Tidak seperti biasanya gue bangun pagi dengan penuh persiapan yang heboh untuk interview. Berbekal searching tips interview yang baik dan benar, akhirnya gue memantapkan hati dan percaya diri kalau gue pasti bisa diterima jadi admin, meski gue nggak tahu pekerjaan admin di Nongu Rent seperti apa.
Berbekal tanya tetangga transportasi menuju Cikarang pada salah satu tetangga gue yang suka bolak-balik Bekasi - Cikarang, nggak butuh waktu lama gue berangkat naik motor pergi ke terminal. Gue nggak berani naik motor langsung ke Cikarang karena masih buta jalan. Walaupun gue orang Bekasi tetap saja Cikarang masih asing buat gue.
Pukul 07.30 WIB, akhirnya sampai pada alamat yang dituju. Gue terdiam sejenak sambil memandang bangunan di depan gue. Sepi. Sepi banget malah. Bukannya kalau buka sesi wawancara ramai banyak orang yang dipanggil?
Apa jangan-jangan gue salah alamat?
Untungnya nggak berapa lama ada seorang bapak yang keluar mengenakan seragam Nongu Rent. Syukur lah gue nggak salah alamat.
"Misi, Pak. Ini benar PT. Nongu Rent ya?"
"Oh, iya, Mba. Mau wawancara ya?"
"Iya, Pak."
"Ayo, Mbak. Masuk sini."
Bapak itu mempersilahkan gue masuk. Di dalam gue bertemu dua orang cowok yang sedang menyapu dan pel lantai tapi badannya pagi-pagi sudah dipenuhi oli. Gue diantar menuju lantai dua dan dipersilahkan duduk. Bangunan ini hanya dua tingkat. Lantai dua sepertinya office karena di bawah tadi seperti tempat salon mobil. Nggak berapa lama gue disambut oleh Mbak yang masih muda mengenakan hijab. Gue jamin dia bernama Nandita yang kemarin telepon gue.
"Tunggu sebentar ya, Mbak. Bapak Deon belum datang."
"Oke, Mba."
Lalu gue ditinggal sendirian karena Mbak tadi dan Bapak yang mengantar gue sedang turun ke bawah. Mata gue berkeliling sebentar. Meja kantor ini hanya ada empat. tiga berjajar di sebelah kiri gue dan satu meja ada di sebelah kanan gue. Meja yang ada di kanan gue itu berhadapan sama salah satu meja di kiri gue lalu salah satu meja yang berhadapan itu disekat seperti butuh privasi.
Gue yakin pasti Bu Nandita yang mengelola kantor dan duduk berhadapan dengan satu meja yang gue yakini itu meja Bos. Kalau gue diterima, pasti duduk di salah satu meja tiga atau empat.
Sepertinya nggak banyak karyawan yang kerja di sini mengingat mejanya sedikit. Berbekal searching kemarin kalau kantor ini merupakan cabang dari Nongu Rent, jadi sah-sah saja kalau karyawannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Sepuluh menit gue menunggu sendirian. Tak berapa lama suara deru sepatu yang melangkah dengan cepat semakin terdengar jelas hingga pintu terbuka dengan kencang.
"Pagi!" sapa cowok menggunakan setelan baju kerja warna cream dan langsung duduk di meja sebelah kanan yang terlihat seperti Bos.
"Pagi, Pak."
Suara gue membuat dia kembali berdiri. "Oh, kamu udah datang. Silahkan duduk di sini," tunjuknya ke bangku yang ada di hadapannya.
"Kita mulai interview. Silahkan perkenalkan diri dulu," lanjutnya setelah gue baru saja duduk di hadapannya, dia membaca lembaran kertas yang gue yakin itu CV gue di print.
"Nama saya Ayana Titania Zaynah, saya mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi dan memperbaiki satu mata kuliah. Meski saya belum memiliki pengalaman, saya yakin bisa bekerja di sini dengan kemampuan yang saya punya."
Dia menarik bibirnya sebentar mendengar penjelasan gue.
"Kamu tahu ini perusahaan apa?"
Gue mengangguk, "Perusahaan yang bergerak dibidang jasa sewa kendaraan, Pak."
"Good. Berapa gaji yang kamu inginkan?"
Darrr!!
Gue lupa searching gaji pokok wilayah Cikarang berapa.
Gue tersenyum kikuk, "Disesuaikan dengan gaji pokok Cikarang aja, Pak."
"Tapi kamu fresh graduate aja belum, malah skripsi belum selesai. Nanti banyak izin saya nggak mau ya," ucapnya tegas lalu meletakkan kertas CV gue.
"Saya akan berusaha sepenuh hati untuk kerja di sini, Pak!"
Dia menarik bibirnya lagi sekilas. "Kalau kamu bersedia kerja di sini, ikuti peraturan perusahaan. Saya butuh orang untuk cepat kerja di sini."
Gue mengangguk cepat tanpa mikir, yang penting punya pengalaman kerja disela kesibukan gue nyusun skripsi. "Oke, Pak. Saya setuju."
"Kerja di sini dari hari Senin sampai Jum'at. Kerjaan kamu sebenarnya nggak susah tapi banyak printilannya. Itu daftar sebagian kerjaan kamu yang ditulis di papan."
Gue menoleh ke belakang dan melihat papan jobdesk harian.
"Selain mengurus patty cash, invoice, gaji, lembur, dan yang ada di papan. Kamu juga harus mengurus kantor. Seperti pemeliharaan peralatan kantor, kebutuhan kantor dari air sampai semuanya deh! Soalnya di sini nggak ada pegawai lagi selain mekanik dan marketing."
Gue mendengarkan dengan saksama. Banyak juga ya kerjaan admin.
"Kamu siap mengurus kantor dan sibuk kerja ketika lagi skripsi?"
Gue mengangguk mantap bersamaan dengan pintu ruangan yang dibuka seseorang.
"Siap, Pak," jawab gue tegas.
"Oke, saya tantang kamu sampai kapan betah kerja di sini!"
Gue tersenyum kelu dan benar-benar bingung atas ucapannya karena gue nggak pernah tau dunia kerja itu seperti apa. Apalagi gue memilih bekerja ketika skripsi gue baru saja mulai.
Pak Deon berdiri setelah memastikan siapa orang yang masuk ke ruangan. "Ta, bantuin dulu!"
"Ya," jawab Mba tersebut dengan singkat, padat, dan agak ketus.
Apa dia lagi PMS?
"Hari ini kamu bisa mulai pekerjaan kamu. Rapihkan semua file dan urutkan dari tanggal yang lampau."
Gue bengong. Secepat itu gue kerja padahal biasanya nih, setelah interview nanti akan ditelepon lagi buat masuk kerja. Dan kebetulan ini hari Jum'at, gue kira bakalan kerja mulai hari Senin. Tapi ini kok cepet ya.
"Silahkan kamu kerja. Nanti dibantu Nandita."
Pak Deon kembali merapikan berkas-berkas di meja lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Dia berdiri sedangkan gue masih bingung bin bengong.
"Saya mau ke kantor pusat hari ini ada meeting. Meja kamu itu ya," dia menunjuk dengan dagunya karena kedua tangannya masih sibuk pegang berkas.
DEG! Nggak gue sangka meja gue yang berhadapan dengan meja dia. Gue menoleh ke Mba Nandita yang ternyata mejanya dia di samping meja gue yang disekat.
"Ayo, jangan bengong. Saya nggak suka orang yang mengulur waktu."
Gue berdiri gugup dan berjalan ke meja kerja gue.
Nggak berapa lama Pak Deon langsung pergi gitu aja tanpa sepatah kata pun.
Setelah pintu tertutup dan mendengar suara hentakkan sepatu Pak Deon sampai menghilang, mba tersebut menghampiri gue disusul dengan suara pintu terbuka yang nggak bisa gue lihat dia siapa tapi seperti menghampiri meja gue.
Ternyata yang baru masuk si bapak yang pakai seragam Nongu Rent tadi, diekori oleh dua cowok yang masih dipenuhi oli.
"Kenalin gue Nandita. Ini Pak Dayat, Rey, dan Prams."
Aha! Benarkan dugaan gue kalau dia Mba Nandita.
"Salam kenal Mba, aku Ayana," jawab gue sopan dong. Jaga sikap dikit.
"Hallo, Mba. Saya Dayat," sapa Pak Dayat ramah disusul dengan senyuman dua cowok muda yang penuh oli itu, Rey dan Prams.
"Hai, saya Ayana," sambil melambaikan tangan karena nggak menjangkau buat salaman terhalang sama komputer dan rak file yang ada di deket gue.
"Silahkan lanjutkan Bu Nandita, saya mau briefing sama anak-anak buat service hari ini."
"Oh iya, Pak." Bu Nandita persilahkan Pak Dayat, Rey, dan Prams untuk briefing.
"Oh iya, Mba Ayana, ini saya serahkan kerjaan admin sebelumnya ke Mba Ayana," Mba Nandita mengulurkan beberapa berkas yang nggak gue paham itu apa.
"Semoga betah di sini ya, Mba. Soalnya gitu deh, banyak yang nggak betah kerja di sini."
Deg! Gue bingung dong apalagi Pak Deon juga tadi ucapannya mengarah seperti gitu.
"Maksudnya apa ya, Mba?"
Mba Nandita mendekatkan diri ke gue, "Pak Deon galaknya ampun-ampunan. Saya tuh sama dia lagi berantem. Masa marketing disuruh ngerjain tugas yang lain tapi gaji saya nggak dinaikin! Saya kesel dan sekarang hari terakhir saya masuk kerja. Untung dia sekarang ke kantor pusat, jadi hari terakhir saya bebas dari makian dia deh."
Gue kaget. Mata gue membulat sempurna. Masa pertama kali kerja langsung dihadapkan sama bos yang nggak banget kayak gitu?
"Mba, saya takut nih. Terus gimana ya?" cemas gue berharap dapat pencerahan dari orang yang pengalaman kerja di sini.
"Ya, semua tergantung kamu sih. Admin di sini tuh sering gonta-ganti karena nggak kuat hadepin sifatnya Bos. Tapi cuma bos aja kok. Pak Dayat, Rey, dan Prams orangnya baik dan nurut kalau dibilangin."
Gue mikir sebentar. "Jadi, nanti saya perempuan sendiri dong, Mba, di sini?"
Mba Nandita senyum menahan tawa. "Iya, kamu masih ada waktu buat mikir sebelum tanda tangan kontrak. Sekarang kamu rapikan dulu file-file ini. Sumpah admin yang lama juga agak bolot sih jadi kena marah mulu. Nggak kuat sama makian Pak Bos jadi resign deh," Mba Nandita tertawa lagi. Seketika auranya menjadi tenang.
"Tapi berkas yang Mba Nandita kasih ke aku, gimana cara kerjakannya ya?"
"Pasti hari Senin kamu diajarin Pak Bos kok. Udah ya saya mau siap-siap dulu, abis itu mau pulang deh," ucapnya tersenyum tanpa bantuin gue sama sekali.
Mba Nandita kembali ke mejanya dengan perasaan riang, berbeda banget sama gue yang berasa dihantam sama batu bata.
Pikiran gue malah nggak karuan setelah mendengar kabar itu.
Mampus gue ...
Lanjut atau nggak ya kerjanya???