Bab 87 - Upacara Berlangsung

1086 Words
Sampailah mereka di dalam ruangan untuk memulai upacara. Ruangan itu sangat gelap sebelum Mr. Six mulai menghidupkan obor-obor di setiap sisi ruangan. Mr. Pella dan Mr. Cat langsung menuju altar di tengah ruangan. Mereka menghentakkan kaki mereka saat berjalan ke atas. Ketukan yang sama saat keturunan istimewa bernyanyi.  Keturunan istimewa langsung duduk di tempat duduk mereka sesuai dengan simbol keluarga mereka. Mr. Six masuk ke ruangan kecil di sisi ruangan itu. Ia mengambil jubah hitam bagi setiap keturunan dan juga Mr. Pella, kecuali Mr. Cat. Setelah itu, Mr. Six memakai jubahnya dan memakai penutup kepala. Setelah Mr. Six menutup kepalanya, semua keturunan dan juga Mr. Pella menutup kepala. Sebelumnya ia sudah menyiapkan darah domba di bak darah yang ada di ruangan sebelah. Ia hanya menunggu saat darah itu akan dituangkan. Ia mulai membakar dupa di atas altar. Pelayan mulai memainkan Ocarina dan penari laki-laki mulai menari dengan bunga-bunga di atas kepala mereka. Jari-jari mereka menggenggam daun-daun palem beserta penutup celana yang terbuat dari daun itu. Mereka berputar dan menggerakkan tangannya ke atas dan bawah, mengelilingi altar.  Suara Ocarina berubah sedikit demi sedikit, terdengar lebih berat dan semakin keras. Pelayan-pelayan lain duduk mengelilingi altar piramida itu dengan bentuk tubuh seperti seseorang yang sedang bersemedi. Mereka akan melakukan ini selama semalam suntuk bahkan setelah upacara selesai.  Mr. Six membawakan murid yang ditidurkan di tempat altar panggung yang disediakan. Ia meneteskan darah anak domba di lehernya. Lalu darah anak domba yang sudah disiapkan di bak mulai menetes dari atas mereka, hingga parit-parit kecil yang ada di lantai altar berjalan mengaliri setiap sudut membentuk sebuah tanda. Darah-darah itu mengenai ketiga patung, yaitu sepasang  patung ular Titanoboa, Sepasang manusia bertubuh gurita dan juga kupu-kupu raksasa.  Darah berubah menjadi hitam dan murid yang menjadi tumbal mulai kesakitan. Chery merasa ia bisa melihat bahwa mereka sedang mengorbankan seorang murid. Ia merasa murid itu adalah murid yang dikurung di dalam ruang bawah tanah yang sengaja dipenjara agar menjadi tumbal untuk upacara ini. Tapi, sayangnya tak ada yang bisa diperbuatnya. Seluruh tubuhnya dikuasai oleh cincin yang ada di tangannya. Ia tidak bisa melakukan apapun bahkan sekalipun itu perintah otaknya.  Mr. Six kini memukul gong beberapa kali di sebelah murid yang kesakitan itu dan sebuah roh berwarna hitam memasuki tubuhnya hingga ia terdiam seperti sudah mati. Pisau besar yang berada di atas anak itu langsung tertancap di lehernya memisahkan kepala dan tubuh. Darah-darah yang keluar kemudian ditampung di sebuah cawan kuning. Ada dua cawan yang menjadi wadah darah itu. Diletakkannya dua cawan itu di meja kecil di sebelah altar. Lalu Mr. Six dan Mr. Cat sujud tiga kali menunggu cawan itu diizinkan untuk minum. Mr. Six turun dari altar menebarkan asap dupa. Ia mendendangkan sebuah kidung tua sambil mengelilingi piramida dengan tarian-tarian pelayan yang semakin cepat. Sebuah mantera dibunyikan di sela-sela nyanyian dan mengatakan permintaan penambahan umur bagi yang meminum cawan.  Suara yang dibutuhkan untuk melakukan ritual itu, tidak hanya suara dari Mr. Six sebagai pemangku ritual. Maka, pelayan-pelayan membantu pemandu ritual menyanyikan kidung tua yang bersamaan dengan mantra-mantra kedamaian agar apa yang mereka lakukan tidak berdampak buruk setelahnya.  Asap dupa mulai memenuhi ruangan, kini Mr. Six tidak bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Ia mulai menari asal seperti orang yang kerasukan. Apa yang dikatakannya begitu cepat hingga tidak terdengar jelas.  Kini masuklah peran kesembilan keturunan. Mereka berdiri dari tempat duduk nya dan menghadapkan kepala dan tangannya ke atas. Mereka menyanyikan sesuatu yang tidak dimengerti lagi dan mengayun-ayunkan tangan mereka. Suara indah itu membuat Mr. Six yang kehilangan kendali berhenti dan kembali ke atas piramida.  Sesajen anak domba mulai diletakkan. Bunga-bunga mulai ditebar pelayan. Tarian mereka masih berlanjut. Pelayan-pelayan yang berperan duduk mengelilingi piramida sekarang mengikuti irama tangan kesembilan keturunan. Angin kemudian bertiup kencang, entah dari mana seperti angin p****g beliung yang memutar, memutari seluruh yang ada di situ.  Mereka mengganti gerakan tangan mereka yang melambai-lambai menjadi menggerakkan tangan ke atas dan bawah secara perlahan.  Mr. Six yang di atas altar membacakan mantra lain hingga ke tiga patung bergetar lalu bercahaya. Setiap keturunan istimewa kemudian menemukan permata keluar dari cincin mereka. Permata itu menjadi mata dari setiap cincin. Murid yang menjadi tumbal itu sedikit demi sedikit menyusut seperti seseorang sedang memakannya hingga yang tertinggal hanyalah tulang tengkoraknya.    Mr. Six mengangkat tangannya ke atas memohon permintaannya lagi. Menambah dupanya dan mengedarkannya lagi agar tersebar. Angin p****g beliung itu kembali berputar kuat yang membuat Mr. Six harus semakin keras membacakan mantranya. Mr. Cat dan Mr. Pella mematung benar-benar tidak bergerak seperti tidak ada lagi yang menggerakkan tubuhnya.  Alunan Ocarina berhenti. Penari-penari pun berhenti dan duduk membentuk sikap sedang bersemedi. Mulut mereka komat kamit dan taburan beras di percikkan dari atas altar oleh Mr. Six. Yang terdengar sekarang hanya alunan halus dari kesembilan keturunan. Mr. Six sekarang mengerti mengapa kesembilan keturunan itu harus memiliki setidaknya satu cewek. Chery ternyata berfungsi sebagai penyanyi nada tinggi dari alunan kidung para keturunan istimewa.  Suara petir terdengar kuat, padahal mereka sedang tidak berada di luar. Itu adalah tanda bahwa Ocarina harus dimainkan. Ocarina pun berbunyi memainkan lagu Song of Time. Ke sembilan keturunan duduk dan berhenti bernyanyi. Mereka hanya terlihat komat kamit dengan tangan yang digoyang-goyangkan.  Tulang-tulang mayat murid itu berubah menjadi permata dan dentuman entah dari mana datangnya berbunyi keras. Cawan yang menjadi tempat darah murid kemudian diperbolehkan diminum. Sambil meminum darah dari cawan itu, penari kembali bernyanyi tanpa henti dan berhenti setelah selesai melakukannya.  Sesi terakhir adalah penaburan bunga di setiap sudut ruangan. Mr. Six menaburkan bunga seraya Mr. Cat dan Mr. Pella minum cawan darah itu.  Mr. Pella dan Mr. Cat berteriak keras. Kulit mereka menghitam sejenak lalu kembali ke semula. Mereka sekarang mulai sadar. Upacara pun selesai. Mr. Pella melihat kulitnya dan merasa tubuhnya lebih sehat. Mr. Cat menyentuh tubuhnya dan merasa lebih nyaman dari sebelumnya. Ia tampak senang karena melihat tubuhnya lebih sehat dibanding sebelumnya.  Upacara yang sudah selesai pun ditandai dengan penaburan bunga yang sudah selesai. Mr. Six masih sibuk memandu para pelayan. Ia dan para pelayan akan berada di ruangan itu semalam suntuk untuk memastikan tidak ada yang terjadi selama upacara penyerahan penambahan nyawa itu.  Mr. Cat mulai membawa semua keturunan untuk keluar ruangan dan mengambil cincin-cincin mereka yang dihiasi permata waktu. Mr. Pella mengambil permata ke sepuluh di atas altar dan turun menuju ruangannya. Ia tersenyum karena melihat hasil yang didapatkannya. Dalam hati setidaknya ia mendapat waktu dan juga peluang untuk membuka pintu dunia waktu sewaktu anak dalam ramalan ditemukan.  Kesembilan murid pun di pulangkan di temani oleh seorang pelayan ke asramanya masing-masing. Mereka ditidurkan di tempat tidurnya dan tidak akan mengingat apapun yang mereka lakukan selanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD