2. Emerald Ring

1892 Words
Meski ada tiga orang di dalam ruangan, tidak ada suara yang keluar sama sekali. Dave sibuk membakar pakaian dan senjata yang digunakan untuk membunuh target. Greg sibuk mengetikkan data di laptop miliknya. Estelle yang tidak memiliki pekerjaan lagi, hanya melamun menatapi api yang muncul di tong pembakaran. “Elle.” Dave menghampiri Estelle dan menyikutnya. Estelle tersadar dari lamunannya. Ia langsung menoleh ke arah Dave. “Apa?” “Kenapa?” tanya Dave. “Ada yang terjadi saat di hotel?” “Aku baru saja bertemu dengan orang itu,” jawab Estelle. “Orang itu? Siapa?” tanya Dave. “Orang yang membunuh orang tuaku,” jawab Estelle. Dave membuka mulutnya tidak percaya. “Di mana kau menemuinya? Di Hotel Niku?” “Iya, di lobi,” jawab Estelle. “Orang itu masih sama. Ia memakai penutup mata. Aku juga merasa mengenali cincin miliknya.” “Kau yakin? Bukannya banyak orang dengan penutup mata?” tanya Dave. “Selama ini aku lupa bagaimana suaranya. Namun, saat aku mendengar suaranya lagi, aku benar-benar mengingatnya. Ia pernah bicara padaku,” jawab Estelle. “Kau mendengar suaranya? Apa yang ia katakan?” “Dia berbicara melalui telepon. Ia berkata bahwa ia akan menemui seseorang sebentar lagi. Apa mungkin orang yang ia ingin temui adalah Kurt? Di jadwal, tertulis bahwa Kurt akan bertemu dengan ‘X’, bukan?” Estelle menjelaskan. Dave terdiam. Ia tampak tidak bisa berkata apapun. Setelah beberapa detik, ia bertanya, “Kau masih mau membalas dendam?” “Ya. Itu memang tujuanku sejak dulu, bukan?” ujar Estelle. “Berpapasan dengannya seperti ini membuatku merasa lega. Ternyata, tidak sulit untuk mencari keberadaannya.” “Kau tidak ingin merubah pikiranmu? Dia adalah orang yang berbahaya. Bahkan Kurt menyebutnya dengan nama samaran. Identitasnya tidak ditulis secara terbuka. Jika kau masih ingin melawannya, kau bisa terluka.” “Dave, aku sudah berjalan sejauh ini. Kau tahu sendiri bagaimana perjuanganku untuk sampai di titik ini. Semua orang berusaha melindungiku, merelakan nyawanya untukku. Lalu, aku hanya diam saja setelah mengalami semuanya?” “Aku selalu membantumu selama ini karena kau adalah sahabatku. Tetapi, aku tidak pernah setuju dengan keinginanmu untuk balas dendam. Semuanya sudah terjadi, sudah berlalu. Balas dendam tidak membuat nyawa orang tuamu kembali,” ujar Dave. “Aku takkan menyerah, Dave. Sejak dulu, yang ada di pikiranku adalah membunuhnya. Aku tidak peduli dengan hal lain,” jawab Estelle. “Dia terus mengincarmu. Sama sepertimu, dia pasti ingin membunuhmu jika menemukanmu. Untung saja kau berada di luar jangkauannya selama sepuluh tahun terakhir. Jika kamu menemuinya, menurutmu, apa yang akan terjadi?” “Aku harus membunuhnya lebih dulu agar tidak ada orang di sekitarku yang terluka lagi,” jawab Estelle tegas. “Aku kehilangan semua keluargaku.” "Ya, orang tuamu memang dibunuh olehnya. Tapi, kakakmu? Bagaimana dengannya? Bisa saja dia masih hidup," kata Dave. “Aku berharap begitu. Namun, sampai sekarang, aku belum menemukannya. Aku bahkan tidak tahu di mana keberadaan kakakku sekarang,” jawab Estelle. “Tapi, itu tidak mengubah kenyataan ia membunuh orang tuaku.” “Kak Elliot selama ini di Amerika, kan? Apa kau tidak ingin pergi ke Amerika saja untuk mencari kakakmu?” “Bagaimana aku bisa mencarinya di Amerika yang sangat luas? Aku juga tidak tahu bagaimana rupanya.” “Jika kau mempunyai sampel sidik jarinya, aku bisa mencarikannya untukmu,” kata Greg yang tiba-tiba bergabung dengan percakapan. “Jika aku mempunyainya, aku sudah memberikannya kepadamu sejak dulu,” jawab Estelle. “Kenapa kakakmu tidak kembali ke sini untuk membawamu bersamanya, ya?” tanya Greg. “Banyak kemungkinannya. Pertama, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarganya di sini. Kedua, ia mengira aku sudah mati. Ketiga, ia sudah ke sini namun tidak bisa menemukanku–” “Keempat, ia sudah mati,” lanjut Greg. Estelle menatap Greg dengan tajam. Dave yang melihatnya, berusaha berdiri di antara kedua temannya itu. Jika mereka berkelahi, mereka tidak akan berhenti hingga ada yang di ambang nyawa. “Sebentar, deh. Kalau dia bertemu dengan Kurt, apa yang akan mereka