Part 03

1063 Words
Vote dan komen! * * * * Kenzo menatap perempuan di depannya dengan tatapan menelisik. Perempuan ini lumayan cantik dan tidak memalukan kalau dijadikan istri. Kenzo memang berniat untuk mencari istri, agar ibunya tidak marah-marah. "Namamu siapa? Aku lupa atau kau tidak pernah mengatakannya." Kenzo menatap datar gadis itu. Jelena mendengus. Pria ini apa-apaan menanyakan namanya, dan pria itu tidak berkata datar dan tanpa ekspresi sama sekali. Jelen mengaku salah dengan merusak mobil mahal milik pria itu. Namun, Jelen tidak sengaja merusaknya. Jelen juga sudah memohon. "Namaku Jelena Huston, kau bisa memanggilku Jelen." Kenzo mengangguk, "Jadi, Nona Jelen kau bisa mengganti rugi kerusakan mobilku," ucap Kenzo mengusap dagunya. Jelen terbelalak dan menatap Kenzo dengan tatapan berbinarnya. Kalau memang dirinya bisa mengganti rugi kerusakan mobil pria itu, apa pun akan dilakukannya. Asal jangan jual diri. "Benarkah? Dengan apa aku bisa menggantinya?" tanya Jelen antusiasnya dan tidak sabar. Jelen tidak mau berhutang dan dirinya pasti tak snaggup membayar kerugian dari mobil pria itu. Mobil yang sangat mahal. Cat-nya saja pasti sampai jutaan dollar. Dan untuk mendapatkan 50 dollar saja dirinya sangat susah. Kenzo menyeringai, sebentar lagi dirinya akan memiliki istri. Mamanya pasti akan senang dibawakan menantu, dan Kenzo tidak direcoki lagi persoalan menikah. Menikah. Menikah. Dan menikah. "Kau bisa membayarnya dengan menjadi istriku." Jelen menganga tak percaya. Apakah pria di depannya sedang bercanda? Mana mungkin Jelen membayarnya dengan menjadi istri pria itu. Sama saja Jelen menjual dirinya. Namun, dengan status pernikahan. Tidak. Jelen tidak mau menikah dengan orang kaya. Orang kaya seringkali menginjak-nginjak orang miskin sepertinya. Mereka tidak pernah baik pada orang-orang hidupnya susah. Dipandang sebelah mata. "Anda gila? Mana mungkin saya menikah dengan Anda." Jelen berdecak. Yang benar saja dirinya harus menikah dengan pria baru dikenalnya beberapa menit yang lalu. Satu jam saja belum sampai. "Aku tidak gila. Aku masih sangat waras. Mana mungkin pengusaha terkenal sepertiku gila. Yang benar saja!" Kenzo berdecak tak suka. "Kalau Anda masih waras. Tak mungkin Anda meminta saya menjadi istri Anda. Maaf, saya tidak mau menikah." "Oke, kalau kau tidak mau menikah denganku. Aku tidak segan-segan melaporkanmu pada polisi." Jelen terkejut mendengar kata polisi. Demi Tuhan dirinya tak ingin berurusan dengan polisi, apalagi harus dipenjara akibat merusak mobil seseorang. "Tunggu dulu, Anda kenapa mau menikah denganku?" tanya Jelen. Kenzo menyeringai. "Aku malas menikah dengan wanita-wanita glamor, kenapa aku tidak menikahi wanita sepertimu saja," ucap Kenzo menyeringai. "Kau itu b******n! Aku tidak mau jadi istrimu!" "Ya, b******n adalah nama tengahku, dan aku tidak mau mendengar penolakanmu, Nona Jelena Huston," ucap Kenzo menyeruput kopinya. Jelen mengepalkan tangannya, ingin sekali Jelen melemparkan sandalnya ke wajah tampan pria itu. Apakah pria itu saking tidak lakunya, sehingga meminta Jelen sebagai istri. "Aku tidak mau menikah." "Baiklah, kau memilih untuk dibawa ke kantor polisi dan kau mendekam dalam penjara." Jelen terlihat berpikir sebentar, dan menggeleng. Penjara adalah mimpi buruknya. Jelen tidak mau masuk ke penjara. "Apa keuntunganku menjadi istrimu?" Kenzo tersenyum sinis, sudah diduga kalau gadis itu pasti mau menjadi istrinya. Dengan ancaman dibawa ke kantor polisi saja, Kenzo akan segera memiliki istri. "Keuntunganmu banyak. Salah satunya kau mendapatkan suami tampan sepertiku," jawab Kenzo sangat percaya diri. Jelen mendelik. Sungguh percaya diri sekali pria di depannya ini. Walau pria itu memang sangat tampan. Tak pernah Jelen menemui pria setampan ini. "Urusan kita sudah selesai. Kau atur saja pernikahannya, aku harus pergi dulu," Jelen ingin beranjak dari tempat duduknya. Namun, ia dicegah oleh pria yang akan menjadi suaminya dan tidak dikenalnya sama sekali. Bagus sekali Jelen! Kau akan menikah dengan pria ini. Tapi, kau tidak mengenalnya. Sekalian saja kau bunuh diri ke jurang. "Kau tidak ingin tahu namaku Nona? Kau sepertinya terlalu santai atau terlalu tegang?" Jelen mendengus, "siapa namamu?" tanya Jelen pada akhirnya. Kenzo menyuruh Jelen untuk duduk kembali. Calon istrinya ini sangat menarik. Menarik sekali. Tak biasanya seorang gadis akan berkata ketus kepadanya, dan tidak mau tahu tentangnya. "Namaku Kenzo Karenlon, kau bisa memanggilku Kenzo. Ohya, kau mulai detik ini tinggal di apartemenku dan tidak ada penolakan!" ucap Kenzo tak mau menerima penolakan. Bagaimanapun Jelen harus tinggal di apartemennya mulai saat ini. Mana mungkin calon istrinya akan tinggal dijalanan. Jelen mendengus tak suka. Menyesal rasanya menerima tawaran menikah karena takut dipenjara. Seharusnya Jelen menolak saja. "Aku tidak mau. Aku ingin tinggal di tempat temanku!" "Aku tidak menerima penolakanmu Jelen. Aku akan memberitahu temanmu, kalau kau akan tinggal di apartemenku. Kau tenang saja, aku tidak akan memerkosamu," ucap Kenzo santai. Jelen menghela napasnya. Berusaha untuk sabar menghadapi Tuan berkuasa ini. "Aku harus mengatakan semuanya pada Revon. Kalau kau menikahiku, maka kau harus memberikan pekerjaan yang layak untuk Revon!" Kenzo menaikkan sebelah alisnya, mendengar nama pria keluar dari mulut Jelen. Apakah itu kekasih Jelen? Tidak mungkin. "Siapa Revon? Kekasihmu?" Jelen tergelak mendengar pertanyaan dari Kenzo, mana mungkin dirinya menjadi Revon. Mustahil. Jelen dan Revon hanya sebatas teman dan selalu saling membantu. "Revon adalah temanku. Dia sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri." "Oh. Ayo, kita ke tempat Revonmu itu, aku akan memberikan pekerjaan padanya dan menjelaskan semuanya." Kenzo langsung menarik tangan Jelen untuk keluar dari kafe, sebelum itu, Kenzo membayar dulu semua tagihan makanan dan minuman mereka berdua. Jelen hanya bisa mengikuti langkah Kenzo, tak bisa berbuat apa pun dan berharap Revon tidak akan marah padanya. *** Revon menatap tidak percaya antara Jelen dan pria tampan yang menjelaskan semuanya pada dia. Jelen akan menikah dengan pria kaya yang mana Jelen tidak sengaja merusak mobil pria itu. "Jelen, kau berbohong? Mana mungkin kau akan menikah," ucap Revon masih tidak percaya. Jelen mendengus, dirinya tidak pernah berbohong pada Revon, apalagi dirinya membawa pria gila yang ingin menikah dengannya. "Rev, aku tidak pernah berbohong padamu. Aku selalu bercerita padamu," jawab Jelen. Revon mengangguk, memang benar Jelen tidak pernah berbohong padanya. Namun, gadis itu sekarang adalah calon istri orang kaya. Atau, orang terkaya mungkin. Revon tidak tahu. "Jelen kau sangat beruntung," bisik Revon dan ditanggapi senyuman terpaksa oleh Jelen. Beruntung apanya? Jelen harus menikah dengan pria yang tidak dikenal olehnya. Tak ada cinta yang membumbui pernikahan Jelen. Dahulu, Jelen berharap menikah dengan pria yang mencintainya. "Baiklah, semuanya sudah jelas. Sekarang kalian ikut denganku, kau Revon, kau bisa bekerja sebagai supir ibuku," ucap Kenzo diangguki oleh Revon. Revon bersyukur bisa menjadi supir. Yang penting dirinya mempunyai kemajuan sedikit. Tidak kelaparan dan tidak tidur dijalanan lagi. Jelen mengikuti langkah Kenzo dan sesekali gadis itu akan mendengus, hidupnya akan berubah 180% setelah ini. Tak ada Jelen yang kelaparan dan malang lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD