Bab 100 - Ruangan Penyimpanan Data Sekolah Gifted

1961 Words
Chery duduk di taman telur setelah pelajarannya usai. Ia berpangku tangan melihat orang-orang berlalu lalang di depannya. Beberapa melihatnya sinis dan beberapa terlihat mengidolakannya. Ada juga yang dengan lantang menyapanya, ada juga yang menyindir. Tapi ia lagi tidak memiliki mood untuk menggunakan kekuatan One Punch Girl-nya untuk memberikan kedamaian sejati. Ia lebih memilih untuk memikirkan kutukan bagi keturunan acak. Ia sedang merenungkan beberapa kejadian yang terjadi baru-baru ini. Ia memikirkan tentang perasaannya sebagai keturunan acak yang tidak memiliki perasaan cinta. Ia juga memikirkan situasi saat murid-murid anggota forum tidak menyukainya karena bisa dekat dengan cowok-cowok terseksi yang ada di sekolah. Ia juga memikirkan tentang sikap Yin Sin, Will dan Panom yang datang menemuinya ke gedung sekolah dengan rasa khawatir. Ia hanya tidak mengerti apa yang terjadi. Ia tidak merasakan apapun saat ini. Ia tidak bisa mengetahui apa yang dia mau dan apa yang tidak diinginkannya.   Kata-kata Mrs. Slufi begitu mempengaruhinya. Wanita itu membuatnya tidak fokus lagi dengan tindakan yang akan dilakukannya. Ia menjadi tidak mengerti apa arti kehidupan. Padahal, sebelum bertemu dengan Mrs. Slufi, dirinya baik-baik saja dengan buku catatannya. Ia hanya tinggal menuliskan apa yang mungkin dirasakannya dan mencari bagaimana seharusnya reaksi orang yang normal terhadap situasi itu. Ia bertekad untuk mencari tahu kebenarannya. Ia ingin sekali mendapatkan informasi tentang keturunan acak yang pernah hidup sebelumnya. Dengan harapan ada seseorang yang sama dengannya dan bisa mengatasi perasaan yang tidak bisa digambarkan itu. Ia pun memiliki ide untuk menemui Mr. Cat ingin bertanya tentang darah yang mengalir di tubuhnya. Ia begitu penasaran, apakah benar ia tidak memiliki perasaan cinta di hatinya. Mr. Cat merupakan guru Gifted dan sering mengatur tentang keturunan itu bersama dengan kepala sekolah. Ia yakin Mr. Cat pasti mengetahui sesuatu tentang keturunan mereka. Chery berjalan dan mengetuk ruang guru. Tidak banyak guru yang berada di ruangan itu. Ia melihat tempat duduk Mr. Cat tidak lagi di tempat biasanya. Saat mencari, ia melihat Ohn berbicara dengan Mr. Cat di meja tengah di depan mejanya tempat ia duduk dulu. Ia mendekati Ohn yang membelakanginya, tidak tahu bahwa Chery berjalan menujunya. Ia langsung menyapa Mr. Cat hingga menghentikan percakapan kedua insan itu. Tak perlu basa-basi, dengan alis yang tampak lebih lurus daripada biasanya, hidung yang semakin mancung dan bibir yang ke depan. Ia tidak perlu segan mengucapkan keinginannya di depan Ohn. Yang ini dipastikannya adalah adakah guru yang mendengar pembicaraan mereka. Ia tidak mau guru-guru lain mendengar pembicaraan ini. Jadi sambil berbicara ia melirik ke sekeliling dan merasa guru-guru lain tidak memperhatikan mereka. Ia berkata kepada Mr. Cat. “Pak, saya ingin bertanya tentang keturunan acak sebelum saya.” Katanya.  Mr. Cat langsung tercengang. Ia melihat kedua muridnya itu tanpa mengatakan apapun. Ia bingung mengapa kedua orang ini datang tiba-tiba dan menanyakan hal-hal yang aneh.  “Yang satu menanyakan tentang kebiasaan kepala sekolah dan yang satu lagi menanyakan tentang keturunannya.” Ucap Mr. Cat lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berbenah menata buku-buku di depannya seolah-olah mau pergi. Ia berdiri.  “Pak?” Kata Chery yang merasa Mr. Cat akan pergi meninggalkan mereka tanpa jawaban. “Ikut bapak.” Ucapnya dan berjalan. Ohn dan Chery melambat. Ia menyeret Ohn ke dalam masalahnya secara langsung. Chery melihat Ohn dan menanyakan alasannya kenapa dia ada di ruangan itu. “Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Chery. “Aku sedang menjalankan misi saja. Bukankah kalian yang menyuruhku menjadi mata-mata?” Kata Ohn pelan. Kini saatnya Ohn yang mengintrogasi Chery. “Apa maksudmu dengan keturunan acak yang ingin kau ketahui?” Tanya Ohn menyipitkan matanya sambil memiringkan wajahnya ke arah Chery sambil berjalan.  Mr. Jeli baru saja mau masuk ke ruangan itu. Ia adalah wali tingkat dari Ilmu Budaya. Ia memakai gelang yang seperti jelly dan juga memegang sebungkus permen jeli di tangannya dan sebuah buku. Ia memakai baju berwarna pink dengan dasi hijau dan sepatu hitam kilat. Kacamata yang dipakainya berwarna kuning norak dan ia tersenyum kepada Chery.  “Apa yang kau lakukan disini? Mau menemui Bapak?” Tanya Mr. Jeli sambil menyingkirkan kacamatanya. Chery menyeringai dan dengan cepat berkata, “Bukan pak, saya mau menemui Mr. Cat dan Ohn. Chery langsung menunduk dan berpamitan. Dengan cepat ia pergi sambil menarik tangan Ohn. Sambil berjalan ia berkata, “Kita lihat saja dulu apa yang akan ditunjukkan oleh Mr. Cat nanti!” Dia mempercepat langkahnya mengikuti Mr. Cat yang sudah jauh berjalan.  Mr. Cat melihat ke belakang memastikan kedua murid itu mengikutinya. Ia melihat mereka dengan wajah sangar karena mereka tidak bisa mengikuti langkah kakinya. Setelah Chery dan Ohn lebih dekat, Mr. Cat menggerakkan kakinya lagi.  Mereka sampai di ruangan perpustakaan tetapi tidak memasuki pintu yang biasa dimasuki para murid. Mereka masuk dari pintu yang tampak tua dan kecil di sudut kanan gedung dengan rantai-rantai besar berseliuran. Mereka pun masuk dan disambut oleh debu dan sarang laba-laba yang tak terhitung banyaknya. Belum ada lampu di dalam ruangan itu.  Setelah mereka mengikuti Mr. Cat yang membawa mereka masuk, mereka melewati debu-debu dan juga sarang laba-laba. Tak jauh berjalan, sampailah mereka di ruang yang lebih besar. Meski banyak debu dan kotor, tidak membuat tempat itu pengap. Aroma yang dapat dicium pun tidak begitu sakit dihidung. Mereka merasa ruangan itu diberi pengharum ruangan.  Mr. Cat menghidupkan lampu ruangan yang cukup redup dan menunjuk ke tempat duduk untuk membaca. Ada meja besar yang terbuat dari kayu di tengah ruangan. Meja itu sangat besar dan panjang dengan jejeran kursi-kursi mengelilinginya. Lampu-lampu kecil juga menghiasi meja itu untuk menerangi dalam membaca. Setiap kursi akan memiliki satu lampu di depannya sebagai alat penerang. Mereka melihat ke arah lain. Mereka melihat banyak buku tua berderet di rak-rak mengelilingi ruangan. Buku-buku itu dipenuhi debu yang tebal tetapi masih layak untuk dibaca. Di dalam pikiran mereka, ada berapa banyak orang yang telah belajar di sekolah itu sehingga buku-buku yang terpanjang di sekeliling ruangan cukup banyak.  Mr. Cat mengambil sebuah buku dari rak di dekatnya. Buku itu tebal dan di depannya terdapat tulisan, ‘Laporan Para Siswa Gifted International School.’ Ia memberikan buku itu kepada Chery.  “Silahkan baca sendiri.” Ucap Mr. Cat.  Saat mendapat buku itu, mereka pun menjadi batuk karena hentakan dari Mr. Cat membuat debu-debu yang ada di buku itu berterbangan.  “Ini buku apa?” Tanya Chery sambil memegang bukunya. “Ini buku tentang siswa sebelumnya. Disana,” tunjukkan ke rak yang berbeda dari yang lain. “Untuk keturunan kalian, bisa dicari di rak itu.” Kata Mr. Cat. Ia menggelengkan kepalanya, tak tahu itu tanda dari apa. Sesuatu terlintas di pikirannya dan ingin menghilangkan pikiran negatif itu.  “Baik.” Ucap Chery yang merasa sedikit kelelahan karena harus membaca lagi. Ia sudah cukup banyak membaca karena proyek penelitian mereka. “Tak segampang yang kukira.” Ucap Chery menggelengkan kepala sambil merapatkan bibirnya. “Apa yang aku cari?” Tanya Ohn mendekati Chery. Ia tidak menjawab pertanyaan Ohn karena tersimpangkan oleh buku besar dan cukup berat yang ada di tangannya. Kini bajunya sedikit terkena debu karena menahan buku itu di tangan dan dadanya. Mr. Cat pun berencana meninggalkan mereka. Ia memberikan kunci ruangan itu dan memberinya izin untuk membaca di dalam. Ia berkata bahwa tidak ada orang lain yang boleh masuk ke ruangan itu selain mereka berdua. Ruangan itu adalah ruangan rahasia untuk menyimpan catatan bagi keturunan istimewa dan murid-murid yang pernah bersekolah disana.  “Baik pak,” mereka mengangguk sambil melihat Mr. Cat pergi.  Tinggallah Ohn dan Chery. “Aku akan membantu.” Ucap Ohn dengan semangat, meski jika ditanya ia tidak tahu apa yang akan dicarinya.  Chery duduk di meja yang disediakan. Ia menghidupkan lampu belajar kecil yang terletak di meja. Ruangan itu bukan seperti ruangan yang dipenuhi teknologi. Ruangan di sekolah ini memang bercampur-campur. Ada ruangan yang terlihat sangat canggih, tetapi ada yang dipertahankan tetap dalam bentuk aslinya hingga harus memakai obor.  Ohn pergi ke rak yang ditunjuk oleh Mr. Cat tadi. Ia melihat buku-buku itu sangatlah tebal. Ia sedang memilih buku yang lebih kecil agar tak perlu banyak membaca. Ia ingin membantu Chery, tetapi tidak rela jika harus membaca buku setebal satu jengkal tangannya juga. Ia merasa kasihan kepada dirinya sendiri karena bertemu Chery tadi. Keadaan ini membuatnya berada dalam situasi yang tidak menyenangkan.  Ohn kembali ke meja dan duduk berseberangan dengan Chery. ia menyeret kursi dan menghidupkan lampu yang ada di depannya. Ia butuh penerang tambahan karena tanpa lampu tambahan, cahaya yang dihasilkan tidak cukup. Diambilnya tempat duduk di sudut meja lain yang tak jauh dari tempat ia berdiri. “Aku tak menyangka, membaca di ruangan ini dengan lampu kecil, membuat ku lebih berkonsentrasi.” Kata Chery pelan. “Bisa jadi karena suhu di ruangan ini. Tembok-tembok yang besar dan terbuat dari batu juga membantu agar ruangan menjadi lebih nyaman!” Kata Ohn sambil memperhatikan tembok yang dibangun dengan susunan-susunan batu tanpa semen. Chery begitu serius memperhatikan buku yang dibacanya. Di dalam buku itu terdapat foto alumni murid-murid yang pernah bersekolah disana. Ia juga bisa melihat kelebihan dan kekurangan murid, proyek penelitian, dan nilai mereka. Ia cukup terpukau karena buku itu sangat detail membahas setiap murid. Di awal sekolah dibuka, tak banyak yang bersekolah disitu. Tetapi, di tahun kedua, sekolah itu memiliki banyak murid yang berkali-kali lipat dibanding di awal.   Ia melihat di lembaran selanjutnya bahwa ada tempat untuk keturunan istimewa. Ada tiga foto yang ada di lembar itu. Hanya tiga keturunan istimewa yang belajar di Gifted saat itu. “Keturunan Mullins, Acak dan Oyama.” Baca Chery. Ohn melihat ke arah Chery karena ucapannya. Ia merasa Chery sedang berbicara dengannya. “Apa maksudmu?” “Oh.. Aku sedang melihat keturunan istimewa. Lihatlah ini.” Kata Chery menunjuk ke buku itu. Ia memperlihatkan tiga siswa yang memakai baju sekolah Gifted, cukup jadul dibanding baju sekolah mereka sekarang, dan dibawahnya terdapat nama dan marga keturunan mereka.  “Keturunan istimewa di tahun itu hanya tiga orang. Wah, itu adalah kakek, ia tampak gagah sewaktu muda!” Kata Ohn sedikit kaget melihat gambar itu dan keturunan keluarga mereka yang sebelumnya. Chery mengangguk karena Ohn mengenal keluarganya di dalam foto itu. “Aku ingin mengetahui apa ada sesuatu yang dialami keturunan kami sebelumnya.” Kata Chery yang membuat Ohn penasaran.  “Apa yang ingin kau ketahui?” Tanya Ohn “Sesuatu yang tidak biasa.” Kata Chery tanpa melihat ke arah Ohn. Ia hanya menatap buku itu. Ohn menggaruk kepala dan tidak mengatakan apapun lagi. Chery melihat apa yang terjadi dengan murid keturunan acak itu. Ia hanya berfokus pada keturunannya saja. Ia tidak tertarik melihat keturunan Mullins dan Oyama. Ia membaca bahwa keturunan acak itu memiliki segudang prestasi. Ia merupakan murid terbaik di bidang ilmu alam, bidang olahraga karate, perancang beberapa mesin di sekolah dan juga membantu dalam pengembangan penggunaan balon terbang. Chery terpukau saat membaca tentang muridnya. Tetapi ia curiga mengapa di tahun ketiganya tidak ada keterangan lagi tentang nilai dan aktivitasnya. Dicobanya untuk mencari tetapi tidak mendapatkannya.  Ohn mengatakan sesuatu, “Keturunan kalian sangat complicated!” Chery melihat Ohn. “Apa maksud mu?” “Lihatlah ini, cerita tentang keturunan kalian. Aku belum semua membacanya, tetapi banyak kejadian yang k*****a bahwa keturunan kalian ini banyak yang bunuh diri. Lihat..” Kata Ohn Chery langsung membolangkan matanya. “Depresi?” Kata Chery setelah membaca sebagian dari cerita itu.  Ohn mengerti apa maksud dari apa yang Chery maksudkan. “Kalian keturunan istimewa memiliki kelemahan. Beberapa berarti bisa mengalami depresi yang sangat parah hingga ingin bunuh diri.” Ucap Ohn.  Chery mencocokkan nama dari murid yang bersekolah di Gifted dengan cerita yang sedang dibacanya. “Ini orang yang sama.” Kata Chery dan Ohn pun ikut memastikan itu. Ia sedikit khawatir tentang Chery. Ia mengingat bahwa Chery baru saja mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, karena itu ia merasa Chery ingin bunuh diri karena itu. “Bukan, aku tidak punya niat seperti itu.” Kata Chery. Lalu ia melanjutkan dengan nada lucu, “Belum..”  Ohn langsung membentak, “Cher!!” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD