9. Calon Suami Yuri

1019 Words
Wolf menghentikan langkahnya dan menatap tangannya juga Yuriko bergantian. Baru menikmati sentuhan tangan itu sudah harus dilepaskan. Akan tetapi, ia tidak boleh menuruti egonya dan membuat Yuriko membatalkan perjanjian nikah kontrak. Yah, meskipun perjanjian itu tidak akan mudah dibatalkan karena wanita itu sudah terlanjur menandatangani. Namun, tetap saja ia tidak ingin menghambat proses menjadi lebih dekat dengan Yuriko. "Menurutmu, apa kita harus pergi ke kantor catatan sipil dulu?" tanya Wolf setelah berpikir sejenak. "Untuk apa ke kantor catatan sipil?" Yuriko balas bertanya sambil mengerutkan keningnya. "Tentu saja untuk mendaftarkan pernikahan kita," sahut Wolf malas. "Astaga, Pak Wolf! Masalah itu bisa kita urus nanti. Yang paling penting sekarang urusan nenek saya. Sekarang kita harus pergi ke rumah sakit untuk menyelesaikan administrasi agar nenek saya bisa segera dioperasi," ujar Yuriko frustasi. Ia tidak tahu dengan cara berpikir pria itu. Hal yang mendesak seperti operasi neneknya justru akan di nomor duakan dengan mengurus masalah pernikahan. Bukankah urusan menikah masih ada hari esok? Sedangkan operasi neneknya harus dilakukan sesegera mungkin. "Jadi, apa kau masih berencana untuk melepaskan tanganku?" tanya Wolf dengan nada mengancam. Alasan pria itu membuat pilihan ke kantor catatan sipil karena ingin memberi Yuriko peringatan agar tidak melepaskan tangannya. Ia ingin terus bergandengan tangan meski masih berada di perusahaan. "Astaga, Pak Wolf! Kalau ada karyawan yang melihat bagaimana?" tanya Yuriko frustasi. "Siapa peduli? Kalau aku mau kita bergandengan tangan, itu artinya kamu tidak boleh menolak apa pun alasannya," sanggah Wolf bersikeras. "Tapi, Pak. Kemarin saja waktu saya masuk ke ruangan Bapak, seluruh isi perusahaan membicarakan hal buruk tentang saya. Apalagi kalau saya bergandengan tangan dengan Bapak," ujar Yuriko menjelaskan berharap Wolf akan mengerti dan mau melepaskan tangannya. "Baiklah-baiklah. Aku akan melepaskan tanganmu kalau ada karyawan, tapi kalau tidak ada aku akan terus menggenggam tanganmu," balas Wolf memutuskan. Pria itu tidak ingin rugi. Ia tidak ingin membuang-buang kesempatan. Sementara Yuriko, ia hanya bisa mengerutkan keningnya heran. Kalau hanya nikah kontrak, lalu untuk apa Wolf terus memegang tangannya dan bahkan sampai mengancam? "Aku akan tanyakan nanti setelah biaya operasi Nenek dibayar," bisik Yuriko dalam hati. Kalau menanyakannya sekarang, ia takut Wolf marah dan rencana membayar biaya operasi dibatalkan. "Ada apa?" tanya Wolf ketika Yuriko terus menarik tangannya. "Itu ... Ada yang--" "Oke," potong Wolf sambil melepaskan tangan Yuriko. Setelah salah seorang karyawan pergi dan tidak terlihat lagi. Wolf kembali meraih tangan Yuriko dan menggenggamnya. Meski merasa tidak nyaman, tetapi Yuriko tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga sampai di parkiran, mereka berdua masuk ke dalam mobil dan langsung meluncur ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit, Wolf langsung membayar lunas biaya operasi dan beberapa tunggakan. Kemudian, Yuriko langsung menandatangani surat persetujuan operasi. Setelah itu, mereka pergi ke ruang perawatan Nenek Yuriko "Perkenalkan, saya Wolf, calon suami Yuri," kata Wolf begitu masuk menemui Nenek Yuriko. Ia lekas menyentuh pinggang Yuriko dan menariknya. "Pak Wolf," bisik Yuriko memprotes sambil mencubit pinggang pria itu. "Benarkah?" tanya Yuana, nenek Yuriko tidak yakin. "Iya, Nek. Setelah mengantar Nenek ke ruang operasi, saya dan Yuri akan langsung pergi ke kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan kami. Jadi kami harap, setelah kami kembali, Nenek sudah keluar dari ruang operasi dalam keadaan baik-baik saja," jelas Wolf membuat Yuriko menganga tidak percaya. Melihat sikap dan perkataan Wolf membuat Yuriko terperangah. Bagaimana bisa pria itu mengucapkan kata-kata seperti itu dengan sangat mudah? Tidak terlihat seperti sedang dibuat-buat dan justru terlihat sangat tulus. "Apa benar begitu, Yuri? Kau tidak sedang membohongi nenek, bukan?" tanya Nenek Yuana curiga. Pasalnya, sejak dulu sang cucu sama sekali tidak menyukai pria tampan. "I-iya, Nenek," sahut Yuriko terbata. Ia menunduk dan sesekali melirik neneknya. "Yuri? Kenapa kau terlihat sedang berbohong" tanya neneknya lagi. Ia tahu betul seperti apa cucunya. Ia mengenal dengan jelas gestur cucunya ketika sedang berbohong. Cara berbicaranya terbata dan tidak berani menatap lawan bicaranya. "Maaf, saya menyela. Sebenarnya, saya atasan Yuri di kantor. Sejak pertama kali saya melihat Yuri, saya sudah langsung jatuh cinta padanya. Itulah alasan mengapa saya berkali-kali melamarnya. Ya, meskipun saya selalu ditolak. Akan tetapi, pada percobaan ketiga saya melamar, Yuri mau menerima pinangan saya," kata Wolf menimpali. "Baiklah." Wanita tua itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, "Nenek ingin berbicara dengan calon suamimu dan kau boleh menunggu di luar," katanya pada sang cucu. "Tapi, Nek," sanggah Yuriko keberatan. "Kenapa? Apa kau takut akan ketahuan karena telah berbohong?" tanya Nenek Yuana menatap sinis cucunya. Mau tidak mau, Yuriko keluar ruangan. Ia begitu penasaran dengan apa yang akan neneknya bicarakan dengan Wolf. Namun, mengingat beberapa saat yang lalu wolf pandai sekali berkata-kata, kekhawatirannya langsung musnah begitu saja. "Jadi, apa kau benar-benar calon suami Yuri?" tanya Nenek Yuana. "Nenek mau tahu jawaban bohongnya atau jujur?" Wolf memberi dua pilihan. "Katakan sejujurnya," balas Nenek Yuana mantap. Apa pun yang akan Wolf katakan, ia akan mendengarnya dengan baik. Entah akan sesuai harapannya atau tidak, ia sama sekali tidak peduli. "Saya, Wolf, atasan Yuri di perusahaan. Saya menyukai Yuri pada pandangan pertama. Jadi, saya mengorek informasi pribadi Yuri dan membuat sebuah perjanjian nikah kontrak sebagai alibi untuk memiliki Yuri," ujar Wolf jujur. "Sudah kuduga. Tidak mungkin Yuri menyukai pria tampan sepertimu," cetus Nenek Yuana tersenyum kecut. "Loh! Memangnya ada apa dengan ketampanan wajah saya?" tanya Wolf terkejut. "Yuri paling benci pria tampan. Dulu ..." Nenek Yuana mulai menceritakan asal mula Yuriko membenci pria tampan. Dulu, ayah Yuriko ketahuan selingkuh. Kemudian, ayah dan ibunya bertengkar di dalam mobil tepat di depan Yuriko. Mobilnya mengalami kecelakaan dan merenggut nyawa ayah dan ibunya. Satu tahun yang lalu pun sama. Kekasih Yuriko ketahuan selingkuh dengan teman Yuriko sendiri. Jadi, kejadian ini membuat Yuriko berpikir bahwa pria berparas tampan selalu berselingkuh. Itulah alasan mengapa wanita itu selalu menolak perasaan pria tampan, termasuk ketika melakukan kencan buta. "Oh, begitu. Pantas saja dia terlihat berbeda dengan wanita pada umumnya," ujar Wolf sambil menyentuh dagunya. Banyak sekali wanita yang mengejarnya sejak remaja. Mereka begitu tergila-gila pada ketampanan seorang Wolf. Namun, untuk kedua kalinya ia mendapati wanita yang sama sekali tidak tertarik dengannya. Pertama Theona dan yang kedua Yuriko. Berhubung ia tidak bisa mendapatkan cinta Theona. Jadi, ia berusaha keras untuk mendapatkan Yuriko agar tidak keduluan pria lain. "Ya. Jadi, apa kau benar-benar mencintai cucuku?" tanya Nenek Yuana memastikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD