Mr. T 3

1418 Words
Seusai bel pulang berbunyi Ega segera mengemasi peralatan tulisnya ke dalam tas, karena dia harus cepat-cepat ke ruangan guru kejuruan barunya yang tadi menyuruhnya untuk datang ke ruangannya. Saat Ega baru melangkah keluar kelas tiba-tiba saja Tasya memanggil namanya " Ga, lo mau pulang bareng Gua enggak,?" Tawar Tasya yang kini berjalan di sisi kanannya. "Gak lo duluan aja. Lagian gua juga di jemput sama sopir," balas Ega sambil terus. "Oke, gua duluan ya, bye." ujar Tasya dan setelah itu di langsung melesat meninggalkan Ega yang kini sedang bingung, karena dia tak tahu ruangan Pak Langit terletak dimana. "Ya tuhan. Kenapa tadi Gue gak tanya ya sama tuh guru dimana letak ruangannya" desis Ega masih terus mencari ruangan Pak Langit. Seringaian khas milik Ega langsung tercetak jelas di bibirnya saat melihat Rifal - Teman barunya yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ega segera melangkah menuju Rifal yang ternyata sedang bersama dengan seorang siswi, mungkin itu pacarnya Rifal. Pikir Ega "Fal.." panggil Ega yang langsung membuat Rifal menoleh ke arahnya bersamaan dengan siswi yang menatapnya dengan tatapan bertanya. "Loh. Lo belum pulang Ga?" Tanya Rifal heran. "Gue masih di sini berarti gua belum pulang Fal." Dengus Ega sambil Memutar bola matanya malas "..Fal tolongin Gua dong sebentar aja" lanjut Ega sambil memasang wajah sok manis pada Rifal. "Tapi...cewek gua.. eh...maksudnya.." " Hi, gua pinjam Rifal bentar ya. Entar Gue balikin kok. Boleh gak?" Potong Ega dengan bertanya langsung Pada siswi itu, sedangkan Rifal sendiri hanya menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Eh. Boleh kok Ka" jawab siswi itu bingung bercampur kikuk. Ega langsung menarik lengan Rifal agar dia segera beranjak dari tempatnya berdiri saat ini, “ayo Fal, Sudah di ijinin tuh" Rifal hanya bisa menghela nafas melihat ke absurdan teman kelas barunya " Pinjam bentar ya nanti aku balikin dalam ke adaan utuh kok" teriak Ega sambil menarik Rifal untuk melangkah menjauh dari ceweknya. Siswi tadi yang melihat kelakuan Ega hanya memasang wajah heran. Sedangkan Rifal kini hanya bisa mencibir Ega tanpa suara. "Fal ruang Pak Langit di mana sih? Tunjuki dong?" Ujarnya setelah mereka cukup jauh dari posisi Rifal tadi. Rifal langsung menaikkan alisnya saat mendengar pertanyaan Ega "mau ngapain lo ke ruangan Pak Langit,?" Tanya Rifal menyelidik. "Gak ngapa-Ngapain ish. Tadi Gue di suruh ke ruangannya sama dia" jelas Ega. Yang di tanggapi Rifal dengan ber'oh' ria. "untung aja tadi gua sempat Tanya-tanya sama Pak Langit, jadi gua tahu ruangannya dimana sekarang.." ucap Rifal yang seolah-olah merasa bangga karena sudah tahu ruangan Pak Langit, " ayo Gue tunjukin" sambungnya. Ega sendiri kini hanya mengekori Rifal dari belakang sambil melihat sekeliling dan tak berapa lama langkahnya dan Rifal terhenti di depan ruangan yang berdekatan dengan ruangan Kepala Sekolah. " Ini ruangannya." Tunjuk Rifal pas di depan ruangan Wakil Kepala Sekolah. Anggukan kepala langsung terlihat di kepala Ega "oke, ya Fal. Bilang juga Maaf Ya., dari Gue untuk pacar lo" ujar Ega sambil menepuk bahu lebar milik Rifa. "Oke, tapi dia buka cewek Gue Ga,." balas Rifal yang tak terima kalau siswi tadi atau lebih tepatnya adik tingkatnya itu di sebut-sebut sebagai ceweknya. Gidikkan bahu langsung di berikan Ega "itu urusan lo. Gue gak peduli" ucap Ega dengan enteng. Dengusan kesal langsung terdengar dari Rifal "Sudah Akh. Gue mau balik ke sana lagi. Bye Eganya Rifal" ujar Rifal dengan gaya menggodanya seperti Om-Om hidung belang. Ega yang melihatnya hanya menggidik ngeri dan lebih memilih beralih untuk mengetuk pintu ruangan Pak Langit. Tok...tok...tok.. "Silakan masuk" jawab seseorang yang Ega yakini itu suara Pak Langit yang mempersilahkannya masuk kedalam ruangan. Pintu ruangan Pak Langit langsung Ega dorong dan dia segera melangkah ke dalam ruangan Ega dengan wajah malasnya. "Ekhm. Ada apa Bapak memanggil saya ke sini?" Dehem Ega untuk mengalihkan fokus Pak Langit dari laptop miliknya. Alih-alih menjawab pertanyaan Ega, justru Langit malah mempersilahkannya untuk duduk dan tak menggubris pertanyaannya tadi "silakan duduk" ucapnya. Cibiran untuk Langit langsung meluncur lagi di bibir Ega dengan suara lirih tapi sayangnya Dia masih bisa dengan jelas mendengar cibiran Ega untuk dirinya "Gue tanya apa, jawabannya apa. Dasar laki-laki minim ekspresi" Kini langit sendiri sedang menahan senyumnya agar tak terlihat oleh Ega, sebenarnya dia ingin ketawa saat mendengar cibiran Ega yang mengatakan kalau dirinya itu minim ekspresi. "saya akan mengantar kamu pulang" ujar Langit tiba-tiba yang membuat Ega membelalakkan matanya. "Eh. Saya di jemput sopir saya pak" jawab Ega cepat karena jujur dia tak mau berlama-lama berurusan dengan Guru barunya itu karena auranya membuat bulu kuduk Ega merinding. Tanpa memedulikan jawaban dari Ega, kini Langit malah bangkit dari kursi kebesarannya untuk melangkah ke arahnya dan menggenggam tangannya lalu menariknya keluar dari ruangannya menuju parkiran. "Ayo, kita pulang" ucap Pak langit tak terbantahkan. "Ikh. Lepas pak. Saya mau pulang sendiri." ronta Ega sambil terus mencoba melepaskan genggaman tangan Pak Langit dari tangannya. Tapi sayang, genggaman tangan Langit jauh lebih kuat dari tenaga yang di miliki Ega dan kalu sudah begini Ega hanya bisa pasrah dan berdoa semoga tak terjadi apa-apa pada dirinya nanti. "Apakah Ibumu ada di rumah?" Tanya Langit setelah lama mereka bungkam dalam keheningan di dalam mobil yang tengah melaju di jalan raya. "Eung. Ada kayanya" jawab Ega sambil melihat jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. "Oke" gumam Langit di iringi dengan senyum yang sulit di artikan. Tapi sepertinya Ega tak menyadari itu karena kini dia malah sedang fokus menatap layar ponselnya yang sedang menampilkan percakapan teman sekelas di sekolah barunya. *** Setelah beberapa menit akhirnya mobil yang di kendara Pak Langit tiba juga di rumahnya tapi anehnya kenapa Dia tahu alamat rumahnya, padahal Ega tadi tidak menyebutkan alamat rumahnya pada Gurunya itu. "Ayo turun" ujar Pak Langit masih dengan wajah minim ekspresinya. "Eh tunggu. Ko Bapak bisa tahu alamat rumah saya?" Tanya Ega menyuarakan rasa bingung yang baru saja terlintas di otaknya. Langit langsung menaikkan sebelah alisnya sambil berkata "saya sengaja mencari alamat rumahmu di berkas siswa/i milik kamu" Wajah Ega langsung berubah Bengong saat mendengar jawaban santai Gurunya itu,” begitu niatkah Ini Guru nganterin Gue pulang" ujarnya dalam hati. "Hay, ayo turun" ujar Pak Langit lagi sambil melambaikan tangan di depan wajahnya untuk membuyarkan aksi melamun singkatnya. Sebenarnya Langit sendiri ingin sekali tertawa saat melihat wajah cengo Ega saat mendengar jawaban dari dirinya tadi. Tapi berhubung dia sedang mode minim ekspresi jadinya yang di tampilkan ya hanya wajah datarnya saja. "Loh, Bapak kenapa ikut turun?" Ucap Ega yang bingung karena sekarang Gurunya itu ikut-ikutan turun dari mobil. " Saya mau ketemu mamah kamu" jawabnya enteng sambil terus melangkah menuju pintu utama rumah Ega. Ega sendiri hanya bisa mengeram kesal dan setelah itu kembali menghela nafasnya agar emosinya tak meledak sekarang juga, saat melihat guru minim ekspresinya itu dengan seenak jidatnya mau menemui Mamahnya. "Yang punya rumah siapa? Yang masuk duluan siapa?" Gumam Ega sambil mengekori Langit yang kini malah sedang menahan senyum mendengar gerutuan gadisnya. "Ega,? Baru pulang?" Ega langsung menoleh ke arah dapur saat mendengar suara Mamahnya memanggil namanya. Tanpa peduli dengan Langit yang masih berdiri di ruang keluarga, Ega langsung melangkah mendekat ke arah Mamahnya. "Iya, Mamah baru pulang juga,?" Ujar Ega sambil mencium bibir Mamahnya tanpa merasa malu atau risi pada Langit yang kini sedang menatap mereka. " Mamah sudah sejak tadi pulangnya sayang," jawab Deya sambil melangkah menuju ruang keluarga, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat seorang pria muda yang sedang berdiri di ruang keluarga sambil menatap ke arah Dirinya dan Putrinya "Ega, Pria ini siapa? ..oh ya silakan duduk" Tanya Deya sambil mempersilahkan Langit untuk duduk. "Dia..." "Perkenalkan nama saya Langit Galaksi." ucap Langit memotong ucapan Ega dan langsung memperkenalkan dirinya pada Deya secara langsung, sedangkan Ega hanya mendengus kesal karena ucapannya di potong dengan seenak jidatnya saja. "Gak sopan" dengus Ega sambil melangkah meninggalkan ruang keluarga. "Ga mau ke mana? Ada tamunya juga" ucap Mamahnya yang langsung menghentikan langkah Ega. Ega langsung membalikkan badannya ke arah Mamahnya " Aku mau ganti baju dulu Mah," Deya langsung mengangguk mengerti dan dia kembali fokus pada Langit untuk menanyakan ada apa hingga putrinya di antarkan pulang olehnya. "Nak Langit, Tante boleh tanya?" Tanya Deya membuka percakapan mereka. Wajah Langit langsung menatap Mamahnya Ega dan kepalanya mengangguk kecil "boleh Tan" jawabnya. "Kamu kok bisa kenal Ega?" "Kebetulan saya Gurunya Ega di sekolah" Dahi Mamahnya Ega langsung menyerengit saat mendengar jawaban Langit yang menurutnya aneh "oh, Nak Langit sebenarnya ada Tujuan apa mengantar anak Tante pulang?" Tanya Mamah Ega to the point. Senyum samar langsung tersungging di bibir Langit, dirinya yakin jika Mamah dari gadisnya itu pasti sudah mengenali nama marga yang ada di belakang namanya " tujuan saya mau membicarakan sesuatu sama Tante, tapi sepertinya tante sudah mengetahui saya ini siapa" Ucap Langit masih dengan senyuman samar namun banyak memiliki arti. "Mem...bicarakan a...pa?" Tanya Mamahnya Deya dengan tatapan mata penuh ke waspadaan. Sekarang dirinya makin yakin kalau Mamahnya Ega dan Ega adalah menantu dan cucu asli dari keluarga Senjaya, karena terlihat jelas dengan tatapan waspada yang di pancarkan oleh mata Mamah dari gadisnya itu "Membicarakan masalah........."  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD