Mr. T 4

1021 Words
Senyuman di bibir Langit tak kunjung hilang sejak tadi dia pulang dari rumah muridnya atau lebih tepatnya rumah muridnya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Dia akhirnya dapat bernafas lega karena ternyata Ega benar-benar cucu tunggal yang sah dari keluarga Senjaya yang selama ini menghilang bersama mamahnya. Langit sudah menjelaskan semuanya pada Deya atau lebih tepatnya Mamahnya Ega jika dia adalah laki-laki yang di jodohkan oleh Ega sejak Ega lahir oleh kedua kakek mereka, awalnya Deya sempat tak mau percaya dengan ucapannya pasalnya setelah satu minggu dia melahirkan dengan di temani oleh sang Ayah Mertuanya dia lebih memilih meninggalkan keluarga Senjaya karena demi keselamatan Putrinya dan dia tak menyangka jika ayah mertuanya ternyata sudah menata kehidupan untuk Putrinya. Tapi setelah mendengar bujukan dan rencana dirinya yang akan mempertemukan Mamahnya Ega dengan Kakek Senjaya akhirnya Mamah Ega mengiyakan meskipun masih terdengar nada ragu. Sedangkan Ega sendiri sengaja masih belum di beri tahu karena dari penjelasan yang Mamahnya berikan Ega tak pernah mau membahas masalah keluarganya bahkan dia tak mau menyebutkan nama marganya sendiri. Saat Langit masih terus berkutat dengan pikirannya, tiba-tiba saja ada yang menepuk bahunya pelan tapi itu semua berhasil membuatnya menoleh ke sumbernya. "bagaimana? Kamu masih mau menolaknya,?" Tanya Angkasa atau lebih tepatnya Papahnya sendiri. "Tidak, Aku menerimanya," jawab Langit mantap yang langsung di sambut kekehan Angkasa. "Kenapa tiba-tiba kamu mantap menerimanya, Hm?" Tanya Angkasa sambil suduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Langit. Senyuman langsung terbit di bibir Langit bersamaan dengan ucapan yang keluar dari bibirnya" Dia anak yang menarik, bahkan aku sudah menemui Mamahnya." Angkasa sempat terkejut saat mendengar jawaban sang Putra jika dia sudah menemui Mamah dari gadis yang akan menjadi istrinya tapi dia yakin jika putranya itu pasti berhasil meyakini mamah dari gadis itu, "kamu berhasil meyakininya,?" Tanya Angkasa untuk memastikan.. Anggukan kepala langsung di berikan Langit sambil berkata, "ya, tapi belum sepenuhnya" "Kenapa?" "Karena aku harus mempertemukan Kakek Senjaya dengan mereka" "Tapi bagaimana dengan gadis itu? Apa di sudah tahu jika kamu calon sumainya,?" Tanya Angkasa kembali ke topik. "Belum, nanti ketika pertemuan dengan Kakek Senjaya aku akan memberi tahunya. Mungkin" Angkasa bangkit dari duduknya sambil berkata "semoga berjalan lancar, karena Papah dan Mamahmu sangat menginginkan Ega menjadi putri kami." Lalu setelah itu Angkasa langsung berlalu melangkah meninggalkan Langit yang masih setia bergulat dengan pikirannya, sepertinya. "Bukan hanya Mamah dan Papah yang menginginkan Ega menjadi menantu, tapi aku juga menginginkan Ega menjadi gadisku, wanitaku, miliku. Ya hanya Milikku" ucap Langit di dalam hatinya penuh kemantapan. **** Pagi ini Ega sudah berada di dalam mobil bersama Mamahnya untuk menuju ke sekolah Ega tentunya, tapi anehnya saat ini di dalam mobil sangat hening tanpa ada percakapan seperti biasanya dari pasangan ibu dan anak itu seperti biasanya. Sebenarnya Ega sendiri sudah tak betah ingin membuka suaranya tapi entah mengapa dia masih canggung apa lagi mengingat obrolannya semalam berdua dengan Mamahnya tentang pertemuan mereka hari ini dengan keluarga Senjaya atau lebih tepatnya dengan Kakek Senjaya. Saking asyiknya Ega dengan bayangan percakapannya semalam dengan Mamahnya dia sampai tidak sadar kalau kini mobil yang di kendarai Mamahnya sudah berhenti di depan gerbang sekolah. "Ega, sayang. Kita sudah sampai" ucap Mamahnya ambil memegang bahu anaknya yang sedang asyik melamun itu. Ega yang tadinya masih berada di dunia lamunannya langsung tersentak kaget saat tangan Mamahnya mendarat di bahunya. "Sudah sampai?” tanya Ega sambil melihat ke luar jendela "..ya sudah Mah, aku pamit masuk sekolah dulu" lanjutnya sambil meraih tangan orang tuanya dan menyalaminya dengan takzim. Deya- Mamahnya Ega langsung membalasnya dengan mencium dahi putrinya sayang sambil berkata, "sayang, jangan lupa nanti pulang sekolah Mamah jemput kamu untuk bertemu Kakek" Helaan nafas kasar langsung keluar dari bibir Ega, "oke Mah, aku masuk ya" balasnya sambil tersenyum kecut. Setelah dia mendapat anggukan kepala Mamahnya, Ega segera keluar dari mobil dan melangkah menuju ruang kelasnya saat ini. Sesampainya di dalam kelas Ega langsung duduk di tempatnya tanpa membuka suaranya meskipun teman sekelasnya mengajaknya bicara. "Ga lo kenapa?" Tanya Tasya yang ikut duduk di samping Ega. "Gak kenapa-kenapa" balas Ega sekenanya. "Dasar cewek, kalau di tanya ada apa pasti bilangnya gak papa tapi nyatanya di balik kata gak papa itu ada apa-apa" ujar Rifal yang ikut nimbrung duduk di dekat Ega dan Tasya. "Lo curhat " balas Ega sambil menatap wajah Rifal malas. "Gak, itu kenyataan beb " ucap Rifal dengan gaya khas playboynya. "Ya iya lah itu kenyataan orang lo sering mengalaminya. Ya kan Fal,?" Timpal Roby yang ikut bergabung bersama mereka. "Apaan sih lo. Gak lah" elak Rifal, sedangkan Tasya dan Roby malah tertawa melihat kelakuan Rifal yang berusaha mengelak fakta yang di bilang oleh Roby. "Dasar playboy" desis Ega sambil tersenyum miring. Roby dan Tasya langsung kembali ngakak saat mendengar desisan Ega sedangkan Rifal memasang wajah cemberutnya karena desisan Ega. "Yah, kayanya jurus playboy lo gak mempan sama Ega, Fal. Gimana dong?" Ledek Tasya dengan wajah yang di buat sok sedih. "Gak papa. Yang penting gua bisa dekat sama bebep gua. Ya gak Ga?" Ucap Rifal sambil menaik turun kan alisnya. "Iya, selama lo masih wajar si gak papa" balas Ega santai. "Yah si Ega mah gak asyik" dengus Roby yang sepertinya lebih suka Rifal tersakiti . asyik bahasanya. "Hasutan lo gak mempan kumis. Ega kan My soulmate" ujar Rifal dengan bangganya. Sedangkan Ega dan Tasya hanya menggelengkan kepala melihat debat dua sahabat yang kini sedang duduk di dekatnya. Untung saja bel jam pelajaran berbunyi jika tidak mungkin perdebatan Rifal dan Roby akan terus berlangsung. ***** Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu semua siswa kelas XII.TKJ.B yang baru selesai melakukan pelajaran kejuruannya pun langsung bergegas meninggalkan kelasnya begitu juga dengan Ega dan Tasya yang sudah berjalan menuju parkiran. Saat sampai di parkiran mata Ega langsung tertuju ke arah Mamahnya yang terlihat sedang mengobrol dengan seseorang yang dia kenali sebagai gurunya yakni Pak Langit. "Ga, gua duluan ya. Atau lo mau bareng aja?" Ucap Tasya yang membuat dia menoleh ke arah temanya itu. "Oh, Terima kasih. Gue sudah di jemput kok" balas Ega. "Ya Sudah gua duluan ya" setelah Tasya sudah pergi, Ega langsung melangkah kan kakinya menuju ke arah Mamahnya. "Mamah.." panggil Ega sambil berdiri di samping Deya. langit dan Deya langsung kompak menoleh ke arah Ega, " Ega, yuk masuk mobil, biar kita langsung ke tempat janjian." Ucap Deya yang langsung di angguki putrinya itu "..yuk nak Langit" lanjutnya. "Iya Tan, ayo." balas Langit langsung masuk mobilnya dan langsung mengendarai mobilnya mengikuti mobil Mamahnya Ega yang terlebih dahulu melaju di depannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD