Positif

928 Words
"Positif." Fatur yang berdiri di ambang pintu kamar mandi, sontak menatap tak percaya ke arah Dena. Pria itu tercengir lebar, "Benih aku kerjanya cepet ya?" ujarnya. "Nanem benih aja cepet. Bagian ngajak nikah lama banget," kata Dena mendadak sensi. Fatur menggaruk tengkuknya. "Cepet kok, kamunya aja yang gak peka." "Terus kamu nyalahin aku? Bagian aku yang kepedean, kamu yang nyindir-nyindir jangan geer." Pria itu mencebikan bibirnya. Semenjak menikah, Dena kembali menjadi galak seperti saat mereka pacaran dulu. "Kan cuman bercanda, masa gitu aja marah sih?" tanya Fatur kesal. "Gak ada orang bercanda sampai …." Fatur beralih mengambil testpack di tangan Dena. Pria itu tersenyum, "Mau aku cium tapi jijik bekas pipis kamu," ujarnya." Dena merampasnya. Wanita itu langsung menempelkan benda itu pada bibir milik Fatur. "Makan tuh jijik." Setelahnya, Dena berjalan mendahului Fatur menuju dapur. Fatur mendengkus kesal, "Gak ada acara peluk-pelukan gitu? Bisanya kan suami isteri kalau tau bakalan punya anak pelukan gitu depan kamar mandi." "Ah, gak bisa diajak uwu-uwu banget sih!" "Kamu ngomongin aku?!" Fatur membalikan badannya. Pria itu melotot kala mendapati Dena yang sudah melipat kedua tangannya di depan d**a. "Jangan geer, Den. Aku lagi ngomong sama Sosis Lompatnya si Raffa," jawab Fatur. "Apa kamu bilang? Kamu bilang aku geer? Kamu tuh …." "Apa? Aku kenapa?" "Ngeselin." Dena kembali pergi meninggalkan Fatur. Pria itu lagi dan lagi menghela napasnya. "Awas aja kalau ngidamnya aneh-aneh. Gue … gue turutin lah, masa iya nggak. Yang ada anak gue ileran kalau gak gue turutin." Fatur memilih menyusul Dena ke dapur. Di sana sudah ada Ara dan juga Leo yang sibuk memasak bersama. Sedangkan Dena, wanita itu duduk di kursi makan dengan segelas s**u di depannya. Fatur ikut duduk, "Tuh, harusnya kalau aku masak, kamu itu kaya Leo. Liat, romantis banget kan? Kamu tuh gak bisa diajak romantisan tau gak?" kesal Dena. Fatur beralih melirik ke arah Adik dan juga Adik iparnya. "Salahin aja aku terus, Den." "Emang kamu yang salah kok." "LEO IH KOTOR!" Fatur berdecih melihat Ara dan juga Leo yang saling mengolesi tepung pada wajah mereka. Mentang-mentang masih dua puluh tahunan, suami isteri serasa pacaran. Apa mereka tidak ingat sudah mempunyai seorang anak? "Alay," cibir Fatur. "Alay mana sama kamu yang bilang, Kamu cuman boleh ketawa karna saya, Dena!" Dena menirukan nada suara Fatur. Fatur mengusap dadanya pelan, "Gak boleh julit sama suami, Den." "Kamu juga dulu julit sama aku." Sekarang, Fatur benar-benar paham dengan karma yang sebenarnya. Ia jadi menyesal pernah memperlakukan Dena begitu dulu. Tentu saja menyesal, ia merasakan balasannya sekarang. Sudah punya putra yang julit, Dena pun ikut-ikutan julit. *** "Cil, masa gue tiap hari ikutan sekolah ke TK, sih? Capek-capek sekolah S1 udah jadi hantu malah pengangguran." Raffa mendongak. Pria kecil itu memilih melanjutkan aktivitas mewarnanya. "Makannya waktu hidup kejarlah akhirat jangan lupakan dunia. Ya jadi gini nih, arwah Om luntang-lantung gak jelas," jawab Raffa. Lily dan Bintang menoleh ke arah Raffa. "Raffa ngomong sama siapa?" tanya Lily. "Sama setan." "Iya, kayanya waktu hidup gue terlalu fokus ngejar dunia deh. Mau nyesel tapi udah gak ada gunanya," kata Om Ocong. Bima memeluk Om Ocong. "Sabar ya, Om." "Lo juga sabar ya, Bim." Raffa beranjak, pria kecil itu pindah tempat duduk di samping Bintang. "Tang, Obeng, Gergaji, dan alat-alat bangunan seisinya, minjem serutan dong," kata Raffa. "Nih, Fa, sol, la, si, do dan seisi melodi lainnya." Bintang memberikannya pada Raffa. Lily yang awalnya sibuk mewarnai, langsung tertawa mendengarnya. "Hahaha … Lily ngetawain apaan ya?" katanya. "Kamu gila, Ly," sahut Bintang. Bima menyentuh kening Lily. Lily merasa merinding, gadis kecil itu sontak mendekat ke arah Bintang dan juga Raffa. "Kok merinding, ya?" gumamnya. "Merinding Dia bilang? Heh lo pikir gue Setan … gue lupa, gue kan emang setan." Bima menghela napasnya pelan. "Raffa, di sini beneran ada setan ya?" Raffa meraih kotak pensil milik Lily. Di sana terdapat cermin, kemudian ia memberikannya pada Lily. "Liat gak?" tanya Raffa. "Liat, muka Lily," jawabnya. "Nah, itu setannya." Bima menggelengkan kepalanya tak percaya. "Bisa-bisanya umur empat tahun sejulit ini." *** Raffa masuk ke dalam rumahnya. Tadi, ia dijemput oleh Leo dan juga Ara. Namun, mereka langsung pulang setelah menurunkan Raffa di depan rumahnya. Membuka sepatunya, Raffa langsung menyimpannya di rak. "Pokonya aku mau udang!" "Kamu alergi udang, Dena." "Tapi aku mau, kenapa kamu jahat banget gak mau nurutin?" Raffa berjalan mendekat. Di ruang tamu, Mama dan juga Papanya tengah sibuk adu cekcok. "Gengsi dong, udah punya anak masa masih berantem." "Assalamualaikum, Raffa," kata Fatur menyindir. Raffa mengangguk, "Wa'alaikumsalam, Papa." "Ma, mau udang?" tanya Raffa. Dena mengangguk antusias. Wanita itu langsung membungkuk menatap Raffa. "Ada?" "Ada." "Mana?" Raffa menunjuk kaki Fatur, "Kaki Papa bau udang. Cuman udangnya yang udah busuk. Apalagi kalau habis pakai kaos kaki." Fatur melotot. Pria itu mengangkat sebelah kakinya kemudian menciumnya. "Mana ada! Wangi kok." "Wangi udang?" "Raffa! Dena, pokoknya anak kita yang sekarang sikapnya harus kaya aku!" Dena memicingkan matanya menatap Fatur, "Kamu pikir Raffa mirip siapa?" tanya Dena. "A … kamu lah!" "Udah gak usah ribut. Raffa tau Raffa ganteng, gak usah rebutan gitu," sahut Raffa percaya diri. Om Ocong melompat mendekat ke arah Raffa. "Bim, tolong jitak kepala dia!" ujar Om Ocong. "Gak ah, dosa gue udah banyak." "Om aja kepalanya Raffa jitak sini!" tawar Raffa. Dena dan Fatur sontak mengikuti arah pandang Raffa. "Raffa, jangan mulai," ujar Fatur. "Sosis lompat, berdirinya deket Papa coba. Kalau diliat-liat, muka kalian kembar deh," kata Raffa. "Wah … gue disamain sama orang ganteng, Bim." Berbeda dengan tanggapan Om Ocong, Fatur justru langsung bersembunyi di belakang Dena. "Yang, ayo ke kamar." "Heh! Istighfar! Bukan … gue lupa mereka udah nikah," gumam Bima.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD