Setan Teriak Setan

911 Words
Malam hari di rumah milik keluarga Fatur, Raffa memainkan robotnya bersama Bintang—sepupunya. Malam ini, Bintang sengaja menginap. Tidak sendiri, akan tetapi bersama kedua orang tuanya juga. Ibu dari Bintang, adalah adik dari Papanya---Fatur. "Bintang, kenapa nama kamu Bintang? Kenapa gak Binatang aja?" "Aku manusia," jawab Bintang. Raffa menghentikan pergerakan tangannya yang tengah memainkan robotnya. "Raffa tau. Raffa gak b**o," jawabnya. "Aku gak bilang kamu bego." "Aku denger, aku gak budek." Bintang menghela napasnya. Umur bintang dan Raffa hanya berbeda beberapa bulan. Bintang lahir pada tanggal 12 Mei sedangkan Raffa, ia lahir pada tanggal 5 Desember. "Bintang, kenapa Tante Ara sama Om Leo masih muda? Kenapa Papa Raffa udah tua?" tanya Raffa lagi. "Papa kamu nikah waktu udah jadi perjaka tua kali," jawab Bintang tidak acuh. Bintang memang memiliki sikap cuek. Menjawab pertanyaan sekenanya. "Enak aja, Papa kamu kali nikahnya waktu masih taman kanak-kanak," jawab Raffa tak terima. Dia yang bertanya, dia pula yang tidak terima. Dasar Raffa. "Heh, Cil. Mana ada orang nikah waktu masih anak-anak?" Raffa menoleh, pria kecil itu berdecak kala mendapati Bima yang sudah duduk bersila di sampingnya. "Ada, itu Papanya Bintang," jawab Raffa. Bintang mendongak, "Papa aku kenapa?" tanya Bintang. "Apaan sih? Raffa gak ngomong sama Kamu!" jawab Raffa sewot. "Udah gila." Bintang beranjak, pria kecil itu menguap lebar. "Aku mau tidur." "Raffa gak tanya." "Aku cuman pamit." "Raffa gak peduli," jawab Raffa. Bintang mengedikan bahunya tidak acuh. Pria kecil itu lantas berjalan memasuki kamar tempat Mama dan Papanya menginap. Raffa melempar mainannya kemudian beranjak. "Om, gak pulang?" tanya Raffa menatap Bima. "Gue aja gak tau kenapa gue bisa di sini, Cil. Mau pulang ke mana? Ke kuburan?" tanya Bima. Raffa mengangguk, "Om kan setan. Sana pergi." Bima menyentuh dadanya sendiri. "Sakit hati gue, Cil." Om Ocong melompat dari arah dapur. Dia menghampiri Raffa dan juga Bima. "Cil gak ada makanan? Gue laper banget, nih." "Gak ada, makannya kalau mati bawa duit." "Harta sebanyak apapun, kalau udah mati gak akan bisa dibawa, Cil. Bilang sama Papa lo, jangan terlalu sibuk ngejar dunia." Om Ocong memasang wajah sedihnya. Bibir bawahnya mencebik, "Pengen peluk. Tapi gue ditakdirkan buat meluk diri gue sendiri." Om Ocong menunduk menatap dirinya yang dibungkus oleh kain putih. "Sedih banget," ujarnya lagi. Raffa memilih berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Membuka pintu kamar orang tuanya, Raffa langsung menyelinap di antara Mama dan juga Papanya. "Pa, kenapa Papa udah tua?" Fatur membuka matanya. Tua katanya? Umurnya yang masih menginjak kepala tiga Raffa bilang tua? "Kamu yang kemudaan," jawab Fatur. "Kenapa Raffa waktu lahir gak langsung gede aja?" tanya Raffa. "Tanya setan aja sana." Fatur menaikan selimutnya hingga leher. Dena justru terlelap di samping Raffa. "Sosis lompat, kenapa Raffa waktu lahir gak langsung gede?" tanya Raffa pada Om Ocong. "Tanya Bapak lo aja, Cil." "Papa sama Sosis lompat kembaran beda alam ya?" tanya Raffa. Fatur membuka matanya. Mendekap Raffa dan menyuruh putranya untuk segera tidur. "Tidur." "Gengsi dong masa tidur jam segini?" "Jangan geer, Raf. Papa ngeri liat kamu ngomong sendiri," jawab Fatur. Bima melirik ke arah Om Ocong. "Bapak sama anak punya slogan ya?" ujar Bima. "Jangan geer!" Om Ocong terkikik geli saat menirukan suara Fatur. Bima mendorong pundaknya seraya tertawa. Alhasil, Om Ocong terkapar di lantai. "Bim, gue susah bangun," keluhnya. "Lo gak ada kerjaan yang lain apa selain jatoh?" tanya Bima. Om Ocong berguling mencoba untuk bangkit. Namun, sia-sia saja. "Bima! Bantuin gue!" pekiknya. Sebuah bantal mendarat tepat pada wajah Om Ocong. Raffa duduk menatap Bima dan juga Om Ocong dengan mata kantuknya. "Berisik banget sih!" "Tau, gengsi dong, masa numpang di rumah orang teriak-teriak?" kata Bima. Raffa kembali berbaring dan terlelap. Bima mengambil bantal yang Raffa lempar. Tanpa rasa kasihan, ia kembali menghantamkan bantalnya pada wajah Om Ocong. "BIMA!" teriaknya. "Satria Bima X menghilang, ciaaaat!" Bima langsung berlari ala hokage menuju keluar. "Nasib gue gini amat." *** Pagi hari, Raffa sudah sangat pusing mendengar Dena yang terus menerus muntah. Wanita itu sekarang duduk bersandar pada kepala kasur. Fatur memijat kepala Dena dengan sangat pelan dan lembut. "Masih pusing?" tanya Fatur. "Mama pusing nyium bau parfum Papa. Kaya minyak nyong-nyong," sahut Raffa yang tengah mengenakan rompi sekolahnya. "Enak aja." Raffa berjalan menghampiri Dena. Menyentuh dahi Dena dengan punggung tangannya. "Gak panas." "Mama lo hamil, Cil," sahut Om Ocong. Raffa mengerjapkan matanya, pria kecil itu menyentuh perut Dena. "Gak nendang kok. Ngada-ngada nih sosis lompat," jawab Raffa. "Apaan sih?" tanya Fatur pada Raffa. "Papa yang apa?" Fatur menghela napasnya. "Mau dicek, Den? Siapa tau kamu beneran hamil," ujar Fatur. "Gak hamil! Perutnya gak nendang!" sewot Raffa. "Mana ada usia kandungan beberapa minggu udah nendang anak gengsi?" gemas Fatur. Raffa memicingkan matanya, "Papa geer diem deh. Raffa tau, kalau orang hamil itu perutnya nendang!" sewot Raffa. "Gak! Yang bener aja, anak siapa sih kamu?!" kesal Fatur. "Anak Mama. Papa suami siapa sih?!" "Suami Mamalah!" jawabnya tak kalah sewot dari Raffa. Dena memijat pelipisnya pelan. "Raffa, berangkat sekolah sama Bintang ya? Dianterin sama Om Leo," kata Dena. "Papa, urusan kita belum selesai!" ujar Raffa. "Ya, ya, terserah. Sana pergi." Raffa mencium punggung tangan Dena kemudian mencium kening Mamanya. "Raffa sayang Mama." Raffa langsung berlari meninggalkan kamar. Mengabaikan tangan Fatur yang sudah siap untuk dicium. "Yang, mau anak perempuan. Yang cowok rese!" adu Fatur. "Resenya kaya siapa?" "Kaya aku." "Jadi salah siapa?" tanya Dena. "Salah aku. Eh? Kok …." Bima yang masih berada di ruangan itu menyentuh dadanya sendiri. "Romantisnya, harusnya aku yang di sana Om." "Kasian, makannya jangan jadi setan." "Setan kok teriak setan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD