Chap. 2 - Realita Hidup

504 Words
Amy tertidur dengan sangat lelap. bercinta dengan sang bos menuntut begitu banyak tenaga. Bosnya itu walaupun sudah agak tua tapi kekuatannya seperti kuda sedang birahi. Namun Amy dapat menyanggupi segala bentuk keinginan sang bos. Demi hidup dan demi perutnya. Saat terbangun dari tidur waktu sudah genap pukul 6 petang, Amy bangun perlahan dan menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri, sejenak Amy meratapi nasibnya tetapi tidak terlalu lama Amy mengenyahkan semua pikiran yang ada di otaknya. Tidak ada waktu untuk memikirkan semuanya. Tidak ada kata penyesalan dalam kamus Amy. Selesai berpakaian Amy melangkah menuju meja bosnya menarik laci kedua dari kiri dan mengambil amplop, perjanjian dengan sang bos. Tidak perlu meminta, tidak perlu di tanya.. amplop itu akan ada di tempatnya seperti biasa. Bosnya masih tertidur nyenyak, terdengar dengkurannya berat. Amy berjalan perlahan menuju pintu keluar dan berjalan terus kebawah sampai di luar restoran. Amy menguap, antara kecapean bekerja dan kecapean melayani bosnya. Perlahan Amy berjalan menyusuri jalan, suasana petang menambah keramaian tempat itu. Mobil lalu lalang, orang - orang sibuk dengan urusan mereka masing - masing. Langkah kakinya terhenti saat seseorang berdiri di depannya. Senyum laki - laki itu begitu memikat siapa saja yang melihatnya. Amy mendongak menatap laki - laki itu, laki - laki itu memakai kaos warna hitam, memakai celana jeans robek di lutut dan membawa sebuah gitar. Sepertinya laki - laki ini seniman miskin, terlihat dari gaya pakaiannya. Batin Amy menanggapi gaya laki - laki itu. Amy tersenyum dan mengangkat alisnya menatap laki - laki itu. Laki - laki itu mengulurkan tangannya.. "Daren.. kalau kau lupa siapa aku!"gumam laki - laki itu "Aku tahu namamu, aku hanya mempertanyakan kenapa kau menghalangi jalanku?" Timpal Amy sambil tersenyum. "Aku menunggumu Amy, sudah beberapa kali ku panggil namamu tapi kau tidak mendengar." "Maaf, aku hanya kelelahan saja." Seru Amy lirih. "Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang. Bolehkan?" Tanya Daren. "What ever!" Tapi aku tidak menerima tamu. " timpal Amy sendu. "Tentu saja. Aku hanya ingin mengantarmu. Takut ada yang culik nanti hehehehe..." Sepanjang jalan mereka berdua tidak bersuara. Sepatah katapun tidak keluar. Sampai di depan kosan Amy, Amy berterima kasih karena sudah mengantar. Senyuman Amy membuat Daren gelap mata, di raihnya tangan Amy dan ditarik mendekat. Dengan sekali sentak bibir Daren sudah berada diatas bibir Amy. Daren mengecupnya lembut. Merasakan setiap sensasi yang timbul. Jantung berdegup kencang, dan seperti alarm yang berbunyi Amy tersadar dan mendorong tubuh Daren. Tanpa menatap wajah Daren, Amy secepat kilat berlari masuk ke kosannya. Baru kali ini perasaan Amy seperti ini. Amy memang tidak bisa menolak ciuman Daren tapi untuk merasakan hal aneh di dadanya belum pernah Amy merasakan sebelumnya. Amy tahu bahwa Daren akan menarik Amy dalam pelukannya bahkan sebelum Daren menarik Amy. Amy tahu hal itu akan terjadi. Setiap laki - laki yang tertarik dengan Amy tidak akan tahan tanpa menyentuh Amy. Amy tahu bahwa laki - laki seperti Daren pasti menyenangkan dan dapat membuat Amy bahagia tapi Amy takut jika Daren hanya iseng saja. *** To be continue... Like it pleaseeee Part selanjutnyaaa akan lebihhh wow Pasti!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD