Bab 3

1089 Words
Malam ini mereka dinner dalam penuh obrolan yang bermakna. Membahas setiap detail waktu yang terlewati karena terhalang jarak dan waktu. Kyra melirik piring Ree yang juga sudah tandas sedang piringnya masih sisa setengah. Dia menawarkan setengah porsi cordon bleu pada Ree, tapi Ree menolak. "Aku sudah kenyang Kyra, dan ini masih ada beberapa menu lain yang belum kita makan. Kamu mau dessert?" tanya Ree mengikuti arah gerak mata kekasihnya. Kyra tertangkap basah memandangi semangkuk mungil créme brulee yang menggoda. Menu kali ini berasal dari Negara romatis yaitu Perancis. "Buka mulutmu, Ra!" titah Ree halus. Kyra menurut, sesendok mungil itu berpindah ke dalam mulutnya. Lidah Kyra mulai merasai setiap elemen yang terkandung dalam semangkuk créme brulee. Wah, kenapa bisa seenak ini sih, batin Kyra takjub. "Lagi Ree!" Rengek Kyra. "Habis!" Ree menyodorkan mangkuk yang memang sudah kosong sebagai tanda bukti supaya Kyra tidak marah. Makanan seenak ini pasti dengan cepat dihabiskan terlebih porsinya kecil. Satu sendok untuk Kyra dan sisanya Ree yang habiskan. Kapan coba Ree memakannya? batin Kyra bertanya heran. Kyra merasa hanya sebentar menutup mata untuk merasai setiap elemen yang terkandung dalam semangkuk kecil créme brulee. Sepertinya menu ini akan jadi new menu di kafenya. Perpaduan s**u cair, kuning telur, gula pasir, dan krim kental menyatu dengan pas lalu membuat lapisan karamel di atasnya dengan memberi gula yang dipanaskan menggunakan blow torch hingga kecokelatan. Itulah sebabnya hidangan ini diberi nama créme brulee—krim gosong—yang  arti sesungguhnya adalah brunt creme. Setelah puas mengamati Kyra yang memulai aksinya untuk icip-icip, Ree memilih bersandar santai pada kursi. Matanya masih tidak melepaskan barang sedetik pun dari Kyra yang tengah kebingungan. "Pesan itu jajan cuma satu?" tanya lugu dari Kyra membuat Ree terkekeh lalu membenarkan letak duduknya. Setelah reda dari tawanya Ree mengangguk sebagai jawaban pasti. Kyra mendadak canggung saat kedua mata mereka bertemu lagi. Kyra merasa salah tingkah saat Ree memandanginya dengan intens. Pacaran selama empat tahun dengan Ree memang tidak membuat Kyra lebih luwes dan santai. Gadis itu masih deg-degan saat bertemu dan masih juga merona saat Ree sengaja menggoda. Namun, semakin hari rasa dalam diri kedua semakin subur dan tidak ingin sekalipun memikirkan perpisahan. Kyra bahkan sering lumer akan pesona Ree yang tidak bisa dipungkiri yang memang sangat menawan. Hampir setiap detik kadar rindu Kyra bertambah kala keduanya masih menjalani LDR. Dan yang pasti Kyra masih merasa akan terus grogi jika ditatap Ree seperti itu—tatapan penuh makna yang sangat sulit Kyra artikan. "Ree ...," rengek Kyra manja sebagai balasan atas tindakan Ree yang tidak sopan terus-terusan menatapnya tanpa berkedip. Ree hanya tertawa sebelum menjawab. Bertemu dengan Kyra membuat Ree jauh lebih baik. Hati dan hidupnya kembali penuh warna. Selama kerja jauh dari kekasihnya lelaki itu seringkali menghabiskan waktunya hanya dengan lembur dan lembur. Semua usaha yang ia lakukan hanya untuk mengusir bayang-bayang Kyra yang sukses membuatnya semakin rindu dan pastinya mmebuat tidak fokus. Secepat kilat Ree memeluk Kyradari belakang lalu menghujani pucuk kepala Kyra dengan ciuman. Hal ini menjadi bagian favorit Kyra. Perlakuan Ree yang seperti itu membuat Kyra merasakan adanya ledakan cinta yang besar dari dalam Ree. Tidak ada seorangpun wanita yang tidak luluh jika diperlakukan manis bak seorang ratu. Kyra bisa merasakan rindu mendalam yang terasa meletup-letup dari pelukan Ree. Kyra sendiri pun tak kuasa menahan lagi rindu yang siap meledak. Keduanya meluruhkan rindu untuk beberapa waktu. Biarkan dunia berhenti tapi keduanya saling menikmati. "Tetap seperti ini, Kyra! Sebentar lagi!” pinta Ree pelan. Kyra merasakan ada sesuatu hal yang aneh. Gadis itu tidak menolak dan justru semakin mengeratkan pelukan Ree untuk menikmati setiap detik waktu yang telah terjalin saat ini sebagai balasan dari waktu mereka yang terhalang jarak. Kejadian saat ini adalah bagian dari doa-doa saat mereka terpisah. Momen kebahagiaan keduanya saat ini sebagai perayaan momen yang sekian lama mereka tunggu. Kebersamaan tanpa lagi adanya jarak pemisah. Jika Ree tidak mengabarkan kepada Kyra kalau sudah pindah tugas, sama seperti saat mereka bertemu sebelumnya—bertemu untuk berpisah. Sudah bisa dipastikan Ree akan mengajak Kyra kabur untuk jalan-jalan, entah ke bioskop, ke pantai, ke tempat lain yang masih ada di dalam list holiday mereka dan belum terwujud. Namun, waktu yang mereka punya masih panjang. Biarlah malam ini keduanya dihabiskan dengan dinner super mewah hadiah dari Ree. Malam ini, kali pertama Kyra dan Ree tidak terburu-buru berkejaran dengan waktu. Meski seharusnya ada hal penting yang disampaikan oleh Kyra. Hal yang sudah sangat lama mengganggu ketenangan hatinya selama sepuluh bulan ini. Kyra ingin mengatakannya kepada Ree sebelum pernikahannya yang kurang tiga bulan itu terjadi. Setidaknya Kyra tidak menyembunyikan apa pun saat hari sakral itu datang. Kyra ingin menikah dengan kejujuran untuk melegakan hatinya. Berharap Ree juga bisa mengerti akan posisinya saat ini dan semoga lelakinya tidak marah bahkan murka. Membayangkannya saja sudah membuat Kyra bergidik. Sekali lagi ia takut jika semua kebahagiaan yang tengah ia rasakan akan hilang dengan sempurna. Kyra menimbang-nimbang keputusannya untuk berbicara dengan Ree saat semua rentetan acara dinner ini selesai atau sewaktu calon suaminya mengantar pulang. Kyra masih belum siap untuk membuka suara. Ia masih ingin lebih lama lagi bersama Ree. Rindu di hatinya yang baru saja luruh tiba-tiba menjadi penuh kembali bahkan rasanya jauh lebih menyesakkan d**a. Kyra melihat arloji di tangan kirinya, masih ada waktu nnati untuk berbicara sedang tidak ada lagi waktu untuk menuntaskan rindu yang siap meledak dan menjadikan semuanya lebur tanpa sisa. "Ree, gak tidur kan?" tanya Kyra yang sudah lima menit lebih menopang badan kekasihnya itu. "Hmm...." "Ih, kamu masih jetlag, ya?" Kyra kembali bertanya. Embusan  napas Ree yang terasa hangat pada leher Kyra membuat dirinya meremang. Bukan karena takut tapi ada hal lain yang sepertinya mulai menganggu pikiran. "Nggak. Kyra, sebentar saja. Seperti ini." Ree bersuara dengan lirih. Tidak ada lagi suara yang terdengar hingga membuat Kyra seolah mendengar degup jantungnya yang berdetak sangat cepat. Tingkah aneh Ree membuat Kyra kelimpungan, tapi gadis itu tidak bisa melakukan apa pun selain membiarkan Ree tetap memeluknya dari belakang. Aneh. Ree kenapa coba? batin Kyra terus bertanya tanpa menemukan jawaban. "Ree, ini belum jam sembilan malam loh, aku mau dong lihat-lihat kafe bagus ini. Kan kamu sudah booking semuanya, sayang banget cuma duduk-duduk di sini dari tadi. Di luar sepertinya bagus banget buat kita foto-foto,” papar Kyra panjang lebar dengan tujuan supaya Ree segera bangkit. "Hmmm ...." lagi-lagi Ree membalas persis orang yang tengah tertidur. "Ree!" Kyra beranjak dan dengan sigap Ree memeluknya lagi. "Miss you so bad." Kalimat yang dikatakan Ree ampuh membuat Kyra lumer seperti jelly. Kali ini tolong selamatkan jantungnya yang seakan lepas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD