyunjung yang mengintrupsi obrolan ibu dan anak itu.
"aku hanya....emzzz mencari udara segar, appa"
"selarut itu?"
"mianhae(maaf) appa...lain kali aku akan langsung pulang"
"mulai sekarang appa tidak akan menyuruh Taekwang lagi dan dia akan selalu bersamamu sepanjang hari"
"baiklah appa" meskipun Zia tidak menyukainya, tapi ia harus mematuhi perkataan ayahnya karena itu juga demi kebaikannya juga.
"kau ini...Zia itu baru sadar jangan dimarahi" semprot Hana yang merasa jengah dengan sifat suaminya itu.
"iya iya maaf, sayang"
Meskipun Hyunjung terlihat garang diluar, tapi dia sangat penurut dengan istrinya dan kalian bisa lihat sendiri kan bagaimana luluhnya tuan Kim Hyunjung kepada Kim Hana. Hana yang tidak mau jika suaminya mengomeli anaknya itu mengajak Hyunjung keluar dari kamar anak mungilnya itu dan membiarkan Zia untuk beristirahat dikamar sendirian. Setelah kepergian kedua orang tuanya, gadis mungil itu bersandar dikepala ranjang sambil memikirkan kejadian tadi malam saat ia bertemu dengan Kevin Pranata. Ia tidak bodoh untuk mengingat lelaki tampan itu adalah lelaki yang sama yang hampir menabraknya tempo lalu dan mungkin juga lelaki yang sama dengan orang yang diceritakan Seunghye padanya. Zia harus berbuat sesuatu agar Seunghye tidak jatuh cinta dengan orang yang bernama Kevin Kevin itu dan ia harus memberitahu Seunghye kalau Kevin itu orang yang sangat berbahaya baginya.
"ya, aku harus memberitahu Seunghye soal orang yang bernama Kevin itu" monolognya sambil meraih ponsel yang berada diatas nakas. Ia kemudian mendial nomor Seunghye dan menelfon gadis cantik itu.
"yeoboseyo(halo untuk mengsngkst telfon)"
"Seung-ie, kau bisa datang kerumahku hari ini?"
"ya tentu saja bisa.....ini aku mau berangkat"
"baiklah aku tunggu dirumah"
Tut
Setelah memutuskan panggilannya bersama Seunghye, Zia beranjak dari kasurnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
"oh kenapa ada noda darah dipakaianku?" tanyanya pada diri sendiri ketika melihat pakaiannya ada bercak darah. Tanpa pikir panjang, Zia langsung melepas kemeja yang ia kenakan dan saat pakaian itu terlepas dari tubuhnya ia membelalakkan matanya dengan apa yang ia lihat. Disana tepat didada kirinya terukir tulisan ‘kelinci’ yang tidak begitu besar, tapi masih bisa dibaca. Ia juga tahu jika masih ada obat merah diatas ukiran itu. Zia bertanya-tanya darimana asalnya ukiran itu. Apakah Kevin yang melakukannya?.
"pasti lelaki itu yang membuat ukiran ini...sialan memang si Kevin itu! Awas saja kalau ketemu lagi" monolog Zia sambil melihat ukiran itu didepan cermin kamar mandi.
"aish lelaki sialan….awas saja! aku akan member-ah tunggu…bukankah aku berjanji padanya untuk tidak memberitahu siapapun tentang kejadian malam tadi, bagaimana aku bisa memarahinya...aakkhhh sial" Zia menjambak rambutnya karena kesal. Untung saja kamar Zia kedap suara jadi ia mau berteriak sekencang apapun tidak akan ada yang mendengarnyadari luar. Setelah selesai dengan makiannya, Zia-pun memutuskan untuk mandi sambil menunggu kedatangan Seunghye dikamarnya.
◽
◾
◽
Seunghye memarkirkan mobilnya ditempat parkiran mobil dikediaman Kim. Kemudian ia turun dari mobil dan langsung menuju rumah utama keluarga Kim. Ia menekan bel rumah tersebut dan tak lama kemudian tampaklah Dinda yang membukakan pintu untuknya.
"oh nona Seunghye....silahkan masuk" kata Dinda sambil mempersilahkan Seunghye untuk masuk kedalam rumah. Seunghye tersenyum kearah Dinda dan masuk kedalam rumah.
"ahjumaaa(bibi)" sapa Seunghye saat melihat Hana sedang menata makanan diatas meja makan.
"eh Seung-ie...kenapa kemari pagi-pagi sekali?" tanya Hana heran.
"aku ingin melihat keadaan Zia, ahjuma" jawab Seunghye.
"dia masih dikamar….pergilah kesana kalau begitu"
"baik ahjuma, aku kekamar Zia dulu"
Seunghye-pun meninggalkan Hana dan naik kelantai atas menuju kamar Zia berada. Saat menuju kamar Zia, ia tidak sengaja berpapasan dengan Taekwnag-si bodyguard Zia. Menurut Seughye, bodyguard Zia itu terlihat tampan dan tidak seperti hari-hari dimana ia bertemu dengan Taekwang biasanya. Katakan saja jika Seunghye itu berlebihan pasalnya Taekwang hanya memakai t-shirt biasa dengan celana jeans yang membalut kaki jenjangnya.
"pagi nona muda" sapa Taekwang ramah ketika melihat Seunghye.
"p-pagi" gagap Seunghye "aish kenapa aku harus gagap begitu" tambah Seunghye dalam hati. Ia merutuki kebodohannya tersebut. Sedangkan Taekwang masih ditempat sambil memperhatikan Seunghye.
"....Seunghye nona"
"oh ya ada apa?" kaget Seunghye karena ia tidak mendengarkan ucapan Taekwang barusan.
"nona baik-baik saja, kan?" tanya Taekwang lagi.
"tentu aku baik...emz aku harus kekamar Jinhwan" tanpa menunggu jawaban dari Taekwang, Seunghye melesat meninggalkan lelaki tinggi itu sendirian dikoridor lantai atas.
◾◾
Seunghye sampai didepan kamar Zia dan langsung masuk begitu saja kedalam kamar tersebut tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Zia yang sedang memakai baju tidak tahu jika Seunghye sudah masuk kedalam kamarnya karena posisinya membelakangi pintu.
"AAH SIAL!"
"GYAAAA" kaget Zia saat mendengar suara teriakan Seunghye.
"BISA KAU KETUK PINTU DULU SEBELUM MASUK, LEE" teriak Zia kesal.
"hehehe..maaf" cicit Seunghye.
"ada apa denganmu?" tanya Zia kemudian.
"kau tahu, hari ini bodyguard-mu itu terlihat tampan..."
"APA! Hahahahhahha jangan bercanda kau, Lee...." tawa Zia pecah karena mendengar pujian Seunhye untuk Taekwang
"aish aku serius, pabo"
"tadi dia dari sini dan aku lihat dia biasa saja...lalu dari mana tampannya?" Zia bertanya pada Seunghye. Ia heran bisa-bisanya Seunghye bilang bodyguard-nya itu tampan har ini. Mana ada manusia seperti Taekwang itu tampan malah jatuhnya aneh menurut Zia.
"dia terlihat berbeda, Zi"
"memang dia tidak seperti bodyguard pada umumnya….karena aku menyuruhnya untuk menanggalkan pakaian formal itu karena jujur saja aku tidak suka melihat ia memakai pakain formal...karena itu terlihat tambah aneh menurutku"
"tapi tadi dia-
"sudahlah Lee jangan dipikirkan terus nanti kau suka dengannya lagi"
"mungkin"
"APA!"
"kau bisa tidak jangan berteriak….apa karna kau pingsan kemarin jadi kau suka berteriak-teriak sekarang"
"aish itu karena aku kaget bodoh!...oh ya soal aku pingsan kemarin itu bukan apa-apa lagi pula aku tidak terluka, kan!"
"kenapa kau tidak langsung pulang kemarin! untung saja Taekwang menemukanmu jadi aku tidak usah susah-susah mencarimu juga"
"Taekwang lagi Taekwang lagi! sudahlah lebih baik kau dengan Taekwang daripada dengan si Kevin Kevin itu"
"wae?(kenapa)"
"aniya(tidak)..ayo kita turun aku tidak mau membuat appa dan eomma menunggu kita" Zia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Seunghye dengan penuh tanda tanya dikepalanya.
◾◾
Seunghye mak an dengan keluarga Kim dan jugaTaekwang. Meskipun lelaki itu adalah bodyguard Zia, tapi Hana menganggapnya sebagai anaknya sendiri karena ia tidak memiliki anak laki-laki dan Taekwang tidak keberatan dengan sikap Hana padanya toh Hana masih sering memarahinya jika tidak menjaga Zia dengan baik. Itu sebabnya Taekwang berada dimeja makan dengan keluarga Kim. Seunghye sesekali melirik kearah Taekwang yang duduk tepat disampingnya. Entah kenapa ia melakukan hal itu toh tidak ada hal aneh dari lelaki bodyguard Zia itu.
"aku selesai….terimakasih makanannya, nyonya" Taekwang selesai makan terlebih dahulu dan beranjak dari duduknya.
"kau tidak ingin tambah, Tae?" tanya Hana.
"aniya nyonya...saya permisi"
"baiklah"
Taekwang-pun pergi meninggalkan meja makan. Ia tahu jika Seunghye selalu meliriknya saat sarapan tadi bahkan sampai sekarang gadis cantik itu masih menatap kepergiannya.
"Seunghye, kau tidak apa-apa, sayang?" tanya Hana yang melihat Seunghye memperhatikan kepergian Taekwang.
"oh..gwanchanayo(tidak apa-apa) ahjuma" jawab Seunghye sedikit terkejut dengan pertanyaan Hana barusan.
"lanjutkan makanmu kalau begitu"
"baik"
Zia yang melihat reaksi Seunghye itupun hanya bisa terkikik geli melihat temannya yang berlaku seperti orang bodoh. Ia tidak pernah melihat Seunghye seperti itu sebelumnya dan baru kali ini ia melihat Seunghye dengan tampang bodohnya.
"aku selesai eomma….terimakasih makanannya" kata Zia sambil beranjak dari kursinya.
"tentu sayang" balas Hana.
"kau ingin kemana hari ini, sayang?" tanya Hyunjung dengan tiba-tiba membuat Zia gagal melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruang makan.
"aku ingin istirahat dirumah sambil bermain dengan chocho(anjing Zia), appa"
"yasudah kalau begitu...eomma dan appa ada urusan diluar setelah ini"
"ne appa...hati-hati dijalan"
Zia pergi ketaman belakang diikuti Seunghye dibelakangnya. Zia menghampiri kandang chocho dan membuka pintu kandang tersebut untuk chocho keluar. Seunghye memperhatikan Zia yang mengeluarkan chocho dari kandangnya. Setelah Zia melepaskan chocho barulah mereka bertiga bermain bersama dengan chocho yang mengikuti Zia kemanapun gadis mungil itu pergi.