bicarakan? Kenapa Kurt dibunuh sebelum bertemu dengannya? Apa Kurt mempunyai informasi penting yang akan disampaikan padanya?” tanya Dave. “Baguslah kalau begitu. Orang itu menjadi gagal mendapatkan informasi,” jawab Estelle. *** Estelle membuka laci kecil yang ada di meja. Ia mengambil tiga lembar foto lalu menatapnya satu per satu cukup lama. Ia harus selalu melihat foto itu. Jika tidak, ia mungkin akan lupa bagaimana wajah-wajah orang yang ada di sekelilingnya dulu–mengingat ia sudah kehilangan mereka saat masih kecil. Foto pertama yang ia lihat adalah foto keluarganya. Terlihat ayah dan ibunya yang tersenyum gembira. Sedangkan dirinya dan kakaknya hanya terdiam. Mungkin karena mereka masih kecil, mereka belum tahu caranya berpose di depan kamera. Estelle kehilangan ayah dan ibunya karena insiden tiga belas tahun yang lalu. Ibunya adalah orang yang membantunya melarikan diri. Estelle masih mengingat jelas bagaimana Chester menembak ibunya. Di umurnya yang masih kecil, ia harus menyaksikan itu. Kakaknya, Elliot Luciano, berada di Amerika saat tragedi itu terjadi. Ia memang sudah tinggal di sana sejak kecil. Foto itu diambil sebelum kakaknya pindah. Sehingga, mereka berdua masih sangat kecil. Jika Estelle mencari kakaknya di waktu sekarang, akan sangat sulit. Ia tidak tahu bagaimana wajah kakaknya. Kemudian, Estelle melihat foto selanjutnya. Itu adalah foto seorang pria berumur dua puluhan dengan dirinya saat masih kecil. Ia ingat sekali namanyaㅡDaniel, bodyguard pribadi ayahnya. Pria itu sudah seperti keluarga baginya. Ia sering bermain dan berbincang dengannya. Namun, setelah pindah rumah, ia sudah tidak melihatnya. Yang ia tahu, Daniel juga dibunuh oleh orang yang sama dengan orang yang membunuh orang tuanya. Foto yang ketiga berhasil membuat mata Estelle berkaca-kaca. Terlihat wanita paruh baya dengan dirinya yang sedang tersenyum. Nama wanita itu adalah Lilliana. Ia menoleh sebentar ke arah kalender. Ah, besok adalah hari peringatan kematiannya. Lilliana sudah seperti ibunya sendiri. Ia adalah orang yang merawat Estelle setelah kehilangan orang tuanya. Namun, ia harus dibunuh karena tinggal bersama Estelle. Lagi-lagi, Estelle berhasil kabur dari kematiannya. Estelle paling merasa bersalah kepadanya. Andai Lilliana tidak tinggal bersama Estelle, maka ia akan baik-baik saja. Berbeda dengan alasan kematian wanita itu, Estelle belum tahu alasan orang tuanya dibunuh. Ada juga kemungkinan kakaknya sudah dibunuh. Ia juga tidak tahu di mana kakaknya sekarang. Ia tidak pernah bertemu dengan kakaknya selama hampir dua puluh tahun. Pasti sudah banyak hal yang berubah selama dua puluh tahun. Estelle terus menganggap kakaknya juga sudah dibunuh. Ia berharap itulah yang sebenarnya terjadi. Itu lebih sedikit menyakitkan daripada menerima kenyataan bahwa dirinya sengaja ditinggalkan sendiri–berbeda dengan kakaknya yang tinggal dengan kerabatnya. Ia yakin bahwa keluarganya terdiri orang yang baik dan peduli satu sama lain. Estelle ingin sekali membalaskan dendamnya. Meski ia tidak tahu namanya, ia ingin membunuh orang itu dengan tangannya sendiri. Itu alasan mengapa ia memilih untuk menjadi pembunuh. Padahal, kelompok mafia yang mengadopsinya tidak memiliki tujuan seperti itu. White Mafia hanya ingin mengadopsinya dan merawatnya–tidak lebih dari itu. Estelle adalah orang yang memutuskan untuk menjadi pembunuh. Setelah beberapa saat, ia menyimpan kembali foto itu. Ia tersenyum miris. Semua orang yang ia sayangi sudah mati. Ia tidak punya siapa-siapa. Ironisnya lagi, mereka semua dibunuh oleh orang yang sama. Itu membuat rasa marahnya. Dendamnya semakin banyak. Kenapa di antara semua orang di sekitarku, hanya aku yang masih hidup? Pikiran itu terus berputar-putar di otaknya. Estelle mencoba mengingat kembali orang yang ia temui tadi. Mulai dari wajah, pakaian, dan hal-hal detil lainnya. Pria itu memakai penutup mata di bagian kanan. Ponselnya berwarna hitam. Ia memakai setelan jas hitam. Tingginya sekitar seratus tujuh puluh lima senti. Pada jari manis kanannya terdapat cincin dengan batu berwarna hijau. Ia langsung tersentak ketika mengingat hal terakhir itu. Estelle membuka lemari bajunya dan mengambil kotak kecil. Ia mengeluarkan sebuah cincin dari sana. Cincin itu memiliki model yang sama persis dengan apa yang orang itu kenakan–batu emerald. Cincin itu adalah cincin yang ia temukan saat melarikan diri dari rumahnya. *** 2008 Sebuah pistol dikokang dan diarahkan kepada seorang pria berumur dua puluhan. Wajah pria itu sudah dipenuhi darah. Kemeja putihnya sudah berubah menjadi merah. Kaki dan tangannya diikat. Meski demikian, masih ada pistol yang ditujukan kepadanya. “Di mana Carlos Lacrossia?” tanya orang itu. Danielㅡorang yang ditanyakan ituㅡterdiam. Ia tidak ingin membuka mulut sama sekali mengenai tuannya. Padahal, keadaannya sudah sekarat. Daniel adalah tangan kanan sekaligus bodyguard pribadi dari Carlos. Ia sangat setia padanya. Di saat-saat terakhir hidupnya pun, ia masih melindungi tuannya. Sudah beberapa hari terakhir Daniel diikuti dan diancam. Pada hari ini, ia berhasil ditangkap setelah berusaha keras melarikan diri. Ia tahu jelas bahwa cepat atau lambat, ia akan dibunuh. “Di mana tuanmu?” tanya orang itu lagi. “Di mana Carlos Lacrossia?” “Untuk apa kau ingin tahu?” “Orang itu mengambil semua data Beast Mafia. Masih bertanya untuk apa?” “Jika aku memberimu semua dokumennyaㅡ" Daniel menatap Chester, pemimpin Beast Mafia. "Apa kau akan berhenti mengejarku?” Orang itu, Chester, tertawa. “Jika kami hanya ingin dokumennya, untuk apa kami selalu mengejarmu?” "Lalu, apa mau kalian?" tanya Daniel. "Bunuh Carlos dan seluruh anggota keluarganya," jawab Chester. “Aku akan memberikan semua dokumennya tanpa membuat salinan,” ujar Daniel berusaha membuat kesepakatan. “Aku tidak akan memberitahu Tuan Carlos mengenai perbuatanmu selama ini kepadaku dan keluargaku. Kita akan hidup masing-masing. Anggap saja kita tidak saling berhubungan.” “Lupakan tentang dokumen dan keinginanmu untuk berdamai. Aku hanya ingin satu hal.” Chester mendekati Daniel dan berbisik, “Bunuh Carlos dan seluruh anggota keluarganya.” Daniel terdiam mendengar jawaban Chester. Ia berusaha berpikir untuk mencari jalan lain. Ia ingin menggunakan berbagai cara untuk terhindar dari opsi yang terburuk. Selama masih ada kesempatan, ia akan berusaha keras. “Kenapa? Kau tidak bisa mengkhianati tuanmu sendiri?” tanya Chester. “Ya, aku tidak bisa mengkhianati Tuan Carlos,” jawab Daniel. “Jika kau ingin semua dokumenmu kembali, aku bisa memberinya sekarang juga.” “No, Daniel. Beritahu saja di mana Carlos berada,” jawab Chester. “Jika kau melakukan semuanya, aku akan menjadikanmu tangan kananku. Daripada berkhianat karena terpaksa, lebih baik menjadi pengkhianat sesungguhnya, kan?” “Aku tidak akan ingin menjadi bagian darimu.” “Carlos tidak akan tahu. Lagipula, saat kau sudah menjadi bagian dari Beast, dia sudah mati. Dia tidak akan tahu siapa yang mengkhianatinya.” “Tidak ada yang bisa aku sampaikan lagi,” jawab Daniel. Chester mengangkat tangannya–memberi tanda kepada bawahannya. Beberapa bawahannya pun mengelilingi dirinya dan Daniel lalu mengarahkan laser di badan Daniel. Dengan matanya yang sudah sayu, Daniel melihat keadaan sekitar. Ia tersenyum lemah, memutuskan untuk pasrah. Ia sudah tidak bisa kabur dari kematian. “Baiklah. Aku akan memberitahu di mana Tuan Carlos berada,” ucap Daniel. Chester tersenyum mendengar jawaban itu. Ia memerintahkan bawahannya untuk menurunkan senjatanya. Daniel pun mendekati telinga Chester. “Kau pikir aku akan memberitahunya?” Sepersekon kemudian, Daniel menonjok wajah bagian kanan Chester dengan sangat keras. Ujung cincinnya yang tajam juga mengenai Chester. Ringisan Chester terdengar sangat kencang. Sejak tadi, Daniel sengaja mengulur waktu untuk memutuskan tali yang diikat di tangannya menggunakan ujung batu permata pada cincinnya. Ia sengaja menyerang di salah satu sisi wajah saja supaya semua tenaganya berkumpul di satu titik. Daniel merasa puas karena serangannya berhasil. Di saat itu juga, semua bawahan Chester menghujani Daniel dengan peluru. Namun, ia sempat tersenyum sebelum mengembuskan napas terakhirnya. Selama tuannya aman, ia tidak apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD