Calon Mertua Menantu

1026 Words
Rupanya Banyu benar - benar serius dengan keinginannya mengontrak rumah Kakek Leandra selama setahun. Ia sudah melakukan negosiasi dan transaksi dengan Bapak. Bapak langsung setuju karena harga kontrak yang diberikan Banyu tergolong tinggi untuk ukuran sebuah rumah yang berada di desa. Apalagi letaknya sama sekali tidak strategis. Apa yang dilakukan Banyu sungguh aneh di mata Leandra. Tak biasanya Banyu sangat ringan tangan dalam mengeluarkan uang. Padahal biasanya ia sangat hemat — oh, maksudnya pelit. Ada apa gerangan dengan Banyu? Bapak sudah bertanya tadi, untuk apa Banyu menyewa rumah yang tidak akan ia tinggali? Banyu menjawab dengan hal yang sama seperti saat ia menjawab pertanyaan Leandra di Balai desa. Ia melakukan ini demi Leandra, dan demi seluruh warga desa. Tiga hari kemudian, Banyu menitipkan Langit, Awan, dan Jingga ke rumah Leandra. Alasannya, ia akan pergi cukup jauh, sehingga akan memakan waktu seharian. Ia pergi menjemput seseorang yang akan meninggali rumah milik Kakek Leandra yang dikontraknya, ke Bandara Juanda, Surabaya. Jingga kecil menangis keras karena tidak ingin ditinggal oleh ayahnya. Ia tidak mau turun dari gendongan Banyu. Ia ingin ikut dengan lelaki setinggi 173 cm itu. "Jingga sama Mbah kung dan Mbah ti dulu hari ini, ya! Ayah pergi sebentar, nanti pulang lagi." "A auuu!" ketus Jingga, kemudian menangis lagi. "Jangan gitu, dong, Sayang! Jingga anak pintar. Ayah cuman pergi sebentar, ya! Nanti sore ayah sudah pulang, kok." "A auuu! Iiii - uuuut!" Jingga memeluk ayahnya dengan erat. Langit dan Awan hanya diam memandangi ulah adik mereka. Mereka sebenarnya juga ingin ikut dengan Banyu. Tapi malu jika harus menangis dan merengek seperti Jingga. Leandra dengan cepat mengambil alih anak itu dari dekapan ayahnya. Awalnya Jingga meronta - ronta tak mau. Untung, Leandra punya sebuah jurus jitu. Leandra memutar video lagu Baby Shark yang saat ini sedang in. Namun bukan sembarang video lagu Baby Shark yang Jingga mau. Ada banyak versi video buatan fans dari lagu itu. Jingga paling suka dengan kompilasi video anggota boyband Korea, yang menggunakan lagu itu sebagai background musiknya. Jingga tidak akan mau jika bukan video yang itu. Jingga dengan cepat teralih perhatiannya. Ia langsung melepaskan Banyu begitu saja. Tak peduli lagi. Terserah ayahnya mau pergi ke mana. "Ya Allah, Nak. Mereka semua masih kalah ganteng sama Ayah. Tapi kenapa kamu tega mencampakan Ayah demi mereka?" Banyu malah bermain drama. Eh, sebenarnya ia benar - benar sedih, sih. Ini semua salah Leandra. Karena wanita itulah yang pertama kali menunjukkan video seperti ini pada Jingga. Namun Banyu tak bisa sepenuhnya menyalahkan Leandra juga. Ia sering sekali menitipkan anak - anaknya seperti ini. Leandra pasti bingung mencari jalan keluar tiap kali anak - anaknya rewel, terutama Jingga. Akhirnya, jadi seperti inilah si Bungsu, penggemar Oppa Korea, calon fangirl. "Nggak usah drama! Anak lo udah nggak peduli. Mau lo pergi ke ujung dunia sekali pun, dia nggak bakal gubris!" ledek Leandra. "Elu, mah, Le!" Banyu masih sedih. Ditambah perkataan Leandra memang benar adanya. Jingga sama sekali tak peduli. Pandangannya fokus menatap layar handphone Leandra, memperhatikan para Oppa, sambil sesekali tersenyum dan tersipu - sipu. Jingga sudah ada bibit - bibit jiwa fangirl. Mungkin nanti besarnya ia bisa jadi ketua fans club idol Korea. Sepertinya sih begitu. *** Banyu menepati janji dengan pulang tepat waktu. Dan ia benar - benar membawa seseorang bersamanya. Oh, jadi ini lah orang yang akan menempati rumah Kakek Leandra selama setahun. Seorang pemuda berperawakan tinggi, dengan balutan baju koko, dan juga sarung yang rapi. Rambutnya sedikit ikal, dan ia juga murah senyum. Ia bersikap sangat sopa ketika Leandra sekeluarga menyambut kedatangannya di rumah sang Kakek yang sudah kosong bertahun - tahun. "Assalamualaikum. Nama saya Abimanyu. Saya temannya Pak Banyu. Asli Surabaya, namun sudah lama tinggal di Jakarta." Ia mengucapkan salam perkenalannya. "Beberapa hari yang lalu, Pak Banyu mengutarakan tentang masalah yang terjadi di desa ini. Insyaa Allah, saya akan membantu." Baik Leandra, Bapak, atau pun Ibu saling berpandangan. Mereka kurang mengerti dengan maksud masalah yang diungkapkan oleh pemuda itu. Tapi dilihat dari tutur kata dan sikapnya secara keseluruhan, pemuda itu terlihat seperti seseorang yang sangat baik dan juga religius. Banyu tersenyum mendengar penjelasan dari temannya. "Kebetulan banget namanya sama kayak Paklik Abi, ya!" serunya sambil cengengesan. "Satunya Abimana, yang satu lagi Abimanyu. Kali aja suatu saat kalian bakal jadi mertua dan menantu!" Banyu tergelak mengakhiri kata - katanya. Banyu semakin puas kala melihat semburat merah di pipi Leandra. Ia yakin, seandainya tak ada orang lain di sini, Leandra akan memukulnya bertubi - tubi sampai badannya biru - biru semua. Mengingat Leandra sama sekali tak ada sungkan - sungkannya dengan Banyu. Bisa dikatakan hanya pada Banyu Leandra bisa benar - benar menjadi dirinya sendiri. Tanpa merasa gengsi. Tanpa berusaha terlihat baik - baik saja. Tanpa berusaha memalsukan dirinya sendiri. Romza yang saat ini sebenarnya sedang berdiri di samping Leandra, tengah memerhatikan Abimanyu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Romza bisa merasakan aura dan juga pancaran dirinya yang berwarna putih, yang berarti suci, yang berarti bahwa Abimanyu adalah orang baik. Namun ... Entah mengapa, Romza merasa gelisah dengan kehadiran Abimanyu di sini. Ia merasa bahwa Abimanyu adalah seorang ancaman baginya. Romza juga tak tahu apa sebabnya ia bisa berpikir begitu. Ditambah ... Abimanyu tengah menatap ke arahnya. Jangan bilang ... Abimanyu bisa melihatnya sekarang! Karena fakta itu, Romza semakin yakin bahwa Abimanyu adalah seorang ancaman. Timbul sebuah rasa dalam diri Romza untuk menyingkirkan Abimanyu secepat mungkin. Romza juga mendadak kesal pada Banyu yang dengan lancang membawa Abimanyu ke tengah - tengah mereka tanpa persetujuan semua orang. Banyu itu gila atau apa ? Harusnya ia tidak lancang seperti itu bukan? Merasa tak nyaman dengan tatapan Abimanyu yang menurutnya sangat mengintimidasi, Romza memutuskan untuk pergi. Ia segera menghilang dari sana. Dan Abimanyu masih menatap ke tempat Ronda tadi berada. Ia mengernyit, bingung dengan ke mana perginya Romza secara begitu tiba - tiba. Dengan ini Abimanyu jadi yakin dengan pikirannya. Karena tadi, jujur ia sedikit ragu. Ternyata sosok laki - laki yang berdiri di hadapan Leandra tadi, memang benar bukan seorang manusia. Abimanyu menggeleng, seolah tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Memikirkan alasan kenapa ini semua bisa terjadi? Kenapa Leandra bisa dicintai oleh sosok yang merupakan penghuni dunia lain seperti itu? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD