Mr T 2

1686 Words
Setelah aksi bersi tegangnya dengan sang Papah mengenai perjodohan dan calon istrinya, akhirnya Langit memutuskan untuk pergi Ke sekolah yang akan menjadi tempat barunya bekerja sebagai tenaga pengajar di Yayasan sekolah milik keluarganya, tapi selain itu ada alasan terselubung juga dari Langit yang akhirnya menyingkirkan rasa malas untuk datang ke sekolah karena dia juga penasaran dengan calon istri kecilnya itu. Sesampainya di Yayasan dirinya langsung menuju ruang Kepala Sekolah yang tak lain adalah sepupu Papahnya itu untuk menanyakan ruangannya dan mata pelajaran apa yang akan di berikannya. Setelah dia mendapat arahan tentang ruangan dan mata pelajaran apa yang akan dia sampaikan dia langsung bangkit dari duduknya, tapi dia langsung menghentikan niatnya dan kembali duduk di sofa yang menghadap ke arah Omnya. "Oh ya Om, Eung...murid yang bernama Athaya Radega Senjaya di kelas berapa, ?" Tanyanya penasaran, Ardi alias om Langit langsung terkekeh saat mendengar pertanyaan keponakannya itu. "Gak sabar ya. mau ketemu calon istri, ?". Langit yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya karena terkejut. Kenapa Omnya ini bisa tahu,? Pikir Langit. "Om tahu,?" Tanyanya penasaran. "Tentu saja, apa lagi pas Om melihat nama orang tua Ega. Om Sudah yakin kalau dia gadis yang di maksud Kakek yang kan menjadi calon istrimu," jawab Ardi memandang keponakannya yang sedang mendengus mendengar ucapannya. "Sudah sana ke ruanganmu. karena habis jam pelajaran ini kamu akan langsung mengajar di kelas XII.TKJ.B..." sambung Ardi sambil bangkit dan berjalan ke kursi kerjanya. Langit langsung menoleh ke Omnya saat mendengar nama kelas XII TKJ.B yang di sebut Omnya tadi, "itu kelas...." "Iya itu kelas calon istrimu. Sudah sana," potong Ardi sambil mengusir halus Langit dengan di selingi tawa kecil. Dengusan kesal langsung terdengar dari bibirnya, pasalnya Omnya kini malah mengusirnya agar segera pergi dari ruangannya. Tapi tak ayal dia menuruti ucapan Omnya dan dia langsung melangkah meninggalkan ruangan Omnya dan beralih berjalan menuju ruangan khusus miliknya. Tapi entah mengapa kini perasaannya menjadi nano-nano karena dia ke pikiran akan bertemu dengan calon istrinya, sedangkan biasanya dia bertemu dengan banyak cewek cantik, dewasa dan sexy pun dia tak pernah merasakan rasa campur aduk seperti saat ini. Bunyi bel pergantian jam mata pelajaran berdering di lingkungan sekolah, Langit segera bergegas menuju ruang kelas XII.TKJ.B sambil membawa laptop serta peralatan mengajarnya. Sesampainya di depan ruang kelas yang dia tuju Langit tak langsung membuka pintu kelasnya, justru dia berhenti sejenak untuk mengatur detak jantungnya yang berdebar kencang. Tapi jantungnya berdebar kencang bukan karena gugup akan bertemu dengan murid barunya.Tetapi detak jantung dia berdebar karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan Ega, sang gadis yang di jodohkan dan akan menjadi calon istrinya itu. Dengan mengumpulkan segenap ke Percaya an dirinya dia langsung membuka pintu kelasnya dan melangkah memasuki ruang kelas tempatnya mengajar. Kelas yang awalnya riuh dengan obrolan dan canda tawa langsung sunyi senyap karena kedatangan dirinya di kelas itu. Bahkan semua siswi Wanita langsung membelalakkan mata dengan pandangan mata terpesona karena melihat ketampanan guru barunya yang di atas rata-rata. Mata Langit yang awalnya menjelajah ruang kelas untuk menatap satu persatu siswa dan siswi barunya kini berhenti tepat di salah satu siswi cantik bermanik mata coklat, tapi sayangnya siswi itu menutupi kecantikan wajahnya dengan kaca mata yang bertengger indah di pangkal hidung mancungnya. "Cantik," gumam Langit lirih sambil terus menatap siswi itu. "Bapak siapa,?" Rasa terpesona Langit langsung buyar seketika setelah salah satu siswa laki-laki kelas itu bertanya tentang siapa dirinya. "Ekhm. Oke," dehem Langit untuk mengambil fokus siswi perempuannya yang masih menatapnya dengan tatapan mengagumi.. "perkenalkan nama saya Langit Galaksi kalian bisa panggil saya Pak Langit saya guru pengganti Pak Rokhman," ucap Langit memperkenalkan dirinya di hadapan murid-muridnya yang baru. Mata Langit langsung beralih ke salah satu siswa yang mengangkat tangannya di atas, "Pak...boleh tanya,?" Ucapnya. "Mau tanya apa...Em...Monic, ?" Ucap Langit menanggapi pertanyaan murid barunya sambil melihat Name Tag yang ada di d**a atas bagian kiri seragam siswinya itu. "Usia bapak berapa?". "Usia saya 25 tahun". "Pak...Sudah punya pacar belum,?" Sambung siswi perempuan yang memiliki rambut ikal yang duduk bersebelahan dengan siswi yang bernama Monic Dessy. "Belum. Tapi saya sudah punya calon istri," jawab Langit sambil menatap ke arah intens ke arah Ega yang kini juga sedang menatapnya dengan tatapan bertanya. Kalian pasti heran bukan kenapa Langit bisa mengenali gadis yang akan di jodohkan padanya itu bukan,? Jadi tadi saat dia berada di ruangan Omnya dengan tak sengaja dia membaca berkas CV siswi baru yang ternyata itu CV milik Ega yang di lengkapi dengan fotonya yang mengenakan seragam serta kaca mata yang bertengger manis di hidung mancungnya. Sebelah alis Ega langsung terangkan saat mendengar jawaban gurunya itu karena mata Langit saat bilang sudah memiliki calon istri terus menatap lurus ke arahnya, " Ini guru baru bisa banget bikin muridnya baper. pliss lo jangan sampai ikutan baper Ega," Ucap hati kecilnya. Siswi perempuan yang ada di kelas itu langsung berseru "YAAAAAHHHHH" dengan kompaknya kecuali Ega dan teman di sebelahnya. Langit yang mendengar itu langsung tersenyum kecil. "oke, sebelum mulai ke pelajaran. Saya mau tahu, katanya ada siswi baru di kelas ini, Benar?" tanya Langit yang masih pura-pura tak mengenali calon istrinya itu. "Benar pak. Nama siswi barunya Ega, Pak" jawab ketua kelasnya yang ternyata bernama Arifano tapi biasa di panggil Arif. "Boleh ke depan,? Memperkenalkan diri kembali karena saya ingin kenal juga." Tanya Langit sambil menatap ke arah Ega. Tanpa menjawab iya atau gak, Ega langsung berjalan menuju ke depan dengan langkah sedikit malas untuk menghampiri gurunya itu. "Hi... kalian pasti sudah kenalkan nama gua, tapi berhubung gua di suruh memperkenalkan diri lagi jadi gua mau memperkenalkan diri gua lagi ke kalian jadi jangan protes oke,!" Kata Ega cuek dan malah mendapat kekehan dan acungan jempol dari teman sekelasnya. " Perkenalkan nama gua Athaya Radega S, kalian bisa panggil gua Ega. Sudah kan. Gak ada yang mau tanya,?" Lanjutnya dengan gaya santai. Langit yang menatapnya dari samping sambil menyandarkan bokongnya di meja pun langsung tersenyum saat mendengar ucapan perkenalan ala Ega yang menurutnya justru terlihat unik. "Gue dong mau tanya" ucap siswi yang bernama Sifa. "Lo Mines ya?" Lanjutnya. Kerutan dahi Ega langsung terlihat di dahinya karena mendengar pertanyaan Sifa yang menurutnya gak bermutu banget, "enggak. Mata gua normal" jawab Ega santai. "Lo pakai kaca mata buat gaya-gayaan aja? Atau lo Nerd yang gak mau mengakui diri lo Nerd kaya di novel-novel,?" lanjut siswi yang bernama Anisa ikut bertanya. "Bukan buat gaya. Tapi buat jaga mata gua biar gak rusak karena terlalu lama berada di depan monitor. Memang gua tadi bilang gua nerd,?" Tanya Ega balik. "Enggak sih" ujar Anisa "Ya berarti memang gua bukan Nerd" balas Ega dengan santainya. Langit yang memang sejak tadi membiarkan tanya jawab itu pun hanya bisa geleng-geleng kepala, pasalnya gadisnya itu pandai sekali menjawab. Oh ya jangan ada yang keberatan kalau Langit memanggilnya gadisku karena mulai saat ini Ega telah dia resmikan sendiri untuk menjadi gadisnya. "Lo pindahan dari mana sih Ga,?" Tanya Robi siswa cowok yang satu-satunya memiliki kumis di kelasnya. "Dari Bandung. Kenapa?". "Lo bisa Bahasa Sunda dong" balas Robi. "Sedikit..." jawab Ega sambil mendekatkan ibu jari dan jari telunjuk di depan wajahnya. "Lo kok sedikit. Katanya orang Bandung." protes siswa berbadan jangkung yang Ega ketahui bernama Rifal. "Siapa bilang. Gue bukan asli orang Bandung Fal," jawabnya yang langsung membuat siswa dikelas itu mendengus. Kalian jangan heran jika melihat Ega terlihat sudah akrab bahkan mengenal beberapa siswa atau siswi di kelas barunya, karena memang sebenarnya dia adalah orang yang pandai bersosialisasi baik di lingkungan lama maupun di lingkungan baru seperti saat ini. "Gila, anak buah ngeselin gua bertambah satu," decak Arif sang ketua kelas, yang memang mengetahui betapa mengesalkannya teman sekelasnya itu. Kekehan kecil langsung terlihat di bibir milik Langit, pasalnya gadis kecilnya ini sangat lucu dan unik menurutnya, "Pak jangan ketawa aja. Saya boleh duduk gak.? saya udah pegal berdiri terus" ucap Ega sambil menatap Langit malas. Kekehan Langit langsung terhenti dan di gantikan dengan senyuman kecil di bibirnya. "silakan kamu kembali ke kursi kamu, Ega." jawab Langit yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Ega. "Lucu banget sih calon istri mungil gua" kata Langit di dalam hati. "Oke guys, kita mulai acara belajarnya oke???" Ucap Langit dengan senyuman yang tak pernah luntur semenjak dia masuk ke kelas XII.TKJ.B. "OKE PAK" jawab mereka serentak. "Oke sekarang kalian buka buku modul halaman 12 tentang Ubuntu dan cara menginstal virtual Box untuk PC atau laptop milik kalian.........." ucap Langit terus menjelaskan bahkan mempraktikkan satu persatu siswa/inya yang kini sedang asyik belajar menginstal virtual Box agar bisa di gunakan untuk mengadministrasi server menggunakan linux debian. Penjelasan demi penjelasan terus di sampaikan oleh Langit dan langsung pula di praktikan oleh semua anak muridnya hingga tak terasa kini bel jam istirahat telah berbunyi. Langit atau kini lebih sering di panggil Pak Langit oleh siswa/i langsung menyudahi penjelasannya dan mempersilahkan semua siswa/inya untuk beristirahat dan makan di kantin, sedangkan dirinya sendiri masih sibuk membereskan peralatan mengajarnya mulai dari in fokus sampai laptop serta buku-buku modul miliknya. "Pak butuh bantuan?" Langit langsung menoleh ke sumber suara dan betapa terkejutnya dia saat melihat ke arah orang yang berbicara, karena Ega kini juga berada di sisi samping yang berbicara itu. "Apa kalian mau membantu saya?" Tanya Langit balik sambil tersenyum kecil lebih tepatnya dia tersenyum kecil ke Ega. "Em...iya pak. Iya gak Ga,?" jawab siswi yang di panggil Tasya itu, sambil menyenggol lengan Ega yang masih menatap Langit dengan tatapan yang sulit di artikan. "Iya" balasnya singkat. In fokus yang tadi sudah di rapikan Langit diberikan langsung kepada Ega, sedangkan siswi yang bernama Tasya di berikan gulungan kabel dan kabel penghubung yang di gunakan untuk menghubungkan dari in fokus ke stok kontak listrik. Setelah itu mereka berjalan beriringan atau lebih tepatnya Ega dan Langit jalan bersisian sedangkan Tasya berjalan di depannya menuju ruang Ketua Program Studi untuk menyimpan infocusnya. "Terima kasih" ucap Langit saat mereka sudah keluar dari ruang Ketua Program Studi untuk menaruh peralatan mengajarnya. "Sama-sama pak, ya Sudah kalau begitu kami berdua permisi dulu" balas Tasya sambil tersenyum sopan, sedangkan Ega hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda mohon pamit. Langkah Ega langsung berhenti saat dia merasa lengannya di tahan oleh seseorang, dan saat dia berbalik benar saja. Kini tangannya sedang di cekal oleh Pak Langit, "Sepulang sekolah datanglah ke ruangan saya," pinta Langit. "Iya, permisi" balas Ega sambil melangkah menyusul Tasya, meninggalkan Langit yang kini masih menatapnya. Dia terpaku saat mendengar nada bicara Ega yang cuek bahkan bisa di bilang nada bicaranya berubah 180° dari saat tadi di dalam kelas. "Ada apa dengannya? Kenapa jadi secuek itu,?" Gumam Langit sambil menatap punggung Ega hingga tubuh mungilnya hilang di makan jarak dan tak terlihat lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